Terkuak, Tak Semua Bangunan di Jalan Braga Bisa Disulap Jadi Kafe Kekinian

2 days ago 23

Jakarta -

Jalan Braga di Bandung menjadi favorit wisatawan lokal hingga mancanegara dengan deretan kafe hits yang berpadu dengan nuansa tempo dulu. Ternyata, memang tak semua bangunan tua di Braga bisa diubah menjadi tempat nongkrong kekinian.

Braga memang istimewa dengan bangunan peninggalan kolonial Belanda berdiri megah di sepanjang jalan itu. Sejak zaman Belanda, kawasan itu memang sudah disiapkan sebagai lokasi belanja.

Pemerintah Bandung melanjutkannya. Tuntunan zaman membuat Braga terusik, menghadapi desakan label kekinian, namun juga harus bertahan untuk mempertahankan keasliannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah langkah dilakukan agar kemasalaluan dan kekinian itu berpadu dan menjadi daya pikat. termasuk membuat aturan untuk membatasi pembangunan. Beberapa di antaranya memang secara konstruksi tidak memungkinkan untuk dimodifikasi, sementara yang lain terkendala biaya restorasi yang tidak sedikit.

Menurut Ketua Program Studi Magister Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Galih Kusumah, banyak kafe di Braga saat ini sebenarnya menempati bangunan yang memang sudah lama berfungsi sebagai toko atau usaha. Artinya, bukan bangunan mati yang "dibangkitkan", melainkan ruang usaha yang terus beradaptasi dengan zaman

Kafe-kafe hits yang berada di kawasan tersebut adalah toko-toko yang sejak lama sudah berdiri di Jalana Braga. Ketua Prodi Magister Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Galih Kusumah, menjelaskan bahwa ada beberapa kendala dan salah satunya terkait konstruksi bangunan tersebut.

"Tidak banyak bangunan heritage yang bisa dialihfungsikan untuk menjadi bangunan komersil jadi hotel, jadi toko itu susah. Karena bangunannya dulu material utamanya seperti itu (bukan dari semen)," ujar Galih saat dihubungi detiktravel beberapa waktu lalu.

Dia juga menyampaikan bahwa memang bangunan-bangunan tua di Jalan Braga ini menjadi daya pikat yang unik saat berada di Kota Bandung.

"Jadi kalau bicara konteks dari pariwisata memang kalau dari segi visual destinasi itu bangunan-bangunan tua seperti kalau di demolish itu kaya di Malala (Malaysia). Bangunan-bangunan tuanya bagus itu ya," kata dia.

Namun jika berbicara terkait keberlangsungan secara ekonomi masyarakat di sana dan juga bagi pemilik bangunan. Karena untuk menjaga dan merawat bangunan-bangunan tua itu cukup sulit, terutama dari masalah pendanaan.

Mengakar pada kendala tersebut, Galih menyampaikan di titik inilah pemerintah perlu hadir dan duduk bersama dalam 'memperpanjang umur' dari bangunan-bangunan heritage di kawasan Jalan Braga ini.

Kawasan ramai turis di Jalan Braga Bandung dan juga daya tarik bangunan heritagenyaRestoran Braga Permai yang melegenda. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

"Memang pemerintah harus hadir bagaimana caranya kalau memang mau ya (menjaga kelestarian bangunan heritage). Karena di beberapa negara, bangunan heritage yang dianggap bersejarah itu diberi subsidi gitu," kata Galih.

Dari jurnal penelitian Universitas Islam Bandung dengan judul 'Persepsi Pemilik Bangunan dalam Melestarikan Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Braga Kota Bandung' karya Fadila Rahman dan Ira Safitri Darwin (2022) yang menyebut para pemilik bangunan heritage kurang memiliki nilai ekonomi karena perawatan bangunan yang mahal.

"Insentif yang diberikan oleh Pemerintah Kota Bandung kepada pemilik bangunan cagar budaya juga masih tergolong kecil dan masih belum cukup untuk meringankan biaya pemilik bangunan cagar budaya agar mereka tetap menjadi bentuk asli dari bangunan cagar budaya tersebut," tulis jurnal itu.

detiktravel mencoba untuk meminta wawancara kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung terkait hal itu, namun belum ada tanggapan untuk permohonan tersebut.


(upd/fem)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner