Jakarta -
Penjualan mobil kuartal pertama (Januari-Maret) 2025 mengalami penurunan hingga hampir 9%. Menurut Daihatsu, kinerja negatif tersebut dipengaruhi berbagai faktor. Apa saja?
Melansir data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada periode Januari-Maret 2025 industri otomotif roda empat Indonesia mencatatkan penjualan wholesales (pabrik ke dealer) sebanyak 205.160 unit. Angka tersebut turun sekitar 4,7% dari periode Januari-Maret 2024 yang saat itu mencatat wholesales 215.250 unit.
Sementara jika menilik data penjualan retail (dealer ke konsumen) pada Januari-Maret 2025, angkanya yakni 210.483 unit atau turun 8,9% dari penjualan retail tahun lalu di periode sama yang mencatatkan angka 231.027 unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita cerita dahulu soal pasar, jadi totalnya itu sampai bulan Maret terakhir datanya dari Gaikindo sekitar 210.430 unit atau lebih kurang turun sekitar 9% YoY (year on year)," buka Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Sri Agung Handayani dalam acara Halal Bihalal di Jakarta, Rabu (16/4/2025).
Lanjut Agung menambahkan, ada pergeseran pangsa pasar mobil konvensional (ICE) dan mobil elektrifikasi (EV). Kata Agung, pangsa pasar mobil konvensional menurun dan di sisi lain pangsa pasar mobil elektrifikasi mengalami peningkatan.
"Tetapi ada hal yang positif jika kita melihat, mungkin teman-teman tahu segmen elektrifikasi totalnya mencapai 14,8% dan pada akhir Maret sudah 18%. Artinya di medium up customer, elektrifikasi lebih baik," bilang Agung.
"Kenapa demikian, saya coba jelaskan untuk segmen ICE sampai Maret itu ada di 85%. (Padahal) tahun lalu, untuk periode serupa, market ICE itu sampai 91%, jadi ini ada perubahan struktur di segmen ICE dan EV (elektrifikasi)," tambah Agung.
Penyebab Turunnya Penjualan Mobil Kuartal Pertama 2025
Agung menambahkan, turunnya penjualan mobil di tiga bulan pertama tahun ini disebabkan karena beberapa faktor. Pertama adalah terkait isu pajak tambahan alias opsen. Faktor kedua karena lesunya perekonomian nasional, sehingga menyebabkan daya beli masyarakat rendah. Lalu faktor ketiga karena panjangnya libur lebaran 2025.
"Soal market yang turun, ini sebenarnya ada dua faktor. Pertama pada Januari, sebenarnya baru pada 13 Januari kita semua mendapat informasi secara jelas terkait opsen. Jadi pasar paling rendah itu ada di Januari," bilang Agung.
Kata Agung, gara-gara isu opsen berlaku di Januari 2025, banyak masyarakat yang melakukan pembelian mobil lebih awal di bulan Desember tahun lalu. "Makanya market Januari drop, kemudian market Februari itu sekitar 70 ribu, sedangkan yang tahun 2024 kira-kira 69,8 ribu. Kita tadinya berharap capaian bulan Maret akan sama dengan tahun lalu, yaitu menyentuh angka 82 ribu unit, tetapi ternyata hanya mencapai 76,6 ribu," sambung Agung.
"Faktor lain, terutama kita di industri otomotif ada pengaruh dari makro ekonomi yang kami harapkan signifikan tapi ternyata belum. Kemudian mungkin ada beberapa juga dipengaruhi oleh lebaran, tahun ini liburnya sangat panjang, bahkan hingga Senin masih libur nasional," bilangnya lagi.
"Jadi rasanya hari kerja sangat pendek, kami berharap angka 76,6 ribu ini adalah pengaruh working day yang sangat kecil. Kalau dilihat dari rata-rata jumlah per hari, retail sales itu lebih besar dibanding Februari," ungkap Agung.
Kendati penjualan Maret turun, Agung justru melihat sisi positifnya, di mana dengan hari kerja yang lebih sedikit, tapi penjualan retail per harinya justru lebih tinggi. "Retail sales rata-rata per harinya itu atau effective days justru Maret lebih tinggi (dibanding Februari). Kami berharap bulan April kondisi pasar akan semakin lebih baik lagi," tukas Agung.
(lua/din)