Jakarta -
Penerbangan maskapai Jet2 terpaksa kembali ke gerbang keberangkatan setelah penumpang bikin ulah. Dia mabuk sampai mengancam menggigit polisi.
Melansir New York Post, Selasa (3/11/2024) penumpang mabuk itu bernama Lewis Howarth. Dia berjalan sempoyongan di lorong pesawat dan memanggil seorang pramugari dengan kata-kata kasar setelah disuruh mengenakan sabuk pengaman.
Perilaku Howarth yang tidak terkendali itu bersamaan dengan tindakan-tindakan konyol lainnya, yang akhirnya memaksa pesawat tersebut kembali ke gerbang. Rincian kejadian tersebut diungkapkan dalam persidangan di Pengadilan Magistrat Kerajaan di Manchester, Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak akan pernah mengerti mengapa orang menganggap perilaku seperti ini bisa diterima. Itu tidak bisa dibenarkan," kata petugas yang menangkap Howarth, PC Morton, seperti yang dikutip New York Post dari The Cavendish Press.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 29 Agustus di dalam pesawat yang seharusnya terbang dari Manchester ke Dalaman, Turki. Penerbangan tersebut mengalami penundaan selama 90 menit.
Menurut jaksa Gareth Hughes, Howarth sebelumnya sudah mengonsumsi banyak alkohol di ruang tunggu sebelum naik pesawat. Hal itu yang menyebabkan kondisi mabuknya membuat awak pesawat waspada.
Saat pramugari melihat sabuk pengaman Howarth tidak terpasang, ia meminta pria tersebut untuk mengencangkannya. Namun, karena kondisi mabuk, Howarth gagal mengenakan sabuk pengamannya.
"Bicaranya tidak jelas, ia mengumpat, pupil matanya membesar, dan koordinasinya sangat buruk sehingga ia tidak bisa mengenakan sabuk pengaman," jelas Hughes di pengadilan.
Setelah melaporkan kejadian tersebut kepada kapten pesawat, pramugari terus berusaha berbicara dengan Howarth. Namun, situasi semakin memburuk.
"Dia bangkit dari tempat duduknya, memanggil pramugari dengan kata-kata kasar, dan diminta untuk duduk serta diberitahu bahwa ia bisa dipindahkan," lanjut Hughes.
Saat itu posisi pesawat sudah berada dalam perjalanan dari landasan pacu menuju pintu gerbang. Kemudian, Howarth dilaporkan berdiri dan menampar wajah pramugari yang akhirnya membuat kapten pesawat memutuskan untuk kembali ke gerbang dan meminta penumpang tersebut untuk dikeluarkan dari pesawat.
Saat polisi naik ke pesawat, penumpang lainnya memberi tepuk tangan sebagai tanda syukur atas kejadian itu, meskipun masalah belum selesai. Howarth yang berada di bagian belakang pesawat berdiri sempoyongan, kemudian meraih kursi untuk menenangkan diri. Salah satu petugas mencoba mengawalnya keluar dari pesawat, namun Howarth justru berkata kasar.
Akibat perilaku agresif Howarth, pihak berwenang memutuskan untuk menahannya dengan memegangi tengkuk dan lengannya. Meskipun tubuhnya dipelintir, Howarth tetap berusaha mendorong kepalanya ke arah penumpang lain.
Untuk menghindari bentrokan lebih lanjut, petugas mengangkatnya dan membawanya keluar dari pesawat lalu membaringkannya di anjungan jet dengan tangan diborgol. Petugas kemudian menggunakan kursi roda untuk membawanya menuju mobil polisi yang menunggu di lapangan terbang.
Selama perjalanan menuju kendaraan, Howarth mengancam akan menggigit petugas dan berusaha menggigit tangannya. Ia juga berhasil menendang mulut petugas lain, meskipun untungnya tidak menyebabkan cedera serius.
Untuk menghentikan perilakunya, petugas terpaksa memukul perut Howarth. Dan menariknya, Howarth tampaknya tidak merasa menyesal atas tindakannya. Keesokan harinya, ia terbang ke Turki dengan maskapai penerbangan lain bersama pasangan dan anak-anaknya. Di laman Facebook-nya, ia bahkan bercanda tentang kejadian itu.
"Baiklah, mari kita coba lagi. Kali ini hanya kokain," tulisnya.
Foto-foto liburan yang diunggah Howarth menunjukkan dirinya menikmati berbagai aktivitas, seperti mengendarai jet ski, berperahu, dan berpelukan dengan unta.
Namun, kegembiraan Howarth tampaknya hanya sementara. Dalam persidangan, ia diberitahu bahwa ia dapat dijatuhi hukuman penjara hingga dua tahun setelah mengaku bersalah atas tuduhan mabuk di pesawat, penyerangan terhadap pekerja darurat, dan melakukan kekerasan.
(upd/fem)