PVMBG Beberkan soal Kajian Teknis Rockfall yang Terjadi di Gunung Batu Lembang Bandung

1 week ago 12

Liputan6.com, Lembang - Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan kajian teknis soal terjadinya jatuhan batu berukuran besar (rockfall) dari tebing Gunung Batu, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada Sabtu 8 November 2025 lalu.

Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian (ESDM) Priatin Hadi Wijaya, kejadian berlangsung tanpa adanya hujan lebat atau gempa signifikan yang tercatat di sekitar lokasi.

"fenomena dikategorikan sebagai gerakan massa batuan tipe jatuhan atau rockfall PVMBG Badan Geologi menilai bahwa kemungkinan kejadian tersebut berasal dari tiga hal," ujar Hadi dalam keterangan secara daring ditulis Bandung, Kamis (13/11/2025).

"Pertama adalah kelemahan internal batuan, kedua getaran kecil atau mikro seismik lokal dan ketiga perubahan suhu dan siklus pelapukan yang bisa mempercepat pembukaan retakan batuan di tebing," sambung dia.

Hadi mengatakan, kelemahan batuan tersebut akibat proses pelapukan dan retakan yang sudah lama berkembang. Akibat kejadian rockfall tersebut menimpa jalan raya dan merusak rumah kaca atau greenhouse milik warga setempat yang berada di bawahnya.

Dia menuturkan hasil pengamatan otoritasnya di lapangan tebing Gunung Batu tersebut tersusun atas batuan vulkanik tua yang yang telah mengalami pelapukan dan retakan alami.

"Kemiringan lereng juga memang sangat curam lebih dari 60 derajat dengan bidang retakan sejajar dengan lereng yang mudah melepaskan batuan atau bongkah batuan tersebut. Kondisi tersebut menunjukan massa batuan telah mendekati batas kestabilan atau limit equilibrium dan rentan mengalami pelepasan secara tiba-tiba," terang Hadi.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berikan langsung bantuan untuk seluruh korban longsor yang terjadi di lokasi Tambang Batu Alam Gunung Kuda, Cirebon, Jawa Barat.

Ingatkan Wilayah di Bawah Tebing

Hadi mengingatkan masyarakat setempat bahwa wilayah di bawah tebing memiliki potensi terpapar jatuhan batu lanjutan, khususnya pada musim peralihan atau saat terjadi getaran ringan. Area jalan dan bangunan warga di bawah tebing berisiko tinggi terhadap bahaya serupa.

Atas hal tersebut, kata dia, PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menerbitkan sejumlah rekomendasi untuk mengantisipasi kejadian lanjutan salah satunya adalah pemasangan jaring kawat pengaman (rock mesh) dan pagar penahan batu (rockfall barrier) di kaki tebing.

"Kami menghimbau agar saat ini kan musim hujan dan terjadi dan jika terjadi gempa atau goncangan kecil pun melihat ini perlu diwaspadai secara bersama dan perlu diatur kembali untuk menghindari korban jiwa dan kerugian material," ungkap Hadi.

Selain disarankan untuk memasang pengaman di tebing Gunung Batu, Kecamatan Lembang, KBB, Provinsi Jabar, pembatasan aktivitas dan pembangunan di zona rawan jatuhan batu harus dilakukan.

Ditambah juga, kata Hadi, mengedukasi masyarakat mengenai tanda-tanda awal retakan baru dan pelapukan lereng. Monitoring mikroseismik oleh instansi teknis dianggap perlu dilakukan untuk mengetahui potensi getaran pemicu di area Sesar Lembang.

"Jadi kami harapkan masyarakat di sekitar lokasi agar tenang dan waspada dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah dan petugas Badan Geologi yang ada di lapangan," tukas Hadi.

4 langkah Antisipasi Potensi Tanah Longsor

Memasuki musim penghujan menyebabkan adanya potensi terjadinya bencana tanah longsor akibat kemiringan tanah yang cukup curam dan terjal di beberapa titik daerah di Indonesia.

Tanah longsor sendiri merupakan fenomena perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Secara sederhana, Longsor dapat terjadi jika terdapat air dengan volume yang besar meresap ke dalam tanah, sehingga berperan sebagai bidang gelincir, kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Berangkat dari pengertian diatas, maka fenomena bencana tanah longsor rawan terjadi di musim hujan seperti saat ini.

Untuk itu, masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dapat segera melakukan langkah antisipasi guna mengurangi risiko terjadinya tanah longsor, seperti :

1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah di bawah lereng yang rawan terjadi tanah longsor.

2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di kawasan lereng.

3. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat diantaranya diseling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga drainase air.

4. Menjaga drainase lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam lereng keluar lereng.

Dengan adanya langkah preventif yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat, diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya potensi tanah longsor dan kerugian materil maupun korban jiwa.

Apabila terdapat anggota keluarga maupun tetangga sekitar yang sakit dan mengalami luka akibat longsor yang melanda, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan yang baik dan tepat.

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner