Majalengka -
Majalengka punya pohon unik 'berkaki' delapan. Namun, ada mitos yang menyebabkan pohon unik itu jadi terancam punah.
Pohon unik yang berada di objek wisata Situ Sangiang itu menjadi warisan berharga bagi masyarakat Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka.
Keunikan pohon ini memiliki batang yang bercabang menjadi 8 bagian dan kemudian di bagian atasnya menyatu membentuk satu tubuh yang kokoh. Pohon ini juga sering kali dikelilingi oleh berbagai cerita dan kepercayaan masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tokoh Masyarakat Diding Jaenudin menyampaikan, pohon ini bukan hanya sebuah fenomena alam, tetapi juga dihiasi dengan berbagai mitos.
Salah satu cerita yang berkembang adalah bahwa kulit pohon ini bisa digunakan untuk mendatangkan keharmonisan dalam rumah tangga, bahkan dikatakan dapat membantu mengatasi masalah poligami.
Meskipun cerita ini populer, Diding menegaskan bahwa kepercayaan tersebut lebih kepada mitos belaka. Pada kenyataannya, keharmonisan dalam rumah tangga lebih bergantung pada usaha dan komunikasi yang baik antar pasangan.
"Jadi banyak informasi yang berseliweran yang memang kalau menurut saya itu menyesatkan. Katanya kalau misalnya kita memiliki kulit dari pohon itu, biasanya itu bisa mengakurkan yang ingin poligami, seperti itu katanya," kata Diding.
"Tapi kalau menurut kita mah, mungkin kalau menurut logika mah tinggal banyak uang saja ya, bisa akur gitu," kelakar Diding saat menjelaskan.
Pohon Berkaki Delapan di Majalengka Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar
Diding tak menampik, banyak orang yang percaya dengan mitos tersebut. Akibatnya, pohon ini rusak dan hampir punah karena ulah pengunjung yang percaya dengan mitos tersebut. Itu karena, kulit pohon tersebut dikelupas oleh para pengunjung untuk dijadikan 'jimat'.
"Kemarin waktu para tamu termakan itu, termakan isu tentang bisa mengakurkannya yang poligami, itu rusak tuh pohon. Sampai akhirnya, hampir saja punah," ujarnya.
Namun, pengelola terus berupaya untuk menjaga kelestarian pohon tersebut dengan cara memperbaikinya. Untungnya, pohon tersebut berhasil pulih dan kokoh kembali.
"Maka kami dari pihak para pengelola mencoba untuk memulihkan kembali dengan cara yang rusaknya itu, kami pasang isiannya itu pakai bambu yang dibelah-belah, kemudian ditancapkan sampai 2 meter dan pakai tanah di timbun lagi supaya yang tadinya sudah rusak berakar kembali," jelasnya.
"Dan alhamdulillah sekarang, yang tadinya sudah mulai kelihatan seperti akan mati, tumbuh lagi akar-akarnya. Dan sudah ada 2 akar yang kecil, yang sekarang sudah mulai sebesar-besar," sambungnya.
Untuk menjaga kelestarian pohon ini, pengelola juga memasang peringatan bagi para pengunjung agar tidak mengambil kulit pohon tersebut.
"Sekarang juga mungkin ada yang sembunyi-sembunyi, yang mungkin mencuri-curi lah. Walaupun kita juga sudah mensiasati dengan tulisan-tulisan yang ada di sana 'barang siapa yang mengambil kulit pohon ini bencana menimpa anda' gitu. Itu sengaja supaya mereka tidak ini (merusak pohon), supaya kita lestari lah. Intinya poinnya gitu," ujar Diding.
Meskipun pohon ini dihiasi dengan berbagai cerita mistis, namun pohon ini lebih dari sekadar kepercayaan. Pohon ini merupakan simbol kekuatan alam dan kebanggaan lokal yang harus terus dijaga keberadaannya.
Dengan upaya pemulihan yang terus dilakukan, diharapkan pohon unik ini akan tetap tumbuh dan menjadi bagian dari warisan alam yang berharga bagi generasi mendatang.
Keberadaan pohon ini juga semakin memperkaya pesona Situ Sangiang, menjadikannya bukan hanya tempat wisata alam, tetapi juga tempat yang sarat dengan nilai sejarah, kepercayaan, dan cerita yang menjadi bagian dari identitas masyarakat sekitar.
---------
Artikel ini telah naik di detikJabar.
(wsw/wsw)