Jatuh Bangun Olahraga Indonesia di Era Jokowi

3 weeks ago 18

Jakarta -

Joko Widodo menyerahkan 'tongkat estafet' kepresidenan ke Prabowo Subianto. Ada catatan sukses dan gagal olahraga Indonesia di era Jokowi, apa saja?

Joko Widodo secara resmi mengakhiri masa jabatannya sebagai Presiden RI, menyusul telah dikukuhkan Prabowo Subianto sebagai pimpinan baru Indonesia periode 2024-2029.

Pengucapan sumpah berlangsung saat Sidang Paripurna MPR RI di gedung Nusantara MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (20/10/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di akhir masa jabatannya, Jokowi mencatatkan sejumlah keberhasilan dan kegagalan, terutama di bidang olahraga. Apa saja?

Seperti diketahui, pria kelahiran Surakarta itu menjabat Presiden selama dua periode, yaitu 2014-2019 dan 2019-2024. Sepanjang jabatannya itu ada lima kejuaraan bergengsi dan ternama baik single maupun multievent di Asia dan dunia yang akhirnya dapat terselenggara di Indonesia.

Pertama Asian Games dan Asian Para Games 2018. Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018 yang digelar di Jakarta dan Palembang. Sebenarnya, ini bukan kali perdana Indonesia menggelar multievent paling bergengsi di Asia yang digelar empat tahunan tersebut.

Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah Asian Games pada 1962. Ketika itu, Indonesia keluar menjadi runner up. Setelah itu, Asian Games nyaris tak pernah singgah lagi di Indonesia.

Barulah, Indonesia mendapat kehormatan lagi dengan menggelar Asian Games dan Asian Para Games 2018. Berbagai persiapan pun dilakukan termasuk merenovasi kawasan Gelora Bung Karno dan di Palembang demi peningkatan kualitas arena pertandingan sesuai dengan standar dunia.

Saat itu, tim Indonesia berhasil mendapatkan posisi keempat dari total negara peserta Asia dengan perolehan 31 medali emas, 24 perak, dan 43 perunggu.

Momen Kebersamaan Jokowi - Prabowo di Final SilatMomen Kebersamaan Jokowi - Prabowo di Final Silat Asian Games 2018 (Foto: Grandyos Zafna/detikSport)

Tak hanya sampai di sana, Indonesia juga naik kelas setelah untuk kali pertama menggelar kejuaraan balap motor kelas dunia, MotoGP, sejak terakhir pada 1996. Saat itu, namanya belum MotoGP namun semua kelas balapan 500cc, 250cc, dan 125cc digelar di Sirkuit Sentul, Bogor.

Meski begitu, hal ini merupakan pencapaian terbesar di era Jokowi. Sebab, MotoGP Mandalika sedikit banyak menyedot perhatian dunia terutama wisatawan yang ingin datang ke Indonesia, khususnya di sekitar wilayah Mandalika, Lombok. Hal ini juga berdampak pada kemajuan olahraga, sumber daya, serta perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Presiden Jokowi memberikan piala kepada pemenang MotoGP Indonesia 2022 yaitu Miguel Oliveira, kemudian Fabio Quartararo menempati urutan kedua dan Johann Zarco yang menempati urutan ketiga, Minggu 20 Maret 2022.Presiden Jokowi memberikan piala kepada pemenang MotoGP Mandalika 2022 yaitu Miguel Oliveira, kemudian Fabio Quartararo menempati urutan kedua dan Johann Zarco yang menempati urutan ketiga (Foto: Laily Rachev-Biro Pers Sekretariat Presiden)

Tak hanya dari dunia balap, Indonesia juga kian membanggakan karena berhasil menggelar Piala Dunia level usia di bawah 17 tahun cabang sepakbola. Kepastian menggelar Piala Dunia U-17 ini diputuskan setelah Peru, negara yang ditunjuk sebagai tuan rumah sebelumnya, dinilai tak siap secara infrastruktur.

Namun sebelumnya, Indonesia awalnya ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Tapi, FIFA selaku induk sepakbola dunia,juga membatalkan posisi tersebut akibat situasi yang tidak kondusif karena adanya penolakan kepada Timnas Israel.

Tahun ini ada beberapa momen penting di persepakbolaan Indonesia. Mulai gagal jadi tuan rumah Pildun U-20, jadi tuan rumah Pildun U-17 hingga JIS tergenang air.Jerman jadi juara Piala Dunia U-17 (Foto: Reuters)

Selain sepakbola, Indonesia melalui olahraga basket juga untuk kali pertama menggelar FIBA World Cup 2023. Meskipun menjadi tuan rumah bersama Filipina dan Jepang, tapi Indonesia dipuji karena penyelenggaraannya yang terbilang sukses.

