Bogor -
Tersembunyi di balik sibuknya Bogor, ada satu kampung yang masih melestarikan Batik. Kampung Batik Cibuluh ini cocok dikunjungi para traveler pecinta budaya.
Hiruk-pikuk Kota Bogor seolah mereda saat langkah kaki mulai menapaki sebuah kawasan yang tak hanya menyajikan keindahan visual, tetapi juga menyimpan kisah panjang tentang budaya dan pemberdayaan masyarakat.
Kampung Batik Cibuluh adalah sebuah permata tersembunyi di tengah modernitas kota hujan ini. Di sini, batik tidak sekadar kain bermotif, tetapi juga warisan, identitas, dan harapan bagi komunitas yang hidup di dalamnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampung Batik Cibuluh beralamat di Jalan Neglasari I, RT.03/RW.04, Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Seperti namanya, Kampung Batik Cibuluh memiliki potensi wisata yang cukup baik.
Sebagai Kampung Wisata Edukasi, Cibuluh memanfaatkan potensi batik sebagai kekuatan utama. Tak hanya sebagai produk ekonomi kreatif, batik di sini juga menjadi sarana pemberdayaan masyarakat, terutama kaum ibu, dalam mendukung kesetaraan gender dan kemandirian finansial.
Setiap helai batik yang dihasilkan bukan hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga membawa cerita tentang perjuangan, kreativitas, dan dedikasi para perajin yang tak kenal lelah menjaga tradisi.
Tanggal 4 Desember 2025, saya dan teman-teman mengunjungi Kampung Batik Cibuluh sebagai bagian dari tugas mata kuliah Fotografi Digital. Awalnya, pemilihan lokasi dilakukan secara acak, hingga akhirnya kami mendapati kelurahan yang memiliki julukan unik sebagai Kampung Batik ini.
Kami memulai perjalanan dari kantor kelurahan, di mana petugas setempat dengan ramah mengarahkan kami ke beberapa rumah produksi batik yang menjadi nadi ekonomi di kawasan ini.
Ada Batik Irwanda, Batik Bumiku, Batik Melangit, Batik Melinda, dan Batik Pancawati. Masing-masing rumah produksi memiliki keunikan tersendiri, mulai dari motif, teknik pewarnaan, hingga filosofi yang tertanam dalam setiap polanya.
Begitu memasuki kawasan kampung batik, kami langsung disambut dengan mural-mural bercorak batik yang menghiasi tembok di sepanjang jalan. Setiap motif yang terlukis di dinding seakan menjadi gerbang pengantar menuju dunia yang lebih dalam dari sekadar seni.
Dari sekian banyak rumah produksi, saya memutuskan untuk lebih lama singgah di Batik Bumiku, salah satu tempat yang memiliki ciri khas batik parang dan batik berbahan dasar pewarna alami.
Rumah produksi ini berdiri sejak 4 Juli 2017 dan terletak agak jauh dari pusat kampung, memberikan suasana yang lebih tenang dan asri. Begitu tiba di depan rumah produksi, saya langsung terpukau dengan arsitektur klasik berbahan dasar kayu yang berpadu dengan kesejukan alam sekitar.
Ada sesuatu yang magis di tempat ini, perpaduan antara kesederhanaan dan keindahan yang membuat siapa pun yang datang merasa seperti masuk ke dalam dimensi lain, jauh dari kebisingan kota.
Pemilik rumah produksi menyambut kami dengan senyum hangat, memperkenalkan kami pada dunia batik lebih dekat. Saat memasuki ruangan, mata saya langsung tertuju pada sebuah meja bundar yang penuh dengan kerajinan tangan bercorak batik. Di sana terdapat dompet, gantungan kunci, ikat rambut, tas tangan, hingga boneka kecil yang unik.
Lebih dalam, kain-kain batik dengan warna dan motif beragam tergantung rapi pada tiang kayu, melambai lembut tertiup angin, seolah menampilkan keelokan yang tak lekang oleh waktu. Di sisi kiri ruangan, deretan pakaian batik seperti kebaya, gaun, rok, hingga celana tersusun rapi. Tak jauh dari sana, terlihat batik setengah jadi yang sedang dalam tahap pengeringan setelah melalui proses pencetakan.
Saya menatap takjub pada canting-canting yang masih tersisa dalam lelehan malam yang telah mengeras, seperti saksi bisu dari proses panjang yang membutuhkan ketelatenan dan ketekunan.
Tak ingin melewatkan momen berharga ini, saya dan teman-teman segera mengambil kamera, mengabadikan setiap sudut keindahan yang kami temui. Sambil berkeliling, Novi, salah satu teman saya, mencoba beberapa aksesori batik yang tersedia.
"Wah, cantik banget ya batiknya, abis ini kayanya aku jadi pengen deh pake batik di keseharianku," ujarnya dengan antusias.
Saya hanya bisa mengangguk setuju, karena sejak awal saya memang memiliki ketertarikan khusus terhadap batik. Bahkan sejak semester satu, saya rutin mengenakan batik setidaknya sekali dalam seminggu.
Kunjungan ke Kampung Batik Cibuluh bukan sekadar perjalanan biasa. Lebih dari itu, saya merasa semakin dekat dengan akar budaya bangsa. Saya semakin memahami bahwa batik bukan hanya motif cantik di atas kain, tetapi juga simbol perjuangan, kreativitas, dan identitas yang harus terus dijaga.
Keunikan Kampung Batik Cibuluh terletak pada konsep eduwisata yang mereka tawarkan. Pengunjung bisa mengikuti workshop membatik, pelatihan kewirausahaan, hingga berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seni tradisional.
Semua ini menjadi bukti bahwa batik bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga masa depan yang harus terus dilestarikan. Saat sore mulai menjelang, kami memutuskan untuk berpamitan dan tak lupa mengabadikan momen terlebih dahulu sebagai kenangan yang kian lekat di hati.
Saat meninggalkan kampung ini, saya tahu satu hal bahwa saya akan kembali. Bukan hanya sebagai wisatawan, tetapi sebagai seseorang yang ingin turut serta dalam menjaga salah satu warisan budaya tak benda Indonesia ini. Karena batik bukan sekadar kain, batik adalah cerita tentang bangsa, tentang identitas, dan tentang kebanggaan yang tak boleh pudar oleh waktu.