Viral di Cibinong, Ini Bahaya BBM Tak Berkualitas

21 hours ago 3

Jakarta -

Viral di media sosial mobil masuk bengkel gara-gara filter bensin dan pompa bahan bakarnya rusak diduga setelah mengisi Pertamax. Faktanya Pertamax masih belum memenuhi standar Euro4.

"Saya yakin (kejadian) di Cibinong hanya trigger saja, padahal itu terjadi di seluruh Indonesia," ujar Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin saat konferensi pers, Selasa (26/11/2024).

Pria yang akrab disapa Puput ini menjelaskan berdasarkan analisis pada studi yang dilakukan, kerusakan fuel pump bisa disebabkan oleh dua hal yaitu, buruknya kualitas BBM dan keberadaan benda asing (the stranger substance) pada bahan bakar bensin yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan bermotor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, soal buruknya kualitas BBM. Seperti diketahui bahwa sejak Oktober 2018 Indonesia sudah mengadopsi teknologi kendaraan bermotor berstandar Euro4. Namun adopsi kendaraan berstandar Euro4 tersebut tidak dibarengi dengan penyediaan BBM yang memenuhi syarat teknologi Euro4.

"Saat ini BBM kita masih memiliki kadar belerang yang sangat tinggi. Biosolar kadar belerangnya 1.260 ppm, kemudian Dexlite yang dianggap solar berkualitas tinggi ternyata kadarnya masiih 1.200 ppm, kemudian Pertadex, bahan bakar yang juga berkualitas tinggi itu juga ternyata masih 300 ppm," ujar Puput.

"Kemudian di BBM bensin, Pertalite 90 pada nyatanya masih sekitar 200 ppm, kemudian Pertamax yang saat ini dihebohkan di Cibinong, itu kadar kadar belerangnya di kisaran 100 sampai 200 ppm," tambahnya lagi.

Dia menjelaskan alasan Pertamax masuk dalam kategori yang tidak sesuai spesifikasi Euro4, sebab jika sudah mengadopsi Euro4, sulfur content atau kandungan belerangnya maksimal hanya 50 ppm.

"Pertamax yang dijual Pertamina itu kadarnya masih dua sampai empat kali lipat dari yang diperbolehkan kendaraan Euro4. Dan harus disadari kendaraan yang dibeli sejak Oktober 2018 adalah kendaraan Euro4," tegas Puput.

Penggunaan BBM yang tak memenuhi syarat tersebut dapat memampatkan injector sehingga BBM yang disemburkan ke ruang pembakaran mesin menjadi tidak sempurna, walhasil BBM akan menjadi lebih boros, selain emisi HC, CO, NOx akan meningkat.

BBM berkualitas rendah dengan kadar Sulfur tinggi dan atau terkontaminasi benda asing (stranger substance) menyebabkan catalytic converter (kendaraan bensin) dan diesel particulate filter (kendaraan diesel) tidak mampu mencapai temperatur yang diharapkan. Puput menjelaskan imbasnya kemampuan untuk mengoksidasi polutan terganggu, walhasil polutan seperti HC, CO, NOx, SOx, PM10, PM2.5 gagal dioksidasi. Dengan demikian emisi yang keluar dari knalpot kendaraan menjadi tinggi.

Masalah yang kedua, lanjut Puput, yakni the stranger substance atau benda asing yang dapat dalam bentuk debu, air, minyak lain, metal, dan lain-lain yang bersifat mempengaruhi conductivity (daya hantar listrik) BBM yang dapat menyebabkan kerusakan electric system pada fuel pump.

Benda asing ini bisa dari zat yang sengaja ditambahkan dan atau bahan contaminant yang terbentuk akibat buruknya housekeeping, apakah di Vessel, Backloading Terminal, Land Transportation Tank, Depo, Tangki SPBU.

"Efek conductivity pengaruh kelistrikan dari BBM itu sendiri. Kalau ada benda asing maka daya hantar listrik BBM itu berubah terutama terkontaminasi dari metal," kata Puput.

"Perubahan conductivity memicu kerusakan pada komponen yang membutuhkan tenaga listrik, fuel pump. Komponen lain terkait bahan bakar itu juga digerakkan atau didorong, di-trigger electric. Kalau itu terjadi maka electrify pada fuel pump akan kacau, rusak."

"Injektor juga tidak akan bekerja dengan baik, akan mengalami kerusakan, tidak hanya kelistrikan saja, tapi komponen juga," jelasnya lagi.

Untuk tangki penyimpanan sejatinya pihak penyedia sudah memiliki standar operasional prosedur untuk merawat tangki demi kualitas BBM.

"Setiap tahun, tangki itu di clean-up, endapannya dikuras, sehingga bersih," kata Puput.

"Setiap 5 tahun sekali di-coating ulang. Setelah dibersihkan mungkin ada kerak yang belum rontok jadi endap, kemudian di-coating ulang," jelasnya lagi.

"Dirjen migas apakah melakukan tugas itu atau tidak. Ini ada potensi pelanggaran hukum, ada semacam tanggung renteng pengelola SPBU, pengelola Depo, pembuat kebijakan, dan pengawas," kata Puput.

Diberitakan detikcom sebelumnya, viral di media sosial video dengan narasi mobil bermasalah pada fuel pump dan filter bensin. Mobil tersebut ditangani di bengkel Daihatsu Cibinong. Tak cuma satu, tampak ada beberapa mobil yang harus dikuras bensinnya lantaran mengalami masalah serupa.

"Nih filter pompa bensinnya sampai hancur nih ya, sampai berlumut, rusak ini. Ini BBM-nya baru diisi harus dibuang semua nih jadinya nih, Pertamax. Nih kasus-kasus yang lain sama di bengkel ini, di Daihatsu Cibinong," kata wanita yang merekam video viral tersebut.

Pertamina Patra Niaga langsung merespons cepat laporan mengenai kendaraan yang mengalami kerusakan mesin yang diduga diakibatkan penggunaan Pertamax di wilayah Cibinong.

"Meskipun penyebab belum diketahui apakah dari produk Pertamax atau dari sparepart kendaraan, namun kami mohon maaf atas kejadian ini. Investigasi kualitas produk masih dilakukan sejak Jumat lalu. Kami terus berkoordinasi dengan pihak bengkel dan LAPI ITB. Sampel produk juga sudah kami kirimkan ke Lemigas untuk uji lab lebih lanjut," kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari.

Sementara itu, Daihatsu selaku pihak pabrikan juga ikut menginvestigasi masalah tersebut.

"Saat ini kami sedang melakukan investigasi secara menyeluruh. Daihatsu selalu berkomitmen memastikan kualitas dan keamanan produk yang kami pasarkan," kata Marketing Director & Corporate Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Sri Agung Handayani kepada detikOto, Selasa (26/11/2024).


(riar/rgr)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner