Akses Jalan Mulai Terbuka, Ada Secercah Harapan dari Aceh Tamiang

1 day ago 7

Liputan6.com, Aceh - Sempat terisolasi berhari-hari akibat banjir dan longsor, wilayah Aceh Tamiang, sebagai salah satu daerah paling terdampak banjir Sumatera, kini jalannya sudah bisa diakses. Berbagai bantuan kemanusiaan pun mulai berdatangan menjangkau wilayah-wilayah terdampak.  

Dari cerita para penyintas bencana, selama masa terputusnya akses, warga bertahan dalam keterbatasan. Makanan, pakaian, dan perlengkapan seadanya menjadi tumpuan hidup sehari-hari. Seiring mulai berdatangannya bantuan pangan pokok dan obat-obatan, masyarakat berangsur kembali untuk membersihkan rumah serta lingkungan sekitar sebagai bagian dari upaya pemulihan. Mereka membuktikan sendiri bahwa harapan itu masih ada.

Apalagi di tengah kondisi sulit tersebut, anak-anak Aceh Tamiang saja masih semangat dan mencerminkan ketangguhan masyarakat. Mereka menyambut para relawan dengan senyum dan pesan penuh harapan, seakan menegaskan bahwa mereka sanggup melewati cobaan ini bersama.

"Untuk teman-teman Aceh yang juga terkena bencana, tetap semangat ya," ujar anak-anak saat direkam relawan. 

Salah satu bantuan yang hadir datang dari Holding Industri Pertambangan MIND ID, yang menyalurkan tiga truk bantuan berisi sekitar 100.000 item kebutuhan, meliputi vitamin, obat-obatan, serta perlengkapan dasar masyarakat.

Bantuan tersebut mencakup multivitamin anak dan dewasa, susu, madu, obat batuk, demam, maag, alergi, flu, diare, obat topikal, serta kebutuhan kebersihan seperti popok bayi dan dewasa, tisu basah, dan tisu kering. Distribusi bantuan difokuskan ke Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Aceh Tamiang.

Selain bantuan logistik, MIND ID bersama seluruh Anggota Grup juga menjalankan program Employee Volunteering. Program ini memaksa para karyawan untuk terlibat langsung sejak proses evakuasi, penyaluran bantuan, hingga pendampingan pemulihan masyarakat di berbagai wilayah terdampak bencana di Sumatera.

Koordinator Posko Paya Awe, Akhiruddin, bercerita bahwa desanya sempat terendam banjir hingga setinggi dua meter.

"Kami hanya bisa mengungsi di balai pengajian. Tidak ada makanan sama sekali, bahkan untuk anak-anak. Dampaknya bagi kami seperti tsunami kedua," ujarnya.

Akhiruddin mengatalan, bantuan relawan dari MIND ID sangat menolong masyarakat yang mencoba bangkit kembali usai bencana.

"Sekitar 80 persen masyarakat sudah kembali ke rumah, tetapi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, kelambu, dan perlengkapan lainnya masih banyak yang kurang," tambahnya.

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner