Jakarta -
Pulau Harapan adalah wilayah pemekaran dari Pulau Kelapa yang dibuat untuk menunjang pariwisata Kepulauan Seribu. Homestay berkembang dan diminati wisatawan.
Komariah (56) pemilik homestay Koja di Pulau Harapan. Oma Kokom (panggilan akrab), termasuk dalam daftar nasabah BRI yang paling bersinar di Pulau Harapan. Kebetulan usahanya mendapat bantuan dana dari BRI.
Sejak berdiri, tahun 2010, homestay Koja laris manis. Kini sudah punya 12 pintu, Oma Kokom bercerita tentang pengalamannya menerima tamu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang datang ke sini kebanyakan datang sudah dengan travel, jadi yang pesan pemandunya. Tapi kalau sudah sering, yang langsung pesan ke saya ada," ucap pengusaha yang asli Pulau Seribu itu pada Rabu (26/3).
Rombongan anak kuliahan sampai keluarga silih berganti menjadi tamunya. Melihat ini, Oma Kokom membuat homestay dengan bentuk rumah di lantai atas rumahnya.
Homestay Koja di Pulau Harapan Foto: (bonauli/detikcom)
Ada ruang tengah dan balkon yang ditambah, setiap kamar pun sudah memiliki kamar mandi. Ia juga menambahkan fasilitas berupa ekstra bed dengan harga Rp 25 ribu. Tamu pun nyaman untuk tidur ramai-ramai tanpa harus berpisah dari rombongan.
"Mereka suka kumpul ramai-ramai di balkon atau ruang tengah," terangnya saat menunjukkan kamar.
Inilah yang membuat tamu-tamunya betah. Di musim liburan paling dekat, Hari Raya Idul Fitri, kamar-kamar itu telah penuh dengan pesanan.
"Dari tanggal 28 Maret sampai 7 April sudah penuh. Tamunya ganti-ganti terus, ada yang semalam, ada yang dua malam," jawabnya bersemangat.
Mengingat-ingat semua tamu yang pernah singgah, ia menyebutkan dari mana saja tamunya berasal.
"Pernah ada rombongan dari China, mereka bawa pemandu sendiri. Terus ada dari Jakarta, Bandung, pokoknya macem-macemlah," sebutnya.
Pulau Harapan tak begitu jauh dari Pulau Pramuka, destinasi paling populer di Kepulauan Seribu. Wisatawan biasanya sampai di Pulau Harapan pada Sabtu Siang sekitar pukul 13.00 WIB lalu lanjut kegiatan di laut seperti snorkeling, hoping island atau diving.
Belasan tahun membuka homestay tentu ada suka-duka yang dirasa, khususnya yang membuat darahnya mendidih. Yang paling sering dia hadapi adalah wisatawan yang membuat gagang pintu kamar mandinya rusak.
"Entah karena buru-buru atau tenaganya besar, itu gagang kamar mandi selalu rusak. Pintu itu usianya belum sepuluh tahun, tapi ganti gagang sudah lebih dari 10 kali," katanya sambil tarik napas.
Homestay Koja di Pulau Harapan Foto: (bonauli/detikcom)
Tak cuma itu, ia juga kerap mendapati ruang tengahnya penuh dengan coretan dari wisatawan. Belajar dari pengalaman, ia kemudian melapisi tembok dengan keramik. "Biar aman," katanya.
"Ada yang pernah bikin kaca pecah, saya tagih ke travel yang bawa. Terus ada yang jorok banget, makan di kasur, tulang-tulang ikannya juga ikutan tidur di kasur," ungkap Oma Kokom sambil geleng-geleng kepala.
Yang membuatnya berang, ada tamu yang mencuri seprai dan sarung bantal miliknya! Memiliki naluri feminim yang kuat, ia menata seprei dan sarung bantal dengan warna senada, biasanya malah ia jahit khusus. Namun untung tak selalu datang, rugi tak dapat ditolak.
Selain kisah yang bikin ubun-ubun panas, bukan berarti tak ada tamu baik. Oma Kokom juga sering dapat tamu yang sangat bersih. Sebelum pulang, tamu itu bahkan melipat seprei dan menyapu kamar.
Berada di ujung utara Kepulauan Seribu, Pulau Harapan memang incaran untuk weekend getaway. Namun jika musim liburan atau long weekend tiba, penginapan seharga Rp 300 ribu per kamar per malam yang bisa diisi suka-suka oleh tamu itu, bisa mencapai omzet sampai Rp 6 jutaan sebulan.
Ekstra bed di Homestay Koja di Pulau Harapan Foto: (bonauli/detikcom)
Melihat perkembangan pariwisata di Kepulauan Seribu, Pengamat Kebijakan Publik Pariwisata Profesor Azril Azhari, mengatakan bahwa wisata Pulau Harapan jadi yang punya potensi besar, namun belum dipromosikan secara maksimal.
Secara umum, pengertian pondok wisata atau ada kalanya disebut juga dengan sarana hunian wisata (homestay) adalah akomodasi dan lodging yang dimiliki oleh masyarakat setempat yg disewakan untuk menginap oleh wisatawan atau turis, sehingga antara turis dengan masyarakat bisa terjadi hubungan komunikasi yang baik.
"Artinya berkembanglah wisata berbasis komunitas (community based tourism) yang sangat dianjurkan oleh UNTourism, sehingga masyarakat setempat mendapatkan manfaat berupa peningkatan pendapatan lokal," jawabnya.
Mulai dari homestay, perekonomian di Pulau Harapan akan berkembang menjadi ekonomi kreatif yang didukung dengan kuliner, kriya/kerajinan, fesyen, seni dan kebudayaan setempat.
"Disinilah pengunjung (pelancong dan turis) mendapatkan daya tarik berupa keunikan (uniqueness), keotentikan (authenticity) dan sekaligus keeksotisan (exoticism) pulau kecil tersebut," tutupnya.
(bnl/bnl)