Pengakuan 3 Pendaki Senior yang Hilang Berhari-hari di Gunung Balease

2 months ago 71

Tasikmalaya -

Tiga pendaki gunung senior dari Tasikmalaya hilang kontak selama berhari-hari di gunung Balease, Luwu Utara. Begini pengakuan mereka selama hilang:

Para pendaki dari komunitas Jarambah QC Tasikmalaya itu sempat hilang kontak saat mendaki Gunung Balease di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Mereka ditemukan tim SAR dalam kondisi selamat dan kini sudah kembali ke Tasikmalaya untuk bertemu dengan keluarganya.

Ketiga pendaki itu adalah Tantan Trianasaputra Avem (56), Maman Permana Leneng (49) dan Yudiana Mindo (46). Mereka membagikan pengalamannya selama hilang di acara syukuran yang dihelat di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya, Minggu (1/12/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tantan mengatakan secara umum mereka hanya mengalami hilang kontak dan mengalami keterlambatan akibat berbagai kendala yang dihadapi selama pendakian.

Tantan mengaku tak merasa tersesat, walaupun dia mengakui di beberapa titik dia dan timnya sempat berputar-putar.

"Awalnya lost contact, kemudian diasumsikan tersesat. Padahal kami itu sedang menuju pulang, sebelumnya pun sudah kami sadari kami akan terlambat. Kami juga bertemu dengan tim SAR itu di jalur resmi pendakian, tidak di luar jalur," kata Tantan.

Meski demikian Tantan mengakui ekspedisi yang dilakoninya menyisakan banyak cerita. Betapa tidak, pendakian yang diprediksi akan memakan waktu 10 hari, ternyata menghabiskan waktu 21 hari 20 malam.

"Kalau tak dijemput tim SAR, kami memprediksi akan sampai di tanggal 28 November," kata Tantan.

Tantan mengatakan ada banyak tantangan yang dihadapi sehingga membuat timnya mengalami keterlambatan. Mulai dari serangan lebah, ular, longsor dan pohon tumbang.

"Pohon tumbang itu banyak dan sering terjadi, kemudian ular pun cukup banyak," kata Tantan.

Di beberapa titik juga mereka sempat keluar jalur dan berputar-putar. Seperti dialami Maman saat di pos 6, dia sempat berputar-putar di kawasan itu. Tantan juga mengalami kondisi berputar-putar di sekitar pos 4.

Rangkaian hambatan itu, membuat mereka baru sampai puncak di hari ke 14. Di saat itu pula Tantan dan timnya mulai menerapkan banyak strategi bertahan hidup, mulai dari mengelola perbekalan hingga mengerahkan kemampuan navigasi, hingga memecah tim.

"Kalau bekal, sampai kami bertemu tim SAR juga masih ada. Jadi di ROP (rencana operasi perjalanan) kami bawa bekal untuk 10 hari, tapi kami tambah safety factor 60 persen. Setelah sadar kami terlambat, bekal dikelola, diawet-awetlah," kata Tantan.

Tim juga sempat berpisah, Tantan terpisah sendirian di belakang, sementara Yudiana dan Maman bergerak lebih dulu dengan meninggalkan jejak petunjuk bagi Tantan.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi bertahan hidup, karena saat itu pergerakan Tantan melambat karena mengalami cedera kaki.

"Berpisah itu bagian dari strategi, juga karena kebiasaan saya merayap, kaki saya juga memang mengalami cedera. Jadi kalau teman lain ikut pola saya kasihan. Kita punya kemampuan survival dan navigasi, malah kalau sendiri itu saya lebih menikmati," kata Tantan.

Posisi Maman dan Yudi, dengan Tantan terpaut sekitar 15 jam. "Maman dan Yudi bertemu tim SAR jam 4 sore, kalau saya bertemu besoknya jam 8 pagi," kata Tantan.

Ketiga pendaki ini mengaku tak menyangka jika apa yang dilakoninya telah mendapat perhatian banyak pihak.

"Kami tak menyangka akan seviral ini, tapi kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah memberikan bantuan, kami juga meminta maaf atas semua kesalahan, tidak ada maksud kami menimbulkan keresahan," kata Tantan.

Ketiga pendaki senior ini pun mengaku tidak kapok, bahkan mereka tengah merancang kembali ekspedisi atau pendakian ke wilayah Aceh.

"Ya nggak kapoklah, tahun depan kita ke Aceh," kata Tantan.


-------

Artikel ini telah naik di detikJabar.


(wsw/wsw)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner