Jakarta -
Para penjual tonkatsu di Jepang sedang mengalami kebingungan akibat harga bahan yang naik. Pasalnya, harga kol di sana disebut jauh lebih mahal dari daging babinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonkatsu merupakan makanan yang populer di Jepang. Berupa olahan daging babi yang digoreng dengan balutan tepung sehingga teksturnya renyah. Disukai banyak orang karena cita rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah. Semakin nikmat apabila dicocol atau disiram saus katsu yang didominasi rasa gurih manis.
Biasanya tonkatsu selalu disajikan bersamaan dengan irisan kol, saus mustard, dan acar khas Jepang. Lalu dimakan dengan semangkuk nasi hangat.
Sebagai salah satu masakan 'comfort food' orang Jepang, tentu banyak penjual tonkatsu yang bisa ditemui di negeri sakura. Sayangnya, saat ini para pemilik restoran sedang berada di ambang kebingungan dan kekhawatiran.
Seperti negara lain, Jepang juga telah mengalami kenaikan harga sangat tinggi selama dua tahun terakhir. Meningkatnya biaya grosir makanan ditambah kenaikan biaya operasional lainnya membuat banyak bisnis kuliner di Jepang sulit beroperasi.
Selain itu, kelangkaan bahan-bahan tertentu juga menyebabkan harganya menjadi melonjak.
Kenaikan harga mengakibatkan sejumlah bisnis kuliner terpengaruhi. Salah satunya para penjual tonkatsu.
Penjual tonkatsu di Jepang mengeluhkan harga kol yang menjadi lebih mahal dari sebelumnya. Hal ini juga membuat beberapa restoran merasa dirugikan.
Kol seharusnya dijual murah di Jepang. Harga biasanya hanya di bawah 400 yen (Rp 41.377). Namun, beberapa supermarket di Tokyo sekarang menjualnya dengan harga sekitar 850 yen (Rp 87.927) dan 888 yen (Rp 91.858). Bahkan, di salah satu supermarket di prefektur Hyogo, harga kol mencapai 1.090 yen atau sekitar Rp 112.751, lapor unseen-japan.com.
Menurut penjual tonkatsu di Jepang, harga daging babi sudah kembali normal, tetapi harga kol justru melonjak. Foto: Getty Images/iStockphoto/Amarita
Harga kol tersebut meningkat 3 kali lipat daripada peningkatkan yang terjadi Desember tahun lalu.
Selain karena inflasi, disebut-sebut kenaikan harga juga disebabkan cuaca panas dan kering selama musim panas lalu di beberapa prefektur penghasil kol, seperti di Aichi dan Chiba. Akhirnya para petani di sana juga membatasi hasil panen.
Populasi di Jepang yang menua dan kurangnya tenaga kerja juga mungkin berperan dalam kenaikan harga kol di Jepang. Kenaikan harga kol juga telah membuat sayuran ini menjadi incaran baru para pencuri.
Jelas, kenaikan harga membuat restoran tonkatsu di Jepang khawatir. Pasalnya potongan daging babi goreng selalu disajikan bersamaan dengan irisan kol. Dulu, banyak restoran menyajikan kol dalam porsi tak terbatas kepada pelanggan. Namun, karena harga saat ini berbeda, pemilik restoran pun membatasinya.
Pemilik salah satu restoran tonkatsu di Jepang, Katsukichi mengungkap bahwa harga daging babi di Jepang sebenarnya sudah kembali normal, tetapi kol yang menjadi bagian termahal dalam hidangan ini.
Para penjual tonkatsu mulai merasa khawatir karena harga kol yang lebih mahal dari daging babi. Foto: Getty Images/iStockphoto/Amarita
Melansir statista.com, pada tahun 2023, harga eceran rata-rata daging babi per 100 gram di 47 ibukota prefektur Jepang sebesar 232 yen (Rp 23.993) sampai 303 yen (Rp 31.336).
Menurut laporan Unseen Japan, beberapa netizen di media sosial mengungkap bahwa mereka mungkin akan meninggalkan kol jika kondisinya seperti ini. Netizen pun berencana untuk beralih mengonsumsi sayuran lebih murah, seperti selada dan hakusai (kubis napa).
Namun, dengan harga sayuran di Jepang yang meningkat secara umum, tampaknya strategi atau rencana ini tidak bisa bertahan lama.
(aqr/adr)