Denpasar -
War Takjil selama bulan Ramadan terjadi lagi. Kali ini, warga non Muslim hingga bule-bule ikutan memperebutkan Takjil di Pasar Ramadan Denpasar Bali.
Pasar Ramadan Masjid Raya Baiturrahmah di dusun Wanasari, Denpasar, Bali, sudah diserbu pemburu takjil pada hari pertama puasa Ramadan 2025. Tak hanya umat muslim saja yang berebut, warga non-Islam (nonis) hingga warga negara asing (WNA) ikut war takjil.
Ada 65 UMKM yang membuka lapaknya di pasar tahunan Kampung Jawa tersebut. Mereka menjajakan aneka gorengan, dimsum, sate susu, hingga beragam minuman dingin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari pertama bulan suci ini, warga sudah tumpah ruah membeli takjil atau pun lauk pauk. Laki-laki, perempuan, tua, dan muda saling berdesakan bergantian membeli aneka kudapan berbuka puasa dari lapak satu ke lapak lain.
Ni Ketut Linda Nataliani (19), salah satu warga non Muslim yang baru pertama kali ikut berburu takjil. Ia diajak oleh teman muslimnya ke pasar Ramadan.
"Ini baru pertama kali ikut," ucap Linda saat dijumpai di Pasar Takjil Masjid Raya Baiturrahmah pada Sabtu (1/3/2025).
Linda juga membeli gorengan seperti lumpia hingga martabak telur. Pengalaman pertama war takjil tersebut memberikan kesan positif bagi dia.
"Kesannya senang karena di sini banyak pilihan dan harganya murah-murah. (Takjilnya) kelihatannya enak-enak," akunya.
Pasar Ramadan ini biasanya bisa dikunjungi oleh 500 orang per harinya. Untuk tahun ini Pasar Ramadhan dibuka mulai hari ini hingga 26 Maret pukul 15.00 Wita-19.00 Wita.
Koordinator Pasar Ramadhan Masjid Raya Baiturrahmah, Marzuki Fathan, menuturkan war takjil juga turut diikuti oleh bule-bule selama beberapa kali Ramadan.
Bule yang dijumpainya sekitar 10 orang yang diperkirakan berasal dari Australia dan Timur Tengah.
"Sampai tadi pun saya masih lihat ada beberapa bule yang belanja. Malahan saat itu pedagangnya belum komplit jualannya. Mungkin gema (war takjil) sudah sampai di luar makanya mereka ingin mencicipi makanan tradisional di sini," tutur Marzuki.
Panitia telah mengingatkan para pedagang untuk tidak menggunakan pemanis buatan, pewarna buatan, dan bahan pengawet.
Selain itu, tenda pedagang juga telah diganti demi kenyamanan saat pembeli berbelanja. Warga kini juga diarahkan keluar area pasar Ramadan dari belakang gang masjid. Hal ini untuk mengurangi kemacetan saat berjalan.
"Kami juga kumpulkan posisi pedagang. Untuk pedagang makanan minuman posisinya di bagian depan, sedangkan pedagang sate di belakang," beber Marzuki.
Warga Hindu Ikut Cuan Saat Ramadan
