Mitos di Balik Fenomena Penyapu Jalan di Jalur Mudik Lebaran Subang

7 hours ago 2

Jakarta -

Jika detikers mudik melewati jalur pantai utara (Pantura), khususnya perbatasan Subang-Indramayu, maka tidak asing dengan fenomena penyapu jalan. Jumlah mereka menjamur saat mudik dibandingkan hari-hari biasa.

Penyapu jalan ini sebenarnya bukan bertugas membersihkan jalan. Mereka berebut mengambil uang yang dilemparkan pengguna jalan saat melintasi Jembatan Sewo perbatasan Subang dan Indramayu.

Di balik fenomena penyapu jalan tersebut, ternyata ada mitos yang melatarbelakangi. Simak juga awal mula fenomena ini muncul.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mitos di Balik Fenomena Penyapu Jalan

Di balik munculnya para penyapu jalan ini, terdapat mitos atau legenda yang berkaitan dengan Jembatan Sewo serta kisah Saedah dan Saeni. Cerita ini sudah beredar di masyarakat sejak zaman Belanda.

Dalam jurnal Patanjala Vol 8 No 3 September 2016, disebutkan kisah Saedah dan Saeni sudah menjadi cerita rakyat yang banyak digunakan dalam kesenian, seperti drama anak sekolah, syair lagu, hingga film.

Setidaknya ada dua versi cerita tentang Saeda dan Saeni tersebut.

Versi Pertama

Saedah dan Saeni adalah anak dari pasangan Ki Sarkawi dan Nyi Sarkawi. Setelah Nyi Sarkawi meninggal, Ki Sarkawi menikah dengan Maimunah.

Namun Maimunah ini membenci kedua anak tirinya itu. Dia datang ke dukun untuk memperdaya suaminya agar mau membuang kedua anaknya itu. Saedah dan Saeni lalu diajak ayahnya ke hutan dan ditinggalkan di sana.

Muncullah sang kakek yang mau mengurus mereka. Singkat cerita, Saeni menjadi ronggeng terkenal dan kaya raya, lalu meninggal dunia. Sebelum meninggal, Saeni berpesan kepada Saedah agar memberikan beberapa hartanya kepada Ki Sarkawi dan Maimunah.

Pasangan tersebut lalu menyesali perbuatannya dan sangat bersedih. Saat melintasi Jembatan Sewo, mereka terjatuh dan tenggelam. Diyakini bahwa dua makam yang ada di dekat jembatan itu adalah makam mereka.

Versi Kedua

Tokoh cerita versi lain ini juga sama, yaitu Ki Sarkawi dan Nyi Sarkawi yang memiliki anak Saedah dan Saeni. Suatu hari Ki Sarkawi berangkat naik haji, tetapi dalam perjalanan dia tergoda oleh ronggeng bernama Maimunah dan menikahinya.

Tujuh bulan tak ada kabar, Sarkawi berniat pulang membawa Maimunah. Rupanya Nyi Sarkawi sudah meninggal dunia, sehingga Maimunah menjadi ibu tiri kakak beradik itu.

Karena tak suka dengan kedua anak tirinya, Maimunah membawa mereka ke hutan dan meninggalkannya. Di hutan, mereka bertemu seorang kakek yang menjanjikan Saeni sebagai ronggeng terkenal. Saedah pun menjadi tukang kendang.

Setelah Saedah dan Saeni terkenal dan kaya raya, sang kakek datang menagih janji dan mengubah Saeni menjadi buaya putih di Sungai Sewo. Saedah pulang ke rumah orang tuanya dan menceritakan kejadian itu.

Karena sangat bersedih, Sarkawi terjun ke sungai dan berubah wujud menjadi bale kambang (balai yang mengambang). Maimunah lalu berubah menjadi pring ori (bambu). Saedah lalu menangis sejadi-jadinya dan berubah wujud menjadi sebuah pohon.

Awal Mula Fenomena Penyapu Jalan

Dari sebuah penelitian di laman Universitas Gadjah Mada, penyapu jalan atau yang disebut 'nyapu duit' di Jembatan Sewo ini merupakan akibat dari adanya aktivitas 'tawur duit' atau menyebar uang di sana untuk menghindarkan diri dari hal buruk di jembatan tersebut.

Salah satu warga Indramayu, Uum mengatakan dirinya turut menjadi penyapu jalan ini sejak masih sekolah dasar (SD) dan masih dia lakukan hingga sekarang berusia sekitar 50 tahun. Menurutnya, aktivitas ini sudah ada sejak kereta kuda masih menjadi alat transportasi.

"Tidak tahu pastinya, tapi kata orang tua jaman dulu, aktivitas ini (penyapu koin) sudah ada sejak jembatan masih pakai kayu dan kendaraan yang melintas dari Batavia masih menggunakan kereta kencana," kata Uum beberapa waktu lalu.

Dulunya, warga mengambil uang koin dengan tangan kosong, namun kini menggunakan sapu dan alat lainnya karena kondisi lalu lintas sudah sangat padat.

Masyarakat yang menjadi penyapu jalan rata-rata berasal dari keluarga kurang mampu, sehingga menjadikan kegiatan itu untuk menambah penghasilan.

Penyapu Jalan Ditindak Polisi

Semakin merebaknya penyapu jalan di Jembatan Sewo membuat polisi turun tangan. Masa mudik tahun lalu, polisi membubarkan aktivitas mereka karena mengganggu lalu lintas.

Namun tradisi ini sepertinya sulit untuk dihentikan, karena masyarakat masih banyak yang melempar uang saat melintasi jembatan. Hal ini membuat para penyapu jalan tetap bermunculan.


(bai/fds)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner