Peneliti Akui Pantai Kuta Terancam Hilang

2 months ago 38

Jakarta -

Pesisir Pantai Kuta mendapat sorotan karena abrasi serius yang terjadi. Abrasi membuat bibir pantai hampir hilang.

Widodo Setiyo Pranowo Peneliti ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir, pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengakui kerentanan Pantai Kuta terhadap gelombang laut Pantai Kuta Bali.

"Berdasarkan hasil observasi dinamika tinggi muka laut dan gelombang laut menggunakan citra satelit dan pemodelan hidrodinamika, Pantai Kuta diduga mengalami kerentanan akibat dampak pelan (slow onset) dari variabilitas iklim laut (ocean climate variability)," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantai Kuta Bali, rutin mendapatkan hantaman gelombang laut, baik ketika musim angin barat, maupun ketika musim angin timur. Musim angin barat, biasanya terjadi pada Desember, Januari dan Februari.

Sedangkan, musim angin timur terjadi pada Juni, Juli dan Agustus. Periode angin musim tersebut, bisa memanjang atau memendek, tergantung adanya pengaruh dari El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan (IOD) dari Samudera Hindia.

"Masing-masing dari ENSO dan IOD bisa terjadi sendiri, namun bisa juga terjadi kopling atau bersamaan memberikan dampak yang lebih ekstrim,"ungkapnya.

Pantai Kuta Bali, secara musim angin normal, pada musim angin barat, mendapatkan kiriman gelombang alun (Swell Waves) dari Samudera Hindia. Sementara pada musim angin barat, Pantai Kuta selain mendapatkan hantaman dari gelombang alun, terdapat juga gelombang akibat angin lokal (Wind Waves).

Gambar kiri memperlihatkan sebaran spasial arah penjalaran dan tinggi gelombang alun (Swell Alun) pada puncak musim angin barat (Januari 2024). Gambar kanan memperlihatkan sebaran spasial arah penjalaran dan tinggi gelombang alun (Swell Alun) dan gelombang akibat angin (Wind Waves) pada puncak musim angin timur (Juli 2024).Gambar kiri memperlihatkan sebaran spasial arah penjalaran dan tinggi gelombang alun (Swell Alun) pada puncak musim angin barat (Januari 2024). Gambar kanan memperlihatkan sebaran spasial arah penjalaran dan tinggi gelombang alun (Swell Alun) dan gelombang akibat angin (Wind Waves) pada puncak musim angin timur (Juli 2024). Foto: (dok Widodo Setiyo Pranowo/PRIMA-BRIN)

Integrasi antara Swell Waves dan Wind Waves membangkitkan gelombang signifikan semakin tinggi. Pola arah penjalaran antara Swell Waves dan Wind Waves bisa membentuk persilangan gelombang yang disebut sebagai Cross Wave.

Berdasarkan data citra altimeter dari satelit, di Selat Bali dan Samudera Hindia, dari tahun 2004 hingga 2010 terjadi kenaikan muka air laut, yang kemudian menurun dari 2010 menuju ke tahun 2016.

Kemudian dari tahun 2016 hingga 202, elevasi muka air laut mengalami naik-turun. Namun, secara umum, memang terjadi kenaikan muka air laut (sea level rise).

"Ketika terjadi kenaikan muka air laut di Selat Bali termasuk di Pantai Kuta, maka gelombang alun dan gelombang akibat angin akan lebih leluasa masuk ke arah daratan pantai/pesisir, sehingga aberasi pantai pun terjadi semakin mundur semakin mendekati pedestrian," ungkapnya.

Perlunya Pemodelan Hidrodinamika Perubahan Garis Pantai Untuk Restorasi Pantai Kuta

Restorasi pantai yang dilakukan dengan menambahkan pasir putih Kembali ke Pantai yang teraberasi (beach nourishment) adalah langkah upaya teknis yang baik dalam rangka mempertahankan garis pantai Kuta tidak mundur lebih jauh lagi ke arah darat.

"Mundurnya garis Pantai Kuta, akan berdampak sistemik bagi menurunnya aktivitas turis, seperti berjemur di pantai karena 'space' yang semakin berkurang," jelasnya.

Hal ini yang kemudian diduga berdampak menurunkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah dari sektor pariwisata.

Apabila ingin mengurangi laju abrasi pantai maka diperlukan teknik rekayasa seperti membangun breakwater untuk meredam energi gelombang laut untuk Pantai Kuta, dan juga perlu partisipasi seluruh masyarakat bumi untuk mengurangi emisi karbon sebagai biang dari 'slow onset' dari perubahan dan variabilitas iklim secara global di bumi.

"Teknik rekayasa pantai, membutuhkan anggaran dana yang tidak sedikit, sehingga perlu dipersiapkan perencanaan pelaksanaannya yang berkala dan matang," katanya.

Lebih lanjut, pemodelan hidrodinamika arus dan gelombang, ditambahkan kopling dengan persamaan aberasi dan akresi, pada pemodelan transport sedimen untuk melihat adanya potensi perubahan gariis pantai, yang disimulasikan dalam jangka waktu yang panjang.

"Simulasi tersebut, diharapkan akan memberikan ramalan ke masa mendatang (forecasting) tentang estimasi waktu kapankah Pantai Kuta harus direstorasi kembali. Pemodelan tersebut, untuk menjaga validitas ramalan, maka diperlukan data input model berupa hasil observasi yang rutin berkala dan dilakukan secara terus menerus," pungkasnya.


(bnl/bnl)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner