Barista Starbucks Amerika Mogok Kerja, Tuntut Keadilan Upah

1 month ago 54

Jakarta -

Menuntut upah yang layak, para barista Starbucks lakukan mogok kerja. Ancamannya tak ada kontrak pekerjaan jelas, maka takkan ada kopi yang disajikan.

Dalam industri kopi tidak hanya mengutamakan kualitas penyajian kopi yang enak tetapi keadilan pada rantai penyebarannya juga penting. Merujuk pada peraturan global dan perjanjian resmi industri kopi, salah satunya adalah Fair Trade Agreement.

Fair Trade Agreement merupakan persetujuan yang terjadi antara pemasok dan user untuk menjembatani para petani dengan pembelinya. Fair Trade Agreement biasanya diterapkan dan menjadi sertifikasi untuk kafe-kafe besar seperti Starbucks, salah satunya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejaring kafe terbesar di dunia ini menggunakan sistem Fair Trade untuk menerapkan pembelian yang berkelanjutan dari petani dengan harga tinggi yang takkan pernah diturunkan sehingga petani memiliki pendapatan yang stabil. Ternyata Fair Trade yang dilakukan pada petani tak sejalan dengan apa yang diterapkan kepada baristanya sendiri.

Baca juga: Heboh! Pekerja Restoran Kepergok Potong Daging di Atas Trotoar

Barista Starbucks Amerika Mogok Kerja, Tuntut Keadilan UpahGegara terima upah yang tidak adil, barista Starbucks di Amerika Serikat lakukan protes. Foto: Business Insider

Persatuan para pekerja Starbucks dilaporkan oleh Business Insider (18/12) melakukan protes terhadap perusahaannya. Berawal dari hanya satu negara, kini persatuan pekerja Starbucks yang protes semakin banyak dan datang dari berbagai negara lainnya.

Menurut perserikatan para pekerja, yang mewakili lebih dari 10.000, menyatakan bahwa 98% anggotanya telah menyetujui untuk mogok kerja. Kelompok ini mengaku akan terus mogok kerja dan takkan menyajikan kopi untuk pelanggan sampai penawaran mereka menemukan titik terang oleh pihak Starbucks.

Pada pernyataan yang diberikan kepada CNBC aksi mogok kerja ini dipicu oleh adanya ratusan praktik perbudakan yang tidak adil. Ditambah lagi, ketika bernegosiasi antara perusahaan dan serikat pekerja tak ditemukan upaya untuk menjawab dan menghapus ketidakadilan pada seluruh pekerja terdampak.

"Sejak April kami sudah mengagendakan dan menghadiri lebih dari 8 kali proses negosiasi di mana kami memiliki 30 perjanjian dengan sebagian besar topiknya ialah apa yang disampai oleh delegasi Workers United terkait hal-hal penting untuk mereka, termasuk banyak permasalahan ekonomi," ujar juru bicara Starbucks.

Barista Starbucks Amerika Mogok Kerja, Tuntut Keadilan UpahMereka kompak mogok kerja sampai penjualan menurun drastis. Foto: Business Insider

Menurut informasi yang beredar, dikatakan juga aksi mogok kerja ini terjadi tepat setelah pernyataan yang dilontarkan oleh Brian Niccol selaku CEO dari Starbucks. Ia mengubah kebijakan cuti untuk para orang tua yang bekerja di gerai Starbucks.

Pada bulan Maret, Starbucks memberikan jatah cuti selama 18 minggu untuk melahirkan, 12 minggu untuk yang tidak melahirkan namun ingin turut serta mengurus anak. Tetapi kebijakan tersebut diubah menjadi jatah cuti selama 6 minggu dan cuti selama 12 minggu tanpa dibayar.

Sejak terjadi aksi protes tersebut, pengaruh mogok kerja para barista sampai membuat dampak yang signifikan terhadap penjualan Starbucks. Per 29 Oktober 2024 tercatat adanya penurunan 7% dalam penjual yang dibandingkan dengan tahun lalu. Termasuk penurunan di Amerika Serikat 6%, dan di China sebanyak 14%.

Keuntungan bersih dari gerai kopi ini secara menyeluruh juga menurun hingga 3% dari tahun lalu menjadi Rp 148 Miliar. Begitu pula dengan harga sahamnya yang amblas hingga 1,7% sejak tahun lalu.


(dfl/odi)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner