Liputan6.com, Jakarta Di tepian Wisata Air Hitam Kereng Bangkirai, Sebangau, Kota Palangka Raya, puluhan tawa anak-anak bergema pada gelaran Festival Anak Sabangau 2025. Lokasi festival yang berdekatan dengan hutan rawa gambut, menjadikan tempat itu sebagai ruang belajar terbuka bagi para generasi muda.
Lewat drama teatrikal "Cahaya Rimba" para penonton dibuat terpukau, mereka mengacungkan ibu jari sebagai tanda apresiasi. Di atas panggung sederhana, para pemain cilik merefleksikan peristiwa yang akrab bagi masyarakat Kalimantan Tengah, yakni kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Setiap gerakan para pemain di atas panggung merupakan refleksi pahit dari realitas kehidupan saat karhutla. Keindahan hutan beserta isinya perlahan digantikan oleh kecemasan yang tak kunjung reda.
Hutan yang seharusnya menjadi tempat berlindungnya para satwa, harus luluh lantah dilahap si jago merah yang mengamuk tanpa ampun. Bahkan, kabut asap yang mereka hirup masih meninggalkan sesak bagi kehidupan.
Koordinator Edukasi, Yayasan Borneo Nature Indonesia (YBNI), Agus Damanik mengatakan teatrikal tersebut membawa semangat pelestarian rimba melalui pendekatan edukatif dan kreatif. Upaya ini bagian dari meningkatkan kesadaran lingkungan sejak dini.
Tema yang diusung pada kegiatan kali ini adalah "Kalawa Bara Himba" yang memiliki arti berarti cahaya dari hutan. Teatrikal itu melibatkan sekitar 50 anak-anak yang dilatih selama 60 hari sebelum pentas.
"Anak-anak terbiasa melakukan kegiatan kemudian api datang dan terganggu. Setelah itu api reda, maka akan muncul bibit-bibit baru sebagai personifikasi harapan," kata Agus, Minggu (16/11/2025).
Agus juga menjelaskan, teatrikal tersebut membawa semangat pelestarian rimba melalui pendekatan edukatif dan kreatif. Upaya ini bagian dari meningkatkan kesadaran lingkungan sejak dini.
Para anak-anak belajar, bahwa kekayaan sejati terletak pada udara yang bersih dan hijaunya hutan rawa gambut. Teater tersebut juga menjadi pengingat, bahwa perjuangan melestarikan lingkungan harus diwariskan demi generasi penerus.
"Bagi mereka bicara kabut bukan dari gunung, tapi kabut asap. Mereka tak mengenal kabut lain," tambahnya.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) YBNI, Anton Nurcahyo, menyampaikan teatrikal itu diciptakan dari pemahaman yang mereka alami dan berdiskusi dengan tim edukasi. Dua kali dalam seminggu, mereka bertemu, bermain dan belajar bersama.
Ia berpendapat kegiatan semacam ini sangat penting untuk memupuk kepedulian sejak dini, sebab anak-anak perlu memahami bahwa rimba adalah warisan yang harus dijaga. Melalui kegiatan yang kreatif, mereka belajar mencintai alam dengan cara yang menyenangkan.
"Mungkin yang mereka ingat ya kabutnya itu. Gak bisa ke mana-mana dan sesak," ungkapnya.
Anton juga berpendapat pelestarian hutan gambut dan keanekaragaman hayati harus dimulai dari kesadaran dan kecintaan. Menurutnya, hal ini penting karena pada hakikatnya manusia seharusnya berada dekat dan menyatu dengan alam.
Kegiatan ini menjadi pengingat betapa rentannya ekosistem hutan dan pentingnya meningkatkan kesadaran dalam melindungi hutan. Hal itu terlihat dari peristiwa kebakaran lahan gambut terparah di Kalteng pada 10 tahun lalu.
"Kami coba memulainya dan konsisten. Kami percaya bahwa generasi muda nantinya yang akan menjadi penerus yang kita lakukan," pungkasnya.

2 weeks ago
9
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428509/original/089547300_1764515016-newsCover_2025_3_22_1742655121160-uksli.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427833/original/038316600_1764425826-Pelaku_pembunuhan_janda_di_Lampung.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428412/original/018819500_1764503322-Gunung_Ile_Werung.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428375/original/006322400_1764498397-1001256212.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428264/original/081069600_1764487779-WhatsApp_Image_2025-11-30_at_14.03.33.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5421044/original/013239000_1763868582-4706a90c-dd05-4b4e-92c1-186ae1f67bfc.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427904/original/079162500_1764439023-Pembukaan_JAFF_2025_di_UGM_Yogyakarta.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427898/original/079625100_1764437379-Perayaan_Jogja-NETPAC_Asian_Film_Festival__JAFF__ke-20.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427888/original/097857800_1764436105-Tim_SAR_menyeberangi_sungai_pakai_tali_untuk_selamatkan_korban_banjir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427859/original/058430600_1764432394-Gajah_mati_diterjang_banjir_di_Aceh.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5425780/original/070502300_1764237713-Soto_Tahu_Kemasan_Mbah_Wongso.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427853/original/098903500_1764429491-Wali_Kota_Medan_Rico_Waas.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427847/original/090463000_1764428630-Warga_di_Tapteng_jarah_minimarket__2_.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427840/original/034604500_1764427484-Wali_Kota_Malang_menyerahkan_simbolis_kartu_peserta_BPJS_Ketenagakerjaan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427835/original/050060200_1764426419-Warga_di_Tapteng_jarah_minimarket.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427816/original/000068300_1764423239-Rais_Aam_PBNU_KH_Miftachul_Ahyar.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427815/original/048729000_1764422295-Menkop_Ferry_Juliantono.jpg)




























