Kebijakan Gubernur Jabar Larang Study Tour, Pengaruhnya Meluas ke Provinsi Lain

1 day ago 8

Cirebon -

Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang melarang kegiatan study tour, memberikan dampak besar pada sektor pariwisata. Imbasnya tidak hanya dirasakan oleh perusahaan transportasi yang berbasis di Jabar, tetapi juga perusahaan di luar wilayah tersebut yang biasa melayani perjalanan ke daerah itu.

PO Tifanha yang berbasis di Cirebon, misalnya, mencatatkan terjadi pembatalan pemesanan sewa bus wisata hingga 30% untuk perjalanan study tour pada April dan Mei 2025. Manager Marketing PO Tifanha, Irfan Firmansyah, mengungkapkan selain pembatalan, juga terjadi perubahan rute perjalanan.

"Sangat berdampak sekali pada perusahaan otobus, sedikitnya 50 persen konsumen kami memilih untuk membatalkan pesanan," ujar Irfan pada Minggu (9/3/2025) dan dikutip Selasa (11/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada juga yang mengubah rute, yang semula ke Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi wisata dalam kota atau provinsi. Kami pun harus mengembalikan uang ke konsumen karena kondisi seperti ini," kata dia.

Sebelum kebijakan itu diterapkan, study tour sekolah menjadi agenda rutin tahunan dan menjadi salah satu andalan PO untuk mendapatkan pemasukan.

"Untuk yang Oktober, perjalanan industri, dan akhir tahun, belum terlihat dampaknya apakah akan dibatalkan juga atau tidak. Kita masih menunggu perkembangan," kata Irfan.

Meski mengalami kerugian signifikan, PO Tifanha tetap berusaha bertahan dengan mencari pasar baru di luar segmen sekolah. Irfan menegaskan layanan bus mereka masih tetap tersedia bagi pelanggan dari kalangan perkantoran serta wisata religi atau ziarah, yang tidak terdampak oleh kebijakan ini.

"Sebetulnya banyak pelanggan yang terpaksa membatalkan perjalanan karena aturan ini. Padahal, untuk mendapatkan bus, mereka sudah melakukan pemesanan jauh-jauh hari," kata dia.

Kebijakan itu tidak hanya berdampak kepada pengusaha transportasi di Jabar, namun juga destinasi wisata Jabar. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, mengatakan study tour dari luar Jabar dibatalkan.

"Persoalannya adalah ini juga mendatangkan reaksi dari para pengusaha tour and travel yang ada di Jawa Tengah. Karena Jawa Barat menutup diri, mereka pun tidak melakukan perjalanan ke Jawa Barat," kata dia.

Agus mengatakan karena kebijakan itu sudah diterapkan maka mau tidak mau pariwisata Jabar harus pandai-pandai mencari solusi alternatif, di antaranya, mengajak para pengusaha travel, khususnya yang berada di wilayah Cirebon Raya atau Ciayumajakuning, untuk mencari potensi yang bisa dimanfaatkan.

Agus mengatakan untuk melaksanakannya diperlukan kolaborasi antarpihak, mulai dari pemerintah daerah, dinas terkait, pengusaha travel, hingga pelaku usaha pariwisata yang ada di wilayah Cirebon Raya.

"Sekarang sebetulnya tinggal kita kuatkan apa yang kita punya. Ini momentum untuk bagaimana masing-masing kabupaten/kota itu ego sektoralnya kita turunkan. Artinya kita harus lakukan promosi bareng. Kita bicara Cirebon Raya. Kota/kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, ini harus duduk bareng. Baik pemerintah daerahnya, dinasnya, maupun pelaku usaha pariwisatanya," ujar Agus.

"Misalnya Kota Cirebon punya apa, Kabupaten Cirebon punya apa, Kuningan punya apa, Majalengka punya apa dan Indramayu punya apa. Nanti teman-teman asosiasi (pengusaha travel) ini lah yang menjahit paket-paket (wisata) yang pelibatannya kabupaten/kota se Cirebon Raya. Itu nanti kita tawarkan ke wilayah lain, misalnya Bekasi, Depok dan lain-lain," kata dia.

Menurut Agus, Jawa Barat adalah sebuah daerah yang kaya akan berbagai destinasi menarik, yang bisa dikunjungi oleh anak-anak sekolah.

"Jawa Barat punya banyak destinasi yang bisa dikunjungi oleh anak sekolah. Bukan cuma pariwisata, tetapi juga industri," ungkapnya.

Agus juga menekankan pentingnya peningkatan kompetensi para pelaku usaha travel untuk memastikan keselamatan selama perjalanan.

"Kompetensi dari masing-masing tour and travel ini harus kita mulai standardisasi. Kan ada juga kejadian kasus kecelakaan dan lain sebagainya, karena memang perusahaan busnya tidak tersertifikasi, kemudian asosiasinya juga ternyata tidak terdaftar dan lain sebagainya. Jadi di momentum ini sebetulnya harus lebih introspeksi dan kita harus banyak melakukan penggalian potensi," ujar Agus.


(fem/fem)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner