Dosen USU Tewas Ditikam Anak Sendiri, Pihak Kampus Buka Suara

Liputan6.com, Medan - Universitas Sumatera Utara (USU) menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas wafatnya salah satu putra terbaik mereka, OK, seorang dosen di Fakultas Kehutanan. 

Meskipun mengonfirmasi identitas korban pembunuhan sebagai bagian dari sivitas akademika, pihak kampus menegaskan bahwa peristiwa tragis ini merupakan murni persoalan internal keluarga.

Kepala Humas, Promosi, dan Protokoler USU, Amalia Meutia, menjelaskan bahwa pihak universitas sangat terpukul dengan kejadian ini. Namun, ia menekankan agar publik bisa memisahkan antara profil korban sebagai akademisi dengan insiden yang terjadi.

"Peristiwa ini merupakan tragedi kemanusiaan yang terjadi dalam ranah keluarga dan tidak terkait dengan aktivitas akademik di USU," ujar Amalia saat dikonfirmasi Liputan6.com pada Selasa (23/12/2025).

Lebih lanjut, Amalia meminta agar publik memberikan ruang bagi keluarga yang ditinggalkan. 

"Kami menghormati sepenuhnya proses hukum yang sedang berjalan serta mengimbau semua pihak untuk menghormati privasi keluarga dan mengedepankan empati," tambahnya.

OK dikenal sebagai akademisi yang berprestasi dan berdedikasi tinggi. Lulusan doktor dari IPB tahun 2018 ini merupakan pakar dalam bidang kelembagaan kehutanan dan resolusi konflik tenurial. 

Kepergiannya menyisakan kekosongan besar bagi rekan sejawat dan para mahasiswa yang mengenalnya sebagai sosok yang ahli di bidangnya.

Di sisi lain, pihak Polres Pelabuhan Belawan telah mengungkap motif di balik kematian tragis sang dosen. OK (58) tewas setelah ditikam oleh anak kandungnya sendiri, HFZ (18), di kediaman mereka di Jalan Aluminium III, Kecamatan Medan Deli.

Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, Iptu Agus Purnomo, menjelaskan bahwa motif utama adalah sakit hati akibat dugaan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang kerap dilakukan korban terhadap istri dan anak-anaknya.

"Pelaku, adik, dan ibunya sering dianiaya korban. Emosi pelaku meluap saat menyaksikan korban sedang menganiaya ibunya kembali," jelas Iptu Agus.

Pelaku yang juga tercatat sebagai mahasiswa Semester II Teknik Komputer di USU kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Atas perbuatannya, HFZ dijerat dengan Pasal 44 ayat 3 UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, Sub Pasal 338 KUHPidana tentang Pembunuhan.

Tersangka terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara. Sementara itu, pihak kepolisian memastikan bahwa secara psikis pelaku dalam keadaan normal saat melakukan tindakan tersebut.