Jakarta -
Ole Romeny mengisahkan cintanya kepada Indonesia. Cerita dari nenek dan pengalaman mengesankan saat bermain bola dengan anak-anak desa membuatnya terpikat dengan nusantara.
Romeny telah menjelma menjadi idola baru bagi para pendukung Timnas Indonesia. Ketajamannya di lini depan dengan membuat dua gol dalam dua pertandingan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia adalah sebab utama. Ya, Romeny membobol gawang Australia dan Bahrain pekan lalu.
Selain itu, pengakuannya tentang kecintaan kepada Indonesia menambah bobot pujian dari fans sepakbola buatnya. Itu bermula ketika Romeny memilih selebrasi dengan tangan di bawah dagu usai mencetak gol ke gawang Bahrain di Stadion utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 25 Maret. Bukan tanpa alasan dia melakukannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bilang ke ibu saya, semua gol yang saya cetak adalah untuk nenek saya. Dia alasan saya di sini (membela Timnas Indonesia)," kata Ole Romeny usai pertandingan.
"Saya tahu dia pasti akan sangat bangga jika dia bisa merasakan momen ini. Tapi intinya kemenangan ini juga untuk seluruh negeri. Para suporter sangat gembira," kata pemain kelahiran Nijmegen, Belanda itu.
Ya, nenek adalah sosok penting dalam karier Romeny bersama Timnas Indonesia. Dalam wawancara dengan Voetbalzone, Romeny mengatakan neneknya, Helene Wilhelmina Degenaars, yang 'menghidupkan' Indonesia dalam dirinya. Helene lahir di Medan pada 2 April 1923.
"Nenek saya lahir di Medan, tumbuh besar di sana, lalu pindah ke Belanda," kata Romeny dalam wawancara itu.
"Beberapa anaknya lahir di Indonesia, tapi ibu saya tidak. Nenek sering memasak makanan Indonesia dan selalu bercerita dengan penuh cinta tentang negaranya. Saya tidak pernah melupakan cerita-cerita itu. Kalau nenek masih hidup, dia pasti akan sangat bangga," dia menambahkan.
Ibu Romeny bernama Catherine Frederique ter Haar Romenij. Dia tidak lahir di Medan, melainkan di Haarlem pada 24 Juni 1963. Sementara ayahnya, Petrus Gerardus Wilhelmus Burgers, lahir di Wijchen pada 16 Mei 1959.
Ya, tidak ada darah Indonesia dalam tubuh Romeny. Dia mendapatkan status Warga Negara Indonesia (WNI) sebagai naturalisasi blijver, artinya Romeny memilih untuk menjadi WNI karena kesetiaannya pada Indonesia, yang didasari oleh latar belakang keluarga dan pengalaman pribadi.
Romeny sah menjadi WNI setelah menjalani sumpah di KBRI London, Inggris pada 8 Februari 2025.
Jika merujuk kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia secara umum menerapkan asas ius sanguinis, bukan berdasarkan tempat kelahiran (ius soli). Artinya, jika salah satu atau kedua orang tua seseorang adalah WNI maka anak tersebut secara otomatis menjadi WNI. Namun, dalam praktiknya, terdapat beberapa pengecualian dan pertimbangan khusus yang memungkinkan seseorang memperoleh kewarganegaraan Indonesia, meskipun tidak memiliki garis keturunan langsung dari WNI.
Nah, dalam kasus blijver seperti Romeny terdapat pertimbangan khusus yang memungkinkan naturalisasi. Salah satunya, ada pertalian sejarah dan budaya dengan Indonesia, meskipun tidak ada garis keturunan langsung. Salah satu pertimbangannya, dia keturunan dari nenek yang lahir di Indonesia, berkontribusi positif yang diharapkan untuk Indonesia, dab memiliki keinginan kuat untuk menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Dari pengakuannya dalam wawancara dengan Voetbalzone, kunjungan Romeny ke Indonesia pada November 2024, yang sekaligus menjadi kedatangan pertamanya ke Indonesia, memperkuat ikatan emosional dengan Indonesia.
"Semuanya terasa tepat, jadi bagi saya itu terasa sangat cepat. Ketika saya melihat semua orang di Indonesia, saya langsung terpikat," kata Romeny.
"Dalam kunjungan itu, saya pergi ke sebuah desa miskin, di sana saya bermain sepakbola dengan sekelompok anak kecil. Sekarang saya menjadi pesepakbola profesional, tujuan terbesar saya adalah menginspirasi anak-anak," kata dia.
Romeny tidak menyebut secara detail desa miskin yang dikunjunginya pada November 2024 itu. Hanya saja, sepakbola memang sudah menjadi salah satu aktivitas lumrah bagi anak-anak di seluruh Indonesia. Sepakbola bagi anak-anak Indonesia tidak hanya dimainkan di lapangan hijau, namun di jalan-jalan, halaman, lapangan sekolah, dan di mana saja.
Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada 2014 mengungkapkan bahwa sepakbola pada anak-anak Indonesia tidak hanya memberikan kesempatan untuk bermain, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara mereka.
Medan, sebagai kota multikultural, memiliki budaya yang kaya dan beragam, dengan budaya Batak menjadi salah satu yang paling menonjol. Batak juga memiliki beberapa sub-etnis, seperti Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Pakpak, dan Angkola, dengan masing-masing sub-etnis memiliki bahasa, adat istiadat, dan seni budaya yang unik.
(fem/fem)