Barru -
Banyak traveler yang belum mengenal tentang Suku Tobalo, salah satu suku yang hidup di pedalaman Sulawesi Selatan. Suku ini punya keunikan berupa warna kulitnya belang-belang.
Suku Tobalo merupakan suku pedalaman yang tinggal di pegunungan Bulu Pao, Desa Bulo-Bulo, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Suku ini hidup berada jauh 70 KM dari pusat Kota Barru.
Berbeda dengan masyarakat umum, Suku Tobalo memiliki kulit yang belang berwarna putih pada sebagian besar anggota tubuh dan wajahnya. Khususnya di bagian kaki, badan, serta yang paling menonjol di bagian dahi yang umumnya belang bercak putihnya membentuk segitiga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal Usul Suku Tobalo
Mengutip jurnal Digital Library Unismuh Makassar yang berjudul 'Pemberdayaan Masyarakat Suku To balo di Desa Bulo-Bulo Kabupaten Barru', Suku Tobalo sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Suku Tobalo memiliki ciri khas yang paling menonjol yaitu kulit belang yang ada di tubuh mereka. Kelainan pada kulit ini bukanlah merupakan sebuah penyakit, melainkan pembawaan gen atau keturunan. Setiap bayi yang terlahir di antara mereka pasti memiliki belang di sekujur tubuhnya.
Nama Tobalo sendiri berasal dari kata "To" yang berarti orang, dan "Balo" yang berarti belang. Sehingga kata "Tobalo" bermakna orang belang.
Menurut cerita, dahulu kala ada satu keluarga dari Suku Tobalo yang pernah mengusik sepasang kuda belang jantan dan betina yang hendak kawin. Perilaku tersebut membuat dewa geram, sehingga mengutuk satu keluarga ini menyerupai kuda berkulit belang tersebut.
Karena kondisi itu, akhirnya Suku Tobalo pun mengasingkan diri dari masyarakat. Mereka membangun koloni di pedalaman yang jauh dari masyarakat umum. Sikap itu sudah mereka lakoni sejak berabad silam, kala Kerajaan Bugis masih berjaya.
Kehidupan Masyarakat Suku Tobalo
Hingga kini, Suku Tobalo masih mendiami daerah pedalaman di Desa Bulo-Bula, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Sayangnya, populasi Suku Tobalo juga semakin berkurang setiap generasinya.
Hal itu dipengaruhi oleh adat dan keyakinan yang dianut. Mereka meyakini bahwa jumlah anggota keluarga dalam satu keluarga tidak bisa lebih dari sepuluh orang.
Ketika ada keluarga ke-11 yang lahir maka harus ada yang mati. Salah satu dari mereka akan langsung dibunuh atau dibuang ke suatu tempat sampai diyakini tidak bernyawa lagi.
Namun itu dulu, Suku Tobalo kini sudah ada yang memilih menikah dengan masyarakat luar. Hal ini membuktikan bahwa hubungan interaksi sosial Suku Tobalo dengan masyarakat sekitar berjalan dengan baik.
Ketika bertemu dengan Suku Tobalo sama halnya bertemu dengan orang normal lainnya. Tidak ada yang membedakan, selain kulit mereka yang belang. Namun terkadang Suku Tobalo merasa malu dan risih ketika berada di tengah-tengah masyarakat normal lainnya.
Tradisi Masyarakat Suku Tobalo
Meskipun menganut agama Islam, namun masyarakat Suku Tobalo masih ketat menjaga ritual nenek moyang mereka secara turun temurun. Salah satu ritual yang sering diadakan Suku Tobalo adalah Tari Sere Api.
Tari Sere Api ini dilakukan di atas bara api yang masih menyala. Tarian ini merupakan sebuah ritual budaya Suku Tobalo yang mengungkapkan rasa senang pada Sang Dewata atas kelahiran putra atau putri penghulu Suku Tobalo.
Ada juga yang mengatakan ritual ini sebagai ungkapan rasa gembira atas melimpahnya hasil panen mereka. Sehingga Tari Sere Api kerap dikolaborasikan dengan ritual lain yang disebut Mappadendang (Pesta Panen).
Kehidupan Sosial Suku Tobalo
Mengutip dari jurnal Universitas Negeri Makassar (UNM) yang berjudul 'Digital Tribe To Balo in Cultural Geography Study in Barru Regency', meskipun mengasingkan diri, hubungan antara masyarakat Desa Bulo-bulo dan Suku Tobalo sangat baik karena adanya prinsip toleransi dan saling menghargai.
Suku Tobalo juga akan ikut dalam musyawarah mufakat jika terjadi suatu masalah yang dapat merugikan satu belah pihak.
Masyarakat Suku Tobalo dikenal memiliki hubungan kekeluargaan yang erat dan saling akrab antar satu sama lain. Mereka senantiasa menerapkan budaya gotong royong dan saling membantu antara keluarga yang satu dengan keluarga lainnya.
Suku Tobalo secara turun temurun menggunakan bahasa yang disebut bahasa bentong. Bahasa ini merupakan bahasa gabungan antara bahasa Makassar, Bugis, dan Konjo.
Suku Tobalo juga selalu mewakili event di festival budaya yang diselenggarakan di Kota Barru. Hal itu menyebabkan masyarakat Suku Tobalo sangat dihargai dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Bulo-Bulo.
-------
Artikel ini telah naik di detikSulsel.
(wsw/wsw)