Alhamdulillah, Bisa Umrah dan Wisata Religi Sebelum Ramadan

6 days ago 16

Jakarta -

Perjalanan ini adalah salah satu pengalaman paling berharga dalam hidup saya. Ini adalah pertama kalinya saya bepergian ke luar negeri, tepatnya pada 19 Januari 2025, dan lebih istimewa lagi karena tujuan utama saya adalah menunaikan ibadah umroh.

Namun, sebelum tiba di Tanah Suci, saya terlebih dahulu mengunjungi Turki, negeri yang kaya akan sejarah dan budaya Islam. Setelah menjelajahi keindahan Turki, saya melanjutkan perjalanan ke Madinah, kota yang penuh ketenangan dan keberkahan.

Akhirnya, saya tiba di Makkah untuk menunaikan ibadah umroh. Perjalanan ini bukan hanya sekadar wisata religi, tetapi juga pengalaman spiritual yang mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, keimanan, dan ketulusan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Turki adalah negara yang menghubungkan dua benua, Eropa dan Asia, serta memiliki sejarah panjang yang mencakup berbagai peradaban besar, termasuk Kekaisaran Romawi, Bizantium, dan Kesultanan Utsmaniyah. Negara ini juga terkenal dengan banyaknya kucing yang berkeliaran bebas, terutama di Istanbul.

Setibanya di sana, saya langsung terpukau dengan keindahan arsitektur dan suasana kotanya. Destinasi pertama yang saya kunjungi adalah Masjid Hagia Sophia, bangunan bersejarah yang awalnya gereja, lalu menjadi masjid, kemudian museum, dan kini kembali menjadi masjid. Tidak jauh dari sana, saya melihat Masjid Biru yang terkenal dengan kubah birunya.

Saat berkunjung ke kedua masjid tersebut, saya merasakan ketenangan yang luar biasa. Saya juga mengunjungi Istana Topkapi, tempat tinggal para Sultan Utsmaniyah selama ratusan tahun, yang menyimpan banyak peninggalan Islam berharga, termasuk pedang dan jubah Nabi Muhammad SAW. Selain itu, saya mengunjungi Gunung Uludag di Kota Bursa, salah satu gunung tertinggi di Turki.

Saat itu musim dingin, dan saya sangat senang bisa menyentuh salju untuk pertama kalinya. Setelah puas bermain salju, saya menyusuri Selat Bosporus yang membelah Istanbul menjadi dua bagian, Asia dan Eropa. Pemandangan dari atas kapal sangat memukau, terutama saat matahari terbenam dan lampu-lampu kota mulai menyala.

Setelah beberapa hari menikmati keindahan Turki, tibalah waktunya melanjutkan perjalanan ke Arab Saudi. Setibanya di Madinah, suasana kota ini terasa berbeda. Tidak seperti Istanbul yang ramai, Madinah jauh lebih tenang dan damai. Udara sejuk, dan penduduknya sangat ramah.

Tujuan utama saya di sini adalah Masjid Nabawi, salah satu masjid terbesar dan paling bersejarah dalam Islam. Saat pertama kali melihatnya, saya langsung menangis haru. Kubah hijau yang ikonik, payung-payung besar yang terbuka di halaman masjid, serta lautan manusia dari berbagai penjuru dunia membuat saya merasa begitu kecil di hadapan Allah. Saya juga berkesempatan masuk ke Raudhah, tempat mustajab untuk berdoa.

Saya juga mengunjungi Jabal Uhud, tempat terjadinya Perang Uhud. Di sana, saya melihat makam para syuhada, termasuk Sayyidina Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW. Setelah beberapa hari di Madinah, saya bersiap menuju Makkah. Perjalanan ditempuh dengan bus selama enam jam, dengan singgah di Masjid Bir Ali untuk mengambil Miqat dan berniat ihram.

Mengenakan pakaian ihram membuat saya merasa seolah-olah melepaskan segala atribut duniawi dan hanya menjadi seorang hamba di hadapan Allah. Saat pertama kali melihat Ka'bah, air mata saya langsung mengalir. Meski sedang sakit, saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk menunaikan umroh.

Tawaf mengelilingi Ka'bah terasa begitu syahdu, diiringi doa dan dzikir dari jutaan jamaah lainnya. Sa'i antara Bukit Shafa dan Marwah mengingatkan saya pada ketabahan Siti Hajar dalam mencari air untuk putranya, Ismail. Selain beribadah umroh, saya juga mengunjungi Masjid Kuba dan Masjidil Haram.

Perjalanan ini berlangsung selama 12 hari. Ketika tiba waktunya kembali ke Indonesia, perasaan saya bercampur antara sedih dan bahagia. Sedih karena harus meninggalkan Tanah Suci, tetapi bahagia karena telah diberi kesempatan mengalami perjalanan spiritual yang luar biasa.

Dari Turki, saya belajar tentang sejarah Islam dan kejayaan peradaban besar. Dari Madinah, saya merasakan ketenangan dan ketulusan dalam beribadah. Dan Makkah, saya belajar tentang ketundukan total kepada Allah. Saat kembali ke kehidupan sehari-hari, saya merasa ada yang berubah dalam diri saya.

Saya menjadi lebih sabar, lebih bersyukur, lebih rajin beribadah, dan lebih menyadari bahwa segala sesuatu dalam hidup ini adalah bagian dari rencana Allah. Umroh bukan hanya perjalanan ibadah, tetapi juga perjalanan yang mengubah cara saya melihat hidup.

Saya berharap suatu hari nanti bisa kembali ke Tanah Suci, karena rindu yang tertinggal di sana tidak akan pernah hilang.

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner