Banjir Rendam Permukiman di Pontianak, Puluhan Warga Mengungsi

2 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - "Nak, tolong pulang sekarang. Rumah kebanjiran,” suara lirih seorang ibu merambat lewat sambungan ponsel. Nama ibu itu Inani, penduduk Pontianak Tenggara. Hari itu, Senin awal Desember, air pasang masuk ke ruang tamu tanpa aba-aba. Ibu 28 tahun itu mengaku panik karena balita masih berada di dalam rumah bersama putrinya kelas SD.

Air kecokelatan merayap di sela papan lantai. Bau sungai menempel di dinding. Perabot pelan-pelan terangkat, membuat Inani mondar-mandir memindahkan pakaian ke tempat lebih tinggi.

“Deras benar airnya. Kemarin hari Minggu tidak begini,” ucapnya, sembari menyapu serpihan sampah masuk lewat celah pintu.

Dari layar ponsel, ia memanggil putranya SMA agar cepat pulang. “Dari jam 7 pagi selepas ngantar sekolah air masuk. Ini sudah jam setengah dua belas, baru surut,” ucapnya merinci ketinggian air selutut orang dewasa. Rumah sempit terasa sesak, meskipun ia berusaha menenangkan dua anak masih kecil.

Di luar pagar, jalan tergenang hingga setinggi betis orang dewasa. Lembayung sungai Kapuas tampak muram, bergelombang tertiup angin kuat mengarah ke daratan. Dari bibir sungai, riak tampak tak sabar menembus pekarangan rumah penduduk. Seolah cuaca sedang menguji napas kota.

Waspada Cuaca Ekstrem

Badan Meteorologi mencatat puncak air pasang berlangsung pagi hingga siang. Penjelasan BMKG menyebut pasang bersamaan potensi hujan, badai, serta hembusan angin darat.

Penjelasan itulah disebut pemicu gelombang besar menahan aliran sungai menuju muara. Lembaran prediksi cuaca menampilkan tren curah hujan meningkat sepanjang pekan.

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, mengimbau penduduk agar meningkatkan kewaspadaan. Ia menegaskan potensi pasang akan terasa dalam beberapa hari ke depan. Kawasan pesisir, tepian sungai, dataran rendah rawan terendam air rob.

“Paret-paret harus dipastikan bersih agar air cepat surut,” kata Edi.

Raut khawatir warga terlihat di sudut kampung. Perempuan paruh baya tampak menutup ventilasi kayu. Pria dewasa meraih cangkul, membersihkan saluran.

Tanpa banyak bicara, gotong royong muncul spontan. Edi mengirim petugas pembersihan saluran. Pemerintah pun menyiagakan petugas kesehatan mengantisipasi potensi angin kencang disertai hujan.

Dia menghimbau penduduk memindahkan barang berharga ke posisi lebih tinggi, menghindari aktivitas di tepian sungai saat pasang, serta memantau informasi resmi. Selain itu, laporan pohon rawan tumbang atau drainase tersumbat diminta segera diteruskan ke RT atau instansi sewaktu-waktu.

Evakuasi Darurat Warga

Pemerintah setempat mengevakuasi sedikitnya 21 penduduk Pontianak Barat akibat rob meningkat. Warga terdiri anak-anak, dewasa, hingga lansia. Petugas menempatkan mereka di Aula Kantor Camat Pontianak Barat dan Masjid Al Amin. Lembaran alas tidur digelar darurat. Beberapa keluarga duduk berdesakan demi menunggu air surut.

Edi turun melihat situasi di lapangan. “Enam warga kita ungsikan sementara di Kecamatan Pontianak Barat, tepatnya di dekat Puskesmas. Selain itu, ada 15 orang mengungsi di Masjid Al Amin,” ucap Edi.

Para lansia mendapat perawatan medis disiapkan tenaga kesehatan. Mereka rentan mengalami gangguan pernapasan serta kelelahan. Pemerintah memeriksa tekanan darah dan menyediakan obat. Edi menyebut fokus utama penyelamatan jiwa.

“Warga sakit atau rentan langsung kita amankan dan kita rawat,” ucapnya menjelaskan.

Posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah diaktifkan sejak hari pertama. Setiap sudut kecamatan memantau permukaan air sepanjang malam. Aparat menghitung waktu surut, mencatat tinggi air dari 1,8 meter mengarah 1,7 meter, lalu 1,6 meter. Meski turun pelan, tidak drastis.

Di bantaran sugai Kapuas, mulai Yuka hingga Jeruju I, ombak besar menyalip tanggul tanah.

“Rumah saya rendah, jadi air masuk setinggi paha,” ujar Rajali (76). Ia terkejut karena air mencapai paha.

“Baru kali ini tinggi,” sambungnya. Suaranya pelan, seakan terperangkap antara ingatan masa lalu dan kenyataan hari itu.

