Jakarta -
Maskapai penerbangan mengatur ketat soal pertukaran tempat duduk dalam pesawat. Kebijakan itu terkait erat dengan keselamatan penumpang, bukan hanya etika atau biaya.
Tempat duduk di pesawat sudah diatur saat check in. Penumpang bisa memilih kursi pesawat dengan leluasa, kendati kadang kala harus membayar ekstra untuk mendapatkan posisi yang diinginkan.
Setelah mendekati take off, penumpang tidak dapat lagi memilih kursi pesawat. Sebagai contoh, Japan Airlines masih memberikan keleluasaan bagi penumpang untuk menukar kursi hingga satu jam sebelum pesawat take off. Di situs resmi, maskapai penerbangan nasional Jepang itu mencantumkan langkah-langkah mengubah tempat duduk di pesawat secara detail dalam situs resmi mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah penumpang tidak menyadari kondisi tersebut. Sebagian mengandalkan kebaikan hati penumpang lain untuk bertukar tempat duduk. Sebagian lain dengan buka tembok ngotot menempati tempat duduk penumpang lain, meski harus adu mulut.
Rupanya, awak kabin tidak semudah itu memberikan izin penumpang bertukar tempat duduk. Alasannya, bukan hanya berkaitan dengan etika atau biaya, tetapi berhubungan dengan distribusi berat di pesawat itu sendiri untuk mencapai keselamatan dalam penerbangan.
Maskapai penerbangan menyebut bahwa pusat massa pesawat harus berada di antara bagian tengah. Juga memperhitungkan penumpang yang bergerak untuk pergi ke kamar mandi atau meluruskan kaki. Dua hal itu disebut fluktuasi kecil dan bisa diseimbangkan dengan stabilisator seperti sayap kecil dan kecanggihan pesawat modern.
Secara teori, jika pusat massa pesawat bergerak di belakang sayap (misalnya jika semua penumpang duduk di bagian paling belakang), pesawat akan berputar dengan hidung pesawat menghadap ke atas.
Demikian pula, jika pusat massa pesawat bergerak maju secara signifikan, pesawat akan berputar dengan hidung menghadap ke bawah. Pada dasarnya, ketidakseimbangan berat dapat mengancam kemampuan pesawat untuk terbang dengan aman, sekaligus lepas landas dan mendarat dengan baik.
Namun, apa hubungannya dengan perpindahan tempat duduk mengingat adanya stabilisator seperti sayap kecil dan kecanggihan pesawat modern? Bukankah tidak akan mengubah banyak hal jika hanya satu orang yang pindah?
Masalahnya adalah jika awak kabin membiarkan satu orang pindah, maka penumpang yang lain juga harus dibiarkan pindah. Oleh karena itu, demi kemudahan awak kabin, lebih baik memiliki kebijakan menyeluruh yang tegas kepada semua penumpang tanpa terkecuali.
Terkait etika, pakar perjalanan dan etika John-Paul Stuthridge menyebut bertukar tempat duduk di pesawat bisa bikin kesal atau tidak nyaman penumpang lain yang diajak bertukar tempat duduk.
"Merasa sedikit marah atau tidak nyaman karena kursi yang kita punya merupakan sesuatu yang normal. Dan, sayangnya itu menjadi salah satu hal yang membuat kita harus menahan diri agar tidak emosi," kata Stuthridge seperti dikutip dari Mirror.
"Namun, apakah kita dapat bertukar kursi di pesawat? Ketika dua orang dewasa menyetujuinya secara sukarela, tentu saja bisa. Tetapi, ada satu faktor penting ketika meminta penumpang lain untuk bertukar kursi yakni etika. Harus ada alasan kuat dan itu berbeda antara satu penumpang dengan penumpang lain. Kita semua bisa merasakan apakah itu alasan yang baik secara intuitif," kata dia.
Dia mengungkapkan apa contoh alasan yang tepat ketika meminta bertukar kursi pesawat, salah satunya alasan pribadi atau medis. Jika alasan bertukar tempat duduk adalah agar dapat duduk berdekatan dengan kerabat atau keluarga yang duduk terpisah, penumpang yang meminta bertukar kursi mesti izin dengan sangat sopan kepada penumpang lain.
"Apabila meminta seseorang untuk bertukar tempat duduk, sampaikan permintaan Anda dengan jelas dan sopan, dan bersiaplah untuk ditolak tanpa ada rasa dendam," kata dia.
(fem/fem)