Jakarta -
Pramugari menjadi salah satu profesi yang membuat banyak orang terpukau. Mereka selalu terlihat cantik atau tampan secara visual, meski punya jadwal pekerjaan yang padat.
Banyak yang menduga, jadi pramugari adalah profesi idaman karena bisa keliling dunia dengan cuma-cuma. Nyatanya, profesi pramugari tak seindah yang dibayangkan.
Selain rasa lelah di tengah pekerjaan yang tak mudah dan beresiko, beberapa pramugari menceritakan kisah asmaranya yang tak mudah. Berikut kisah-kisahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stereotip pramugari yang dikenal memiliki penampilan menarik, rapi, dan mempesona sering kali membuat penumpang terpesona hingga mencoba berbagai cara untuk mendekati mereka. Ada beberapa pramugari yang mengaku punya pengalaman didekati oleh penumpang dengan beragam modusnya, ada pula yang mengaku kesulitan dengan masalah asmara karena padatnya jadwal kerja. Berikut beberapa catatannya:
1. Sering Ketemu 'Modus' Kencan dari Penumpang
Dikutip dari laman Daily Star, seorang pramugari bernama Jessica Lyon mengungkapkan bahwa beberapa penumpang melakukan berbagai upaya agar bisa mengajaknya berkencan. Kebanyakan modusnya adalah pura-pura sakit.
"Beberapa dari mereka (penumpang) bahkan mengatakan kepada kami, kalau mereka sedang tidak enak badan hanya untuk bisa mendapatkan perhatian," ujarnya.
Selain itu, Lyon juga menceritakan bahwa ada penumpang yang meninggalkan nomor telepon di serbet atau berbagi kartu nama sebagai bentuk pendekatan. "Beberapa dari mereka bahkan mencari kami di media sosial, dan bertanya apakah saya lajang," tambahnya.
Namun, pramugari asal Brazil itu mengaku tidak tertarik dengan ajakan-ajakan tersebut karena ia sudah menikah. "Saya biasanya menunjukkannya (cerita ajakan kencan) kepada suami saya dan kami berdua tertawa. Anda tahu, pramugari punya selera humor yang bagus dan itulah yang membantu kami melewati siang dan malam yang panjang," katanya.
2. Sulit Menjalani Sebuah Hubungan
Salah seorang pramugari bernama Megan Kojima, menceritakan kisah asmaranya dan beberapa temannya dalam laman Cosmopolitan. Katanya, pramugari lekat dengan sebutan "sexy waitress in the sky".
Namun sebetulnya, di balik visual yang menawan mereka menyimpan tanggung jawab atas beberapa ratus nyawa di setiap penerbangan. Bahkan, mereka juga harus menjadi superhero untuk menyediakan apapun yang penumpang butuhkan.
Ada seorang teman Megan bernama Kia, yang menjalani hubungan selama beberapa bulan bersama kekasihnya. Namun semua berakhir begitu saja, sebab pasangan Kia merasa bahwa pekerjaan pramugari membuat mereka jarang bertemu.
Menurut Megan, pria biasanya tidak siap menghadapi ketidakpastian hidup. Pekerjaan menjadi pramugari penuh dengan pilihan dan kesempatan, tetapi tidak mudah untuk menjalin komitmen dalam hubungan.
"Pria hampir selalu menghilang atau menyerah di bawah tekanan. Mungkin mereka langsung tertarik dan terpesona oleh kehidupan kita, tetapi kemudian segera sadar begitu kenyataan pekerjaan muncul. Jarak dan ketidakpastian mengganggu rencana mereka," tulis Megan.
3. Sulit Mendapat Kepercayaan dari Pasangan
Rekan Megan lainnya, Brittany, sempat menjalani hubungan yang akhirnya berakhir karena pasangannya tidak mempercayainya. Padahal, kenyataannya menjadi pramugari sudah sangat melelahkan sehingga selepas kerja, mereka hanya ingin istirahat dan tidur.
"Perselingkuhan bisa menjadi masalah dalam profesi apa pun, tetapi tampaknya mereka yang bekerja di industri penerbangan secara khusus dicap oleh publik, terlepas ada alasannya atau tidak," tulis Megan.
"Rekan kerja saya, Stacy, telah membantu saya memperoleh perspektif tentang semua ini. Baginya, pekerjaan adalah cara terbaik untuk menyingkirkan pria yang tidak siap dengan apa yang harus kita bawa dalam sebuah hubungan," kata dia.
4. Bahagia Sesederhana Mendapat Pujian dari Penumpang
Siapa pun sumringah ketika dapat surat cinta, termasuk awak kabin pesawat. Tapi 'surat cinta' yang para pramugari mau, sedikit beda.
Agus Suprapto, awak kabin Batik Air dengan pengalaman kerja dua tahun, menceritakan hal yang paling membahagiakan dalam ingatannya. Kala itu dalam penerbangan ke Perth, Australia ia mendapat secarik kertas dari seorang penumpang laki-laki.
"Ada seorang bapak yang menekan tombol panggil awak kabin. Waktu itu saya bertugas sebagai FA5 (junior), senior saya datang melayani penumpang itu," kata dia kepada detikTravel, belum lama ini.
Tak lama, senior Agus kembali ke belakang dan memanggil dirinya. Ia berkata bahwa penumpang itu meminta agar Agus yang datang kepadanya. Dirinya mendatangi penumpang tersebut dengan sikap sempurna dan senyum mengembang, ternyata si penumpang ingin tahu nama dari Agus.
"Bapak itu minta secarik kertas untuk menulis. Dia menulis ungkapan terima kasih kepada perusahaan dan mencantumkan nama saya," ucapnya.
Bagi banyak orang pekerjaan hanyalah pekerjaan semata, tapi Agus melakukannya sepenuh hati. Ia tak menyangka karena pada saat itu penerbangan ekonomilah yang ia layani. Sudah rahasia umum, ada perbedaan pelayanan antara kelas ekonomi dan bisnis.
"Tapi pada waktu di ekonomi mungkin pelayanan kita menggunakan hati, jadi apapun yang kita berikan itu mungkin tersampaikan dengan baik dan mereka merasa puas," kata dia.
Layaknya 'Surat cinta', pujian di atas kertas itu membuatnya senang. Kertas itu kemudian ia foto untuk bukti pada perusahaan, model 'surat cinta' inilah yang menjadi salah satu bukti kuat akan performa baik dalam pekerjaan, sebuah surat pengakuan bahwa mereka melayani dengan hati.
(aau/fds)