Penyelenggaraan olahraga basket bertaraf dunia ini pun sedikit banyak memberi dampak bagi prestasi dan industri basket Indonesia.

Sebagai bentuk dukungan terhadap olahraga, Jokowi bahkan mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional. Hal ini bertujuan untuk memajukan sepakbola Indonesia dan kembali menjadi olahraga yang menghibur dan aman bagi masyarakat.

Namun di luar beberapa prestasi olahraga yang dicatatkan pada eranya, Jokowi juga mencatatkan tinta hitam di masa pemerintahannya. Utamanya di bidang sepakbola, dari mulai Indonesia mendapatkan sanksi FIFA hingga terjadinya tragedi Kanjuruhan yang menjadi sorotan dunia.

Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA pada 2015. Hukuman diberikan karena adanya intervensi dari pemerintah, dalam hal ini Kemenpora dan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).

Kemenpora membekukan PSSI pada 18 April 2015 karena tak mematuhi imbauan BOPI terkait penyelenggaraan Liga Indonesia 2015. Saat itu, BOPI meminta PSSI untuk tak mengikutsertakan Arema Cronus FC dan Persebaya Surabaya karena masalah administrasi. Namun, PSSI tidak mengindahkannya dan tetap mengikutkan kedua klub itu.

Alhasil, pemerintah mengeluarkan surat pembekuan yang keluar tak lama setelah PSSI mengadakan Kongres Luar Biasa (PSSI) yang memilih La Nyalla Mattalitti sebagai ketua umum baru menggantikan Djohar Arifin. Saat itu, kompetisi sepakbola pun kosong.

Indonesia baru terbebas dari hukuman FIFA pada tahun berikutnya, tepatnya 13 Mei. Atau dua hari setelah dicabutnya keputusan menteri Indonesia pada 10 Mei 2016.

Perjalanan sepakbola sejak itu pun naik turun. Terlebih saat ada pandemi COVID-19 dan membuat kompetisi sepakbola berjalan dengan keterbatasan. Setelah itu, sepakbola sedikit demi sedikit mulai pulih seiring dengan sejumlah perbaikan kompetisi yang dilakukan.

Sampai akhirnya, tragedi mengenaskan terjadi. Tepatnya, 1 Oktober 2022. Indonesia diselimuti duka mendalam karena kasus di Stadion Kanjuruhan.

Kegunaan Gas Air Mata Sebenarnya, Kini Jadi Sorotan di Tragedi KanjuruhanGas air mata di Tragedi Kanjuruhan (Foto: AP/Yudha Prabowo)

Saat itu, terjadi kerusuhan yang menyebabkan 135 orang meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Arema FC melawan Persebaya.

Saat itu, suporter Arema kecewa timnya kalah dari Persebaya, mereka lalu turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain. Polisi lalu menembakkan gas air mata karena para suporter anarkis dan menyebabkan adanya penumpukan massa.

Presiden RI Joko Widodo sempat memberikan komentarnya terkait kerusuhan tersebut. Ia juga menyampaikan dukacita dan berharap peristiwa tersebut tidak terulang kembali.

Orang nomor 1 di Indonesia itu juga bahkan memberikan arahan khusus kepada pihak-pihak terkait seperti Menkes Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap korban.

Terhadap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Menpora, serta PSSI agar dilakukan evaluasi menyeluruh terkait pelaksanaan pertandingan sepakbola.

Sayangnya, meski sudah dua tahun berlalu, kericuhan suporter masih terus terjadi di pertandingan sepakbola. Terbaru saat laga Persib Bandung dan Persija Jakarta pada September 2024.

Meskipun kejadian kericuhan terjadi setelah pertandingan usai, namun hal itu disayangkan mengingat sepakbola Indonesia tengah dalam tren yang bagus dan meningkat melalui prestasi Tim Nasional-nya.

Hal ini pula yang bakal menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk bisa membawa perubahan bagi olahraga Indonesia ke depan, dan sepakbola secara khusus.

Apalagi sepakbola menjadi salah satu olahraga paling populer di Indonesia saat ini. Selain, cabang olahraga lainnya yang juga tengah berkembang seperti panjat tebing dan angkat besi. Hal menyusul kesuksesan kedua cabor tersebut di Olimpiade Paris 2024.

Selain itu, Indonesia juga ada punya mimpi besar untuk jadi tuan rumah Olimpiade pada 2036.

(mcy/aff)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner