London -
Ratusan tulang manusia yang ditemukan di dasar Sungai Thames, London selama dua abad terakhir mengungkapkan sebuah misteri besar. Sungai itu biasa digunakan untuk membuang mayat sejak zaman dulu.
Penelitian terbaru dilakukan terhadap 30 kerangka yang ditemukan di sungai itu. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas berasal dari Zaman Perunggu dan Zaman Besi, dengan rentang waktu lebih dari 6.000 tahun.
Peneliti menduga dibuangnya mayat-mayat ke Sungai Thames itu merupakan bagian dari praktik ritual kuno di Eropa Barat Laut, meskipun beberapa bukti juga menunjukkan adanya kekerasan yang terkait dengan penempatan jasad-jasad tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah studi yang diterbitkan pada 28 Januari di jurnal Antiquity, para peneliti merinci analisis dengan tanggal radiokarbon dari 30 kerangka yang ditemukan di Sungai Thames. Tujuannya untuk menyelidiki kapan dan mengapa mayat-mayat berakhir di sungai.
Penelitian bertajuk "Human remains from the River Thames: new dating evidence" itu ditulis oleh Nichola Arthur, Jane Sidell, dan Heather Bonney dan diterbitkan pada 28 Januari 2025.
"Kebanyakan orang, termasuk warga London, cukup terkejut mendengar bahwa ratusan tulang manusia berasal dari Sungai Thames," kata penulis utama studi Nichola Arthur, seorang kurator di Museum Sejarah Alam di London, seperti dikutip dari Live Science, Senin (17/2/2025).
Arthur mengatakan kerangka manusia memang banyak ditemukan di tempat-tempat perairan di Eropa barat laut, namun tulang-tulang manusia di Sungai Thames itu sangat banyak.
Peneliti pada era berbeda mengemukakan pendapat dan kesimpulan yang berbeda pula. Penelitian itu digeber sejak abad ke-19.
Salah satu teori awal tentang penemuan ini adalah bahwa mayat-mayat itu berasal dari pertempuran antara bangsa Celtic dan Romawi. Sementara pada akhir abad ke-20, para ahli menyatakan bahwa sebagian besar mayat berasal dari erosi kuburan di tepi sungai dan korban tenggelam.
"Pertanyaan besar tentang tulang-tulang manusia ini adalah bagaimana mereka bisa berada di sungai," kata Arthur.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menghasilkan lusinan tanggal radiokarbon untuk lebih memahami kapan mayat-mayat itu berakhir di sana.
Ketika para peneliti menggabungkan 30 tanggal radiokarbon baru dengan 31 tanggal sebelumnya, mereka menemukan jasad-jasad di Sungai Thames berasal dari tahun 4000 SM hingga 1800 M. Artinya, rentang waktunya hampir 6.000 tahun. Sebagian besar berasal dari Zaman Perunggu (2300 hingga 800 SM) dan Zaman Besi (800 SM hingga 43 M), serta ditemukan di daerah hulu sungai.
"Kami sekarang dapat mengatakan dengan yakin bahwa ini tampaknya bukan sekadar tulang yang terus-menerus terkumpul di sungai seiring waktu," kata Arthur.
"Benar-benar ada sesuatu yang signifikan terjadi di Zaman Perunggu dan Zaman Besi," ujarnya.
Arthur menduga mayat-mayat itu adalah bagian dari pola yang lebih luas di Eropa barat laut saat orang-orang prasejarah secara sengaja menyimpan sisa-sisa yang penting secara ritual di tempat-tempat berair.
"Penelitian ini telah meminggirkan berbagai argumen, tetapi asal usul jenazah-jenazah ini masih harus dipelajari dan dibuktikan secara tuntas," tutur Chris Knüsel, seorang bioarkeolog di Universitas Bordeaux di Prancis, kepada Live Science melalui email.
Knüsel, yang juga telah mempelajari sisa-sisa manusia di Sungai Thames tetapi tidak terlibat dalam penelitian Arthur, mengatakan bukti tersebut mungkin mengarah pada alasan lain mengapa sisa-sisa manusia berakhir di Sungai Thames, yakni pertikaian yang disertai kekerasan di sungai ini.
"Kekerasan merupakan tema yang sangat umum untuk sisa-sisa manusia prasejarah di kemudian hari dari tempat-tempat berair," kata Arthur.
"Kami telah menemukan pola trauma rangka pada tulang-tulang sisa-sisa manusia di Sungai Thames," dia menambahkan.
Penelitian itu akan dilanjutkan dengan menganalisis cedera pada tulang-tulang dari mayat yang ditemukan.
(fem/fem)