Jakarta -
Seorang penumpang Etihad Airways mengalami penerbangan yang membuatnya menderita. Awalnya, semua baik-baik saja, hingga dia menyantap makanan di pesawat.
Dikutip dari New York Post, Selasa (18/3/2025), Cameron Callaghan (27) berangkat liburan dari Manchester, Inggris menuju Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), dan berakhir di Bangkok. Thailand. Perjalanannya dimulai 6 Januari.
Tanda-tanda kesialan sudah mulai terlihat saat penerbangannya delay selama lima jam. Callaghan membeli sandwich telur saat menunggu penerbangan itu, yakni sekitar tiga jam sebelum keberangkatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu berlalu, kemudian waktu boarding tiba. Dia pun naik ke pesawat dan terbang dari Inggris.
Di tengah penerbangan, layanan makan dibagikan. Ia kemudian ditawari menu pasta ayam dengan tomat dan keju. Callaghan setuju dan menerima makanan itu.
Saat menerima makanan, dia merasa ada yang aneh. Muncul bau tak sedap dari makanan tersebut.
"Baunya memang agak aneh, tetapi semua makanan pesawat memang seperti itu," kata penumpang itu sambil melahap makanan dalam pesawat sebelum menonton film.
Sekitar 20 menit kemudian, ia mulai mengalami 'turbulensi gastrointestinal' alias mules-mules.
"Saya mengalami diare dua kali dan 10 menit setelah itu saya terus-menerus muntah selama penerbangan," kata Callaghan.
"Saya muntah mungkin sekitar 30 kali," ujar dia.
Callaghan mengatakan harus bolak-balik ke toilet setiap lima menit. Saat kembali ke kursi, dia bahkan sudah tidak sanggup duduk tegak. Dia cuma bisa berbaring dalam posisi telungkup.
"Menjelang akhir penerbangan, saya telah mengosongkan tubuh saya begitu banyak sehingga saya bahkan tidak bisa berdiri," ujar dia.
Ia mengatakan gejalanya dilaporkan begitu parah sehingga ia harus duduk di bagian belakang pesawat bersama seorang pramugari, sementara awak kabin itu menjaga toilet tetap kosong untuknya.
Sayangnya, rasa sakit itu tidak hanya terasa secara fisik bagi Callaghan, yang mengatakan bahwa itu pengalaman memalukan, melihat orang-orang pergi ke toilet dan melihatnya terbaring di lantai sambil muntah.
Ketika tiba di Abu Dhabi, pelancong itu sangat lemah sehingga ia tidak dapat mengangkat kepalanya dan harus dibantu untuk berdiri.
"Mereka membawa saya dengan kursi roda dan mendorong saya ke ruang medis di bandara Abu Dhabi," kata Callaghan, yang diperiksa oleh seorang dokter dan diberi infus dengan infus anti-mual.
Meskipun pengobatan tersebut tampaknya berhasil, gejala-gejala yang tersisa merusak awal perjalanan pelancong yang kelelahan itu ke Thailand, yang kabarnya telah direncanakan selama tiga tahun.
Bahkan setelah tiba di tujuannya, Callaghan mengatakan bahwa ia merasa sangat lelah sehingga ia tidak dapat berjalan dan merasa seolah-olah ia akan pingsan, yang ia salahkan pada dehidrasi yang disebabkan oleh muntah-muntah yang terus-menerus sepanjang enam jam penerbangan.
"Dua atau tiga hari berikutnya setelah tiba di Bangkok, saya hanya terbaring di tempat tidur. Baru pada hari ketiga saya benar-benar meninggalkan hotel dan mulai menjelajah."
Callaghan menyalahkan penyakitnya pada pasta yang ia makan, ia yakin makanan itu sudah ada sejak pesawat seharusnya lepas landas dan tidak disimpan dengan benar.
Ia merasa tidak mungkin ada hal lain karena ia merasa baik-baik saja selama tiga jam setelah memakan roti lapis telur dan juga tidak mengonsumsi apa pun pada malam sebelumnya karena ia stres karena penerbangannya ditunda.
Seorang juru bicara Etihad telah menanggapi kejadian tersebut, dengan mengklaim bahwa tidak mungkin makanan dalam pesawat yang mereka pesan menyebabkan penyakit penumpang tersebut.
"Kami menanggapi semua masalah tersebut dengan sangat serius dan menyelidikinya secara menyeluruh. Makanan kami dalam penerbangan ini, seperti halnya semua penerbangan kami, disiapkan dan disimpan dalam kondisi suhu terkontrol ketat untuk memastikan keamanan dan kualitas."
Maskapai tidak yakin bahwa pasta itulah yang menyebabkan ia sakit karena tidak ada laporan dari penumpang lain yang sakit seperti dirinya.
Namun, kesalahan Eithad dalam urusan makan tidak diterima dengan baik oleh Callaghan, karena ia terbukti baik-baik saja saat makan sebelum naik ke pesawat.
"Tidak profesional cara mereka menangani semuanya," kata Callaghan sambil marah.
Sebagai ganti rugi, ia menuntut pengembalian uang untuk "penerbangan dari neraka" itu beserta permintaan maaf dan pengakuan bahwa makanan mereka menyebabkan penyakitnya, yang menurutnya membuatnya takut untuk melakukan perjalanan pulang.
"Setelah apa yang telah saya alami, saya tidak ingin naik pesawat jadi saya terjebak di Thailand saat ini," kata Callaghan.
"Saya akan membuat diri saya kelaparan dalam penerbangan pulang agar hal ini tidak terjadi lagi," ujar dia.
(bnl/fem)