Pangandaran -
Nasib para pedagang di pantai Barat Pangandaran begitu pilu. Mereka direlokasi, tapi kondisinya sepi dan ditinggalkan pelanggan. Penghasilan pun tak menentu.
Akibatnya, tidak semua pedagang berhasil bertahan. Hanya tinggal sedikiti saja pedagang yang tersisa dan bertahan di pusat belanja Nanjung Sari, Pangandaran.
Ada 4 pusat belanja hasil relokasi pedagang Pantai Barat Pangandaran, yaitu Nanjung Sari, Nanjung Asri 1, 2 dan Nanjung Elok. Pusat belanja tersebut secara pelan-pelan ditinggalkan pelanggan dan para pedagang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan di lokasi pada Jumat (31/1) siang pukul 13.00 WIB, pedagang yang masih bertahan di pusat belanja di Nanjung Sari tinggal tersisa yang berada di lantai 1.
Itu pun hanya di bagian depan saja. Sejumlah pedagang di lantai 1 dan 2 banyak yang gulung tikar, bahkan sudah tutup permanen. Ruko-ruko yang tidak digunakan malah bau pesing hingga dipenuhi sampah oleh orang yang tak bertanggungjawab.
Pusat belanja Nanjung Sari merupakan tempat relokasi pedagang dari bibir pantai barat Pangandaran ke bekas hotel tertua di Pangandaran tahun 2016.
Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Pangandaran mencatat ada 800 ruko yang tersedia di lokasi tersebut. Namun sayangnya relokasi pedagang itu malah membuat nasib pedagang merana.
Salah seorang pedagang Sari Towiyah (68) mengatakan, kondisi pembeli saat ini memang berkurang, dibandingkan dulu saat berjualan di pesisir pantai.
"Kalau banyak pengunjung juga nggak ada yang ke ke belakang kan kaya gini sepi," kata Towiyah pedagang di pusat belanja bagian belakang Nanjung Sari, Jumat (31/1).
Sehari-hari Suasana Sangat Sepi
Ia mengatakan, kalau hari-hari suasana di Pusat Belanja Nanjung sangat sepi. Bahkan dia terpaksa menutup tokonya.
"Jadi bukanya hanya Sabtu-Minggu kalau ada wisatawan," ucap dia
Menurut dia, pendapatan dari jualan di lokasi ini tidak tentu. Bahkan dalam sepekan cuma bisa mendapatkan Rp 200 ribu.
"Dulu mah lumayan pas dagang di pinggir jalan dulu kan di situ di pinggir pantai lumayan jualannya. Ya pendapatan ya bukan hasilnya kadang Rp 500 sampai Rp 1 juta," katanya.
Towiyah mengaku, terpaksa bertahan berjualan karena bingung harus jualan di tempat mana lagi setelah ada relokasi.
"Kalau nggak bertahan mau dimana lagi jualannya, kan nggak boleh di pinggiran jalannya," ucapnya.
Towiyah yang berjualan sudah lama di Pantai Pangandaran mengaku kehilangan banyak penghasilan setelah relokasi.
"Sampai saat ini, nggak jualan yang lain tetap dagang baju. Kalau dagang di bibir pantai sejak tahun 1984," ucapnya.
Pedagang lainnya, Anjar mengaku bisa bertahan karena mungkin salah satu pendapatannya hanya dari berjualan. "Ya gimana lagi, tetap bertahan aja yang penting ke tutup aja uang dapur," katanya.
Ia mengatakan meskipun tujuannya baik untuk merapikan pedagang di pesisir pantai ke pusat belanja. Namun, belum ada solusi agar menggiring wisatawan ke pusat belanja.
"Tetap yang laku yang rukonya paling depan, cuman sekarang tempatnya kumuh," ucapnya.
Aset Milik Dinas Pariwisata Pangandaran
Di satu tembok bagian atas pusat belanja itu tertulis bahwa bangunan itu aset milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran.
Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran Nana Sukarna membenarkan jika aset bangunan itu kini milik Disparbud.
"Cuman terkait akan direvitalisasi atau apapun itu saya belum punya kebijakan karena Plt," ucap Nana saat dihubungi.
Menurutnya, terkait rencana pembangunan atau ide gagasan supaya ramai itu belum. "Nanti tanyain aja ke Bupati yang baru yang memegang kebijakan," katanya.
-------
Artikel ini telah naik di detikJabar.
(wsw/wsw)