Kisah Haru Warga Kepulauan Seribu yang Ketinggalan Kapal Habis Melahirkan

3 days ago 14

Jakarta -

Nining (33) adalah warga Kepulauan Seribu, yang identik dengan keindahan pantai-pantainya. Tapi tak melulu indah, ada pula cerita-cerita uniknya.

Pada tanggal 3 Desember 2024, Nining melahirkan anak bungsunya di RS Pasar Rebo Jakarta. Ia memilih melahirkan di Jakarta dengan alasan kelengkapan peralatan.

Seminggu setelah melahirkan, ia memutuskan untuk kembali pulang ke Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Meski termasuk jarak jauh, perjalanan di jalur ini selalu penuh. Ada dua pilihan, kapal kayu atau Dinas Perhubungan (Dishub).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sial seribu sial, ia kehabisan tiket Dishub yang memang harus rebutan di malam sebelum keberangkatan. Perjalanannya dari Tangerang membuat nasibnya semakin nahas, padatnya lalu lintas membuatnya terlambat.

Nining, warga Pulau Panggang ditolong Teras BRI KapalTeras BRI Kapal Foto: (bonauli/detikcom)

"Jam 8 itu kapal kayu berangkat, kami sampai sudah terlambat" ucap warga Pulau Panggang itu.

Sopyan Hadinata (38), suami Nining, memutar otak. Istrinya yang baru operasi sesar dan bayi merahnya tak bisa lagi menunggu. Ia memberanikan diri mendekati Teras BRI Kapal yang saat itu masih bersandar di pelabuhan.

Tak disangka, usai bertanya kepada pihak BRI dan kapten kapal, Ia dan istri diperbolehkan untuk menumpang ke Pulau Panggang. Kebetulan, hari itu adalah Senin, yang mana kapal memang terjadwal berangkat ke Pulau Pramuka, pulau tetangga.

"Baik-baik orang-orangnya, ramah-ramah," kenang Nining sambil sesekali menimang bayinya.

Nining, warga Pulau Panggang ditolong Teras BRI KapalNining, warga Pulau Panggang ditolong Teras BRI Kapal Foto: (bonauli/detikcom)

Ia ingat dengan jelas, bagaimana rasa lega itu memenuhi hatinya. Nining mengaku malah tidak enak sendiri, penghuni kapal sangat perhatian pada bayinya.

"Mereka bilang kalau butuh apa-apa bilang saja, tapi saya malah jadi tidak enak sendiri karena cuma numpang," katanya.

Hari itu cuaca kurang bagus, angin kencang dan gelombang tinggi membuat laut tidak bersahabat. Tapi perjalanannya mulus, sehingga luka operasinya tidak menyiksa.

"Enak, kapal BRI stabil," ungkapnya.

Ia tiba di Pulau Panggang siang hari. Lucunya, kapal kayu yang berangkat lebih dulu belum sampai juga. Kapal masih sandar di Pulau Pramuka karena angin kencang.

"Bayangin, hari itu cuaca jelek banget. Kalau saat itu naik kapal kayu, harus mikirin gimana kalau nanti anak saya kena air hujan karena kapal sering bocor. Terus luka operasinya kaya gimana karena di sana kan ramai," ceritanya.

Kesialannya berubah menjadi keberuntungan. Tak henti-hentinya ia mengucap syukur atas kebaikan hati kru Teras BRI Kapal.

"Enggak tahu lagi kalau enggak ada Kapal BRI harus gimana," ucapnya sambil tersenyum.

Ryan (35) Mantri BRI Kepulauan Seribu bertugas pada hari itu. Ia berkata bahwa sebenarnya membawa penumpang ke kapal tidak boleh dilakukan. Tapi karena keadaan, dimana Nining habis operasi sesar dan badai mengamuk di lautan, Ryan mengedepankan sisi kemanusiaannya.

"Kita iba, bawa bayi habis melahirkan. Jadi nggak papalah, hari pertama kita juga enggak ke Pramuka karena badai," ungkapnya.

BRI menjadi satu-satunya bank di dunia yang memiliki layanan perbankan di kapal, di namai Teras BRI Kapal dengan 'Bahtera Seva I'. Tugas utamanya adalah memberikan layanan ATM, teller dan costumer service layaknya bank di daratan.

Selama 5 hari, Bahtera Seva I akan berlayar ke 5 pulau di Kepulauan Seribu, mulai dari Pulau Pramuka, Panggang, Tidung, Kelapa-Harapan, dan Untung Jawa. Mereka melakukan layanan keuangan yang sangat dibutuhkan warga pulau, karena arus perekonomian di sana mengalir lebih deras dibandingkan daratan. Ini terlihat dari banyaknya transaksi dan perputaran uang yang sudah tercatat oleh BRI.


(bnl/bnl)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner