Pendaki Wanita Ini Hampir Tewas Hipotermia di Carstensz: Bakar Jaket-Tali GoPro

3 hours ago 2

Jakarta -

Pendaki wanita ini hampir tewas karena hipotermia di kawasan Puncak Carstensz Pyramid. Ia selamat karena berhasil membuat api dengan membakar jaket, tali GoPro, dan peralatan lain di area tebing.

Cerita ini berasal dari Chintya Tengens Kastanya. Dia melakukan pendakian ke puncak tertinggi di Oseania itu pada 2015. Dia mengungkapkan kembali ceritanya karena insiden terbaru di akhir pekan lalu di tempat yang sama.

Di awal cerita, Chintya mengungkapkan rasa duka atas meninggalnya dua pendaki di Carstensz Pyramid. Ia mengaku sangat dekat dengan peristiwa nahas itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengisahkan pengalaman itu lewat Instagram dan telah mengijinkan detikcom mengutip ceritanya, Selasa (4/3/2025).

"It's never been easy mendengar kabar duka dari dunia pendakian yang begitu dekat dengan kehidupanku. Rest in Peace bunda Lilie Wijayanti & bunda Elsa Laksono telah meraih finished line dengan penuh keabadian," kata Chintya.

"You are gone doing what you love the most, i am envy," ungkap dia. Dan berikut cerita Chintya yang kami parafrasakan ulang.

Membuat jembatan di gunung 4.000 MDPL pertama

Cartensz Pyramid adalah gunung 4000-an pertamaku. Yang membawaku ke perjalanan-perjalanan menyenangkan lainnya. Menyenangkan bukan berarti tanpa tantangan.

Dalam Ekspedisi Merah Putih di 2015 saat itu aku, tim brigif 20 Ima Jaya Keramo @3ndros91, dan @verticalrescueindonesia @edi_ixdiana membuat another bridge di summit ridge dengan tujuan memudahkan para pendaki sampai ke puncak tertinggi Indonesia.

Karena banyak kasus pendaki gagal karena harus berdiam mengantre tyroleans, sedangkan dalam ketinggian seperti itu dan kondisi cuaca ekstrem yang sangat mudah berubah-ubah dengan sangat cepat, terus bergerak adalah wajib agar suhu tubuh tidak drop dan meminimalisir risiko yang tidak diinginkan.

One of my near death experience juga aku alami di sini. Menginap di tebing sendirian karena kelelahan dan AMS yang aku alami saat itu.

Latihan sudah dilakukan, perencanaan perjalanan sudah diatur sedemikian matang, namun bermain di alam selalu memiliki resikonya sendiri.

Kesiapan fisik, mental, logistik serta pemahaman mitigasi harus tetap dipatuhi. Aku pun sadar penuh dengan resiko yang aku hadapi dalam dunia pekerjaanku ini, terus belajar dan update knowledge tentunya terus dilakukan.

Dekat dengan maut

Sekembalinya dari puncak, aku harus menginap sendirian di tebing karena kelelahan dan AMS yang aku alami saat itu. Kami mendaki dengan sistem buddy. Saat itu aku berpasangan dengan salah satu anggota Kopassus.

Namun kelelahan ekstrem kami alami, karena dalam pendakian ini kami mengangkut sling baja dan berbagai perlengkapan untuk pembuatan jembatan, serta menghabiskan banyak waktu untuk pembuatan jembatan.

Aku hilang kesadaran di tali berkali-kali ketika sedang rappelling turun ke bawah (karena oksigen ke otak mulai sangat tipis). Dan Bang Manik (Kopassus buddy aku) pun sudah kelelahan dan kedinginan parah.

Akhirnya aku bilang ke Bang Manik: "Abang aku gak bisa turun lagi. Aku harus tidur dulu, abang turun ke bawah duluan, kalo aku sudah ngerasa fit aku susul. Dari pada kita berdua kayak gini, bisa-bisa pulang tinggal nama".

