Asa Murid SD Batang Toru Meski Sekolah Hancur, Baju dan Buku Hilang Diterjang Banjir Bandang

Liputan6.com, Jakarta - Bencana banjir bandang meluluhlantakkan tiga desa di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, tidak mampu meredam semangat belajar puluhan siswa Sekolah Dasar (SD).

Kendati kehilangan seragam dan perlengkapan sekolah, sebanyak 78 siswa korban bencana tetap mengikuti Ujian Semester Ganjil dengan mengenakan pakaian seadanya.

Ujian tersebut terpaksa dipindahkan ke SD Negeri 100711 Desa Batu Hula, desa tetangga yang relatif aman, karena kondisi bangunan sekolah mereka di Desa Garoga, Desa Huta Godang, dan Desa Aek Ngadol, telah porak-poranda diterjang banjir bandang pada 25 November 2025 lalu.

Menurut Gina Ashari Delimunthe, salah satu guru, para siswa yang terdampak didatangkan dari berbagai posko pengungsian sejak Senin siang (8/12/2025).

"Dari pagi kita di sini, sudah ada 3 sekolah yang terdampak dengan total 78 siswa. Kami yang dari Aek Ngadol dan dari Garoga serta Huta Godang datang dari beberapa titik pengungsian," jelas Gina.

Pihak sekolah dan dinas terkait berupaya maksimal memastikan seluruh siswa dapat mengikuti ujian. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menjemput para siswa langsung ke posko-posko pengungsian.

"Semua pihak sudah turun tangan. Soal tentu dari kita, terus mereka disediakan buku tulis dan pulpen. Mereka hadir dengan keadaan baju apa adanya. Kita tidak menggunakan pakaian sekolah karena mungkin hanyut atau belum bisa dicuci. Kita bilang, cukup pakai baju yang sopan," tambah Gina.

Ujian ini direncanakan berlangsung selama empat hari, mencakup delapan mata pelajaran. Bagi siswa yang berhalangan hadir, pihak sekolah berkomitmen mengantarkan soal ujian langsung ke tempat mereka mengungsi.

"Kita akan antar, kita tunggu dia mengerjakan ujiannya," tegas Gina.

Sementara itu, orang tua siswa berharap adanya uluran tangan berupa bantuan perlengkapan sekolah.

"Saat ini mereka memakai pakaian biasa. Saya perwakilan dari orang tua murid berharap ada bantuan sedikit, mulai dari baju sekolah beserta perlengkapan lain atau buku tulis, supaya bisalah memacu semangat anak-anak bisa sekolah kembali," tutur Ertika, salah satu orang tua siswa.

Hingga saat ini, tercatat sebanyak 2.500 korban banjir bandang masih mengungsi di enam posko pengungsian, selain yang memilih mengungsi di tempat keluarga.

Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan psikologis dan logistik agar pendidikan anak-anak di Tapsel tidak terhenti total akibat bencana.