Amaran Status Siaga Satu

Menjelang senja, pemerintah menetapkan Siaga I. Kawasan pinggiran Sungai Kapuas serta Sungai Landak menjadi titik rawan. Ruas Jalan Alpukat Indah atau kawasan Yuka tergenang sejak pagi. Warga melapor air menerobos pagar rumah.

Edi meninjau memeriksa ketinggian, lalu meminta dinas terkait bergerak.

“Walau sempat pasang, air berangsur surut. Tapi kami mengimbau warga untuk terus waspada dikarenakan besok diperkirakan sebagai puncaknya air pasang,” ucapnya.

Menurut penjelasan pemerintah, kenaikan rob dipicu angin kencang berhembus dari arah laut, memaksa gelombang besar mengunci aliran sungai di muara.

Air naik 50 sentimeter di atas normal. Meski turun siang, potensi kenaikan masih terbuka.

Posko kecamatan siaga. Posko Yuka, posko BPBD, serta jaringan relawan menghimpun logistik. Evakuasi diprioritaskan pada rumah lansia, atau keluarga sakit. Puluhan warga bergegas memindahkan kasur.

Di Sungai Jawi Dalam, ketinggian mencapai 60–80 sentimeter. Rumah panggung rendah tak mampu menahan arus. Petugas menolong keluarga punya balita lebih dulu.

Edi menyebut langkah cepat diperlukan. Untuk jangka panjang, pembangunan bertahap, menaikkan ruas jalan, memperkuat sistem drainase.

“Dari pagi air sudah mulai masuk, tapi alhamdulillah warga selamat semua,” kata Budi Hermanto, Ketua RT 06 RW 16. Ia menuturkan banjir seperti ini selalu terjadi saban tahun, tetapi kali ini lebih parah. Ia berharap air cepat turun.

Rumah, Anak dan Napas Ganjal

Di rumah Inani, suara anak kecil terdengar sambil memegang boneka basah. “Kenapa air masuk, Bu?” tanya polos. Inani terdiam, tak tega menjawab jujur bahwa rumah berada tepat di lintasan banir rob.

Suasana dapur dingin, panci menetes air sungai. Inani menutup retakan pintu, meski tahu air akan mencari celah lain.

Ia berharap suami lekas pulang. Tapi ia sadar suaminya sedang bekerja di luar kota. Di ruang keluarga, televisi memutar berita cuaca.

Gambar satelit menunjukkan sabuk awan bergerak dari Samudera Hindia, merambat hingga selat, lalu menabrak muara Kapuas.

Senja turun cepat. Lampu temaram menyorot genangan mengambang. Inani tidak tidur. Ia memegang pel dengan tangan bergetar. Setiap gelombang kecil menghasilkan riak baru.

“Ini sudah berulang, tapi hari ini berbeda,” ucapnya lirih.

Banjir Rob, Kapuas dan Perubahan Iklim

Selama puluhan tahun, banjir pasang di Kota Pontianak dipengaruhi siklus bulan, angin monsun, dan pelemahan daya resap tanah dataran rendah.

Ahli hidrologi menilai kenaikan permukaan laut global berdampak pada kota-kota pesisir Kalimantan Barat. Setiap tahunan, pasang meningkat beberapa sentimeter sejalan anomali iklim.

Fenomena gelombang menahan arus sungai menuju muara disebut kondisi “stacking”. Ketika angin kuat bertiup dari laut, gelombang membentuk semacam palang raksasa di depan mulut sungai.

Seketika, air sungai kehilangan jalur keluar. Begitu air pasang masuk, genangan bertahan lama.

Desember jadi bulan rawan. Curah hujan meningkat. Terjadinya compound flooding menambah dampak, yakni kombinasi hujan deras, pasang tinggi, serta angin laut. Perumahan dekat Kapuas termasuk lokasi rentan.

Para akademisi mengusulkan penataan ulang permukiman tepian sungai, peninggian jalan, serta restorasi drainase.

Selain itu, program mangrove dianggap dapat meredam gelombang dengan cara alami. Namun jalan panjang perencanaan butuh dukungan anggaran, koordinasi lintas instansi, termasuk kesiapan warga relokasi sukarela.

Di aula camat, pengungsi duduk saling menguatkan. Relawan menyeduh kopi hangat bagi lansia. Ibu-ibu membagi selimut tipis untuk balita. Anak-anak menghabiskan waktu dengan menggambar di atas kertas. Satu tulisan kecil bertuliskan “air tolong pergi” menempel di dinding.

Solidaritas muncul spontan. Warga memasak mi instan. Petugas kesehatan memantau tekanan darah lansia. Pemerintah mengirim bantuan logistik untuk 3–5 hari. Dalam jangka menengah, kebutuhan air bersih, vitamin, susu balita menjadi prioritas.

Sementara itu, status siaga tidak berarti mengakhiri gelombang. Kota menunggu udara cerah. Semua menyadari Pontianak memiliki tantangan besar menahan air rob. Namun sikap gotong royong menjadi modal sosial mengurangi dampak.

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner