13 Hari di Pengungsian, Korban Banjir Tapsel Mulai Dihantam ISPA dan Penyakit Kulit

2 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Situasi pengungsian korban banjir bandang di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara (Sumut), mulai mengkhawatirkan. Setelah bertahan hampir dua pekan, para pengungsi, terutama anak-anak, kini menghadapi serangan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Di posko Batuhula, Kecamatan Batang Toru, sebanyak 1.365 jiwa dilaporkan masih bertahan. Salah seorang pengungsi, Siti Aisyah, mengungkapkan kondisi minimnya fasilitas yang membuat anak-anaknya rentan sakit.

“Aku bersama lima anak di sini sudah tiga belas hari. Anak-anaku baru aja sembuh dari penyakit pilek, batuk, demam hingga mual dan muntah,” ujar Siti, Senin (8/12/2025).

Ia menyebutkan, meski kebutuhan logistik seperti makanan tercukupi, fasilitas penting lainnya seperti selimut untuk tidur malam masih sangat minim.

Anak-anak dan Lansia Jadi Korban

Mayor Ari Nasir, dari tim dokter posko kesehatan Batuhula, membenarkan lonjakan kasus penyakit di kalangan pengungsi. Ia menyatakan bahwa penyakit ISPA menjadi momok utama yang menyerang anak-anak.

“Kita sudah lakukan penanganan terhadap korban, baik lansia maupun anak-anak. ISPA, batuk pilek, dan penyakit kulit menjadi yang paling banyak diderita,” jelas Mayor Ari.

Selain ISPA yang menyerang pernapasan, lansia juga terserang penyakit kulit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kotor dan lumpur sisa banjir bandang di rumah-rumah mereka.

Kapasitas Terbatas, Logistik Terkendali

Meskipun posko pengungsian Batuhula menampung lebih dari seribu jiwa, Kordinator Pengungsi Batuhula menyebutkan kapasitas tempat tidak memadai untuk menampung jumlah pengungsi yang ada. Namun, untuk urusan logistik, pihaknya memastikan kebutuhan dasar terpenuhi.

"Makanan yang disediakan mencapai 4.500 porsi setiap harinya. Kami juga menyediakan perlengkapan bayi, seperti susu, pampers dan lainnya. Kebutuhan untuk para korban juga sudah dilengkapi," katanya.

Selain di posko utama, banyak korban memilih mengungsi di rumah-rumah warga namun tetap mengambil jatah makanan di posko.

Meski logistik terpenuhi, perhatian kini harus difokuskan pada penyediaan fasilitas pendukung kesehatan seperti selimut dan kebersihan lingkungan untuk menekan penyebaran ISPA dan penyakit kulit lebih lanjut.

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner