Jakarta -
Berkaca pendakian ke Gunung Balease di Sulawesi Selatan, yang membutuhkan waktu pendakian 8-10 hari, ada sejumlah tips yang perlu diketahui oleh pendaki saat melakukan pendakian dalam waktu lama. Apa saja?
Gunung Balease titik tertinggi dari Pegunungan Karoue dengan ketinggian puncak sekitar 3.016 Mdpl. Secara administratif gunung itu berada di perbatasan Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timur. Puncak gunung itu disebut termasuk yang sulit ditaklukkan di Sulawesi Selatan.
Selain itu, menurut pendaki Tantan Trianasaputra Avem (56) yang baru kali ini melakukan ekspedisi bertajuk 'Jarambah QC Ewako Koroue'24, Toelangi - Balease - Kabentonu', gunung itu termasuk dalam jajaran 7 Long Track of Indonesia atau tujuh gunung dengan jalur pendakian panjang di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun membagikan beberapa teknik saat melakukan ekspedisi di sana. Salah satu yang penting dilakukan adalah menyiapkan ROP (Rencana Operasional Perjalanan).
Dalam ROP yang direncanakan misalnya, tim ekspedisi Tantan bersama Maman Permana Leneng (49) dan Yudiana Mindo (46) merencanakan perjalanan selama 10 hari. Karenanya, mereka menyiapkan berbagai logistik yang memenuhi durasi waktu tersebut. Sebagai antisipasi, mereka bahkan menyiapkan logistik tambahan hingga 60 persen.
"Jadi saya mendaki di sana itu mencoba mengambil logistik untuk 10 hari. Tapi karena kondisinya sudah saya prediksi agak berat, saya kasih safety factor logistiknya itu 60 persen. Artinya logistik yang saya bawa itu 160 persen atau cocok untuk 16 hari," kata dia.
Namun dalam pendakiannya, mereka dihadapkan badai dan berjalan tidak sesuai dengan rencana. Karenanya, diperlukan juga langkah adaptif dengan melakukan manajerial berjalan. Strategi itu dilakukan untuk mengatur penggunaan logistik agar dapat tersedia hingga waktu yang lebih panjang.
Dalam perjalanan Long Track tersebut Tantan pun mesti memilih strategi untuk melanjutkan perjalanan ataupun berputar kembali.
"Di situ saya mulai melakukan manajerial berjalan untuk penggunaan logistik. Yang tadinya perbekalan bisa digunakan untuk 16 hari, saat itu baru terpakai 12 hari. Artinya di dalam ransel masing-masing kalau diakumulasikan sisa 4 hari lagi," tuturnya.
"Nah, saya hitung di situ kalau balik lagi ke belakang saya harus pulang dua minggu lagi. Tapi setelah saya hitung, kalau misalkan ke plan B itu nanti pulang ke arah Tambongke bukan ke Bantimurung lagi. Itu perkiraan saya 8-10 hari di situ," kata dia.
Selain itu, kondisi pegunungan yang tidak terdapat sungai mengharuskan mereka berhemat dalam mengonsumsi air. Menampung air hujan pun menjadi keharusan agar dapat terhindar dari dehidrasi.
Saat mengalami kesulitan dalam pendakian, tak lupa Tantan pun mencoba menghubungi kerabat terdekat untuk memberikan kabar. Kendati ia berujar tak ingin menimbulkan kegaduhan, tetapi hal itu penting saat dibutuhkan.
Tak hanya itu, saat mendaki gunung dengan trek yang panjang para pendaki pun perlu memiliki pengetahuan dasar survival. Seperti misal memberikan tanda jalan dan mencari tanda jalan, itu berguna juga saat Tantan memutuskan untuk berjalan di belakang rombongannya karena masalah kaki yang telah lama ia miliki.
Yang tak kalah penting adalah pengetahuan perihal satwa liar juga dirasa sangat berguna. Seperti misalnya lebih sensitif untuk tidak mengganggu area kekuasaan dari hewan-hewan liar. Selain itu, cara mengatasi serangan hewan pun juga perlu traveler ketahui. Misalnya saat Tantan dan tim bertemu kawanan lebah trigona yang ternyata dapat dialihkan dengan menaburkan garam di tempat yang jauh.
Pengetahuan terkait survival juga wajib dimiliki pendaki long track, lantaran pendakian jenis itu cukup melelahkan dan sulit diprediksi perjalanannya.
(wkn/fem)