Jakarta -
Rapper nyentrik asal Amerika Serikat Azealia Banks disorot netizen +62 setelah menyebut Indonesia tempat sampah dunia. Jangan salah paham, diajustru sedang membela RI.
"Indonesia adalah tempat sampah dunia. Saya tak suka mengatakannya, tapi Indonesia adalah tanah terlantar yang tercemar seperti halnya India," tulis Banks pada Sabtu (11/3).
Tak berhenti sampai di situ, ia mengaku khawatir dengan kondisi kesehatan masyarakat Indonesia. Sebab menurutnya, ada banyak dampak buruk jika Indonesia menjadi tempat sampah dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Komplikasi kesehatan masyarakat Indonesia, karena dunia mengirimkan sampahnya ke sana akan menyebabkan tenaga kerja berkurang selama 200 tahun ke depan. Secara harfiah, Indonesia membutuhkan bantuan BESAR," tambahnya.
Warganet langsung kelabakan, timeline panas, dan nama Azealia Banks mendadak trending topic. Meski awalnya terdengar kayak penghinaan, maksud Banks ternyata lebih deep.
Banks sebenarnya lagi mengkritik dunia internasional yang doyan kirim-kirim sampah ke negara berkembang. Nah, salah satu yang menjadi tujuan pembuangan sampah itu adalah Indonesia.
Rapper nyentrik itu memaparkan efek jangka panjang Indonesia jadi tempat sampah dunia. Mulai dari penurunan kualitas kesehatan masyarakat, dampak lingkungan, sampai masa depan tenaga kerja yang terancam.
Ia juga sempat menyindir orang kaya yang malah sibuk ke luar angkasa kayak Katy Perry, Elon Musk, dan Jeff Bezos. Padahal Bumi masih menyimpan banyak masalah.
"Kemanusiaan tidak akan mendapatkan apa pun dari perjalanan luar angkasa jika kita berada dalam kondisi lingkungan dan kesehatan yang buruk di Bumi ini," ujar dia.
Netizen terbelah. Sebagian setuju dan mendukung Banks. Mereka merasa pelantun Chasing Time itu lebih peduli lingkungan dibanding orang yang hidup di Indonesia.
"Kamu memiliki kesadaran yang lebih baik dari kebanyakan orang Indonesia," tulis akun @berteriak.
"Please, please, please keep roasting Indonesia. Maybe your voice will be heard. Cause ours are not (by government)," kata akun @hey_rhymes.
Karena bahasanya lumayan frontal, tidak sedikit yang salah menangkap konteksnya. Netizen mengira Banks sedang nyinyir Indonesia secara personal. Kemudian, Banks menyampaikan klarifikasi. Niatnya bukan untuk menghina Indonesia, tapi justru membela Indonesia dengan mengungkapkan bahwa tindakan dunia internasional yang asal kirim sampah seenaknya itu tidak tepat.
"Ini bukan untuk mereka (Indonesia), ini adalah teguran untuk dunia yang menjadikan Indonesia sebagai tempat sampahnya," ujar dia.
Setidaknya ada 12 pabrik kertas di Jawa Timur yang menggunakan bahan baku kertas bekas impor. Sayangnya sampah kertas yang diimpor ini tercampur sampah plastik. (Antara Foto)
Merunut data dari berbagai sumber, pernyataan Banks memang benar. Indonesia pernah mengimpor sampah internasional.
Sejak China melarang impor sampah plastik pada 2018 lewat kebijakan National Sword, banyak negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, dan negara Eropa mulai mengalihkan pembuangan sampah mereka ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Thailand.
Negara-negara itu sering mengirim sampah mereka dalam kontainer dan mendeklarasikan isinya sebagai plastik bekas siap daur ulang. Tapi nyatanya, banyak dari isi kontainer tersebut berupa plastik tak bisa didaur ulang, limbah elektronik, dan sampah domesik, termasuk limbah medis, makanan, dll.
Kemudian, berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), pada 2023, sekitar 38,2 juta ton sampah di Indonesia, dengan 38,21% di antaranya tidak dikelola dengan baik. Selain itu, pada 2022, Indonesia mengimpor lebih dari 194.000 ton sampah plastik, menjadikannya salah satu negara pengimpor sampah terbesar di dunia.
Padahal, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah domestik. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2023, sekitar 38,25% dari total 38,2 juta ton sampah di Indonesia masih belum dikelola dengan baik, dengan sampah plastik menyumbang 19,21% dari total volume tersebut .
Kesulitan mengelola sampah domestik juga dialami Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia. Bali berada di urutan paling atas destinasi popular yang tidak layak dikunjungi 2025 karena sampah dan overtourism. Bali mengalahkan Gunung Everest di Nepal, beberapa kota di Spanyol seperti Barcelona dan Kepulauan Canary, hingga Koh Samui di Thailand.
Destinasi wisata yang masuk daftar tersebut memiliki kesamaan, yakni overtourism atau pariwisata yang berlebihan. Overtourism itu sampai membuat pemerintah setempat kewalahan menangani sampah, termasuk sampah dari industri pariwisata, misalnya hotel dan restoran.
Fodor's menyatakan sampah di Bali bahkan menciptakan kiamat plastik. Bali Partnership, sebuah koalisi akademisi dan LSM yang bekerja untuk mempelajari dan memecahkan masalah pengelolaan sampah, memperkirakan pulau ini menghasilkan 1,6 juta ton sampah setiap tahun, dengan sampah plastik mencapai hampir 303.000 ton.
Meskipun volumenya besar, hanya 48% dari semua sampah yang dikelola secara bertanggung jawab, dan hanya 7% sampah plastik yang didaur ulang. Kekurangan ini mengakibatkan 33.000 ton plastik masuk ke sungai, pantai, dan lingkungan laut Bali setiap tahun, yang menimbulkan ancaman serius bagi ekosistem pulau ini.
(fem/fem)