Akhirnya Bang Manik turun ke bawah dengan kondisi yang sudah sangat drop dan mengabarkan bahwa "Chintya beku, beku di tebing!" Kemudian, ia masuk ke tenda dan tepar.

Berhenti rappelling di jam 9 malam, aku pun berusaha untuk istirahat sejenak mengumpulkan tenaga untuk kembali bergerak.

Membakar jaket dan peralatan

What's on my mind? Bagaimana caranya bisa tidur dengan hangat di tebing dalam kondisi diterpa badai tanpa tenda dan perlengkapan menginap?

1. Aku memilih lokasi berdiam di antara bebatuan, agar angin yang lewat bisa terpecah oleh batu atau terhalang batu.
2. Bagaimana membuat api tanpa ada kayu, dan dalam kondisi angin berputar dengan sangat kencang.

Akhirnya aku mulai membuat api bermodalkan barang-barang seadanya. Aku mulai menyobek bungkusan coklat, potong-potong sandal karet yang ada di dalam carrier untuk dijadikan sumber api.

Apinya tidak perlu besar, namun harus cukup bertahan hingga matahari terbit agar tubuh bisa tetap hangat. Berujung dengan aku bakar satu buah jaket (karena aku pakai 3 lapis).

Tali temali cadangan, tali GoPro pun aku bakar. Apapun yang ada di situ yang menurutku tidak berfungsi malam itu ya aku bakar agar menjadi sumber kehangatan.

Jam 06.00 ketika aku bersiap turun, tim verticalrescueindonesia tiba untuk menjemput. Akhirnya kami turun bersama.

Skill bertahan hidup

Pentingnya memiliki knowledge dan survival skill, bagaimana peka keadaan sekitar dan mengambil keputusan yang tepat adalah kunci. Jam 9 malam sampai jam 6 pagi yang merupakan salah satu waktu terlama dalam hidupku.

Hari pertama pendakian banyak yang mengalami AMS dan muntah hingga subuh. Karena kami berjalan terlalu cepat dan tubuh belum sempat mengalami aklimatisasi.

Kalau aku saat itu belum kena AMS karena berjalan lamban, sibuk foto-foto, break buat sebat, dan ngobrol sama mama-mama porter-nya orang Perancis.

Aku pun selalu memaksa diri untuk minum banyak air dan ngemil. Karena nutrisi juga menjadi salah satu bagian penting dalam menjaga kondisi selama pendakian, ditutup dengan minum tolak angin sebelum tidur.

Jadi sampe subuh ya ngorok, terbangun ya karena mendengar tenda sebelah lomba jackpot.

Oh iya, yang pernah jalan sama aku juga pasti tau bahwa aku tuh nggak pernah mengeluh mau selelah apapun, medan se-ekstrem apapun. Tapi ya aku bisa nangis kalau sedang ingin makan sesuatu tapi nggak ada.

At the end menurut aku harus mengenal kebutuhan diri sendiri, dan mencoba mengontrol kondisi diri baru bisa peka terhadap sekitar.

Tim Ekspedisi Merah Putih siap menuju atap Indonesia! Doakan kami agar kuat, sehat, semangat lancar, aman, sukses menggapai puncak tertinggi Indonesia dan pulang ke rumah serta keluarga kami dengan selamat. Amin.

Ya, sehat, semangat, lancar, aman, dan pulang dengan selamat adalah doa yang selalu ku panjatkan setiap memulai perjalanan karena kisah perjalanan itu hanyalah bonus yang menarik, namun keselamatan adalah yang utama.

Semoga ke depannya teman-teman yang terlibat dalam dunia pendakian dan petualangan alam bebas bisa lebih meminimalisir risiko dan terhindar dari berita duka. Semoga perjalanan perjalanan kita bisa bermanfaat bagi sesama tanpa harus menorehkan luka mendalam.


(msl/fem)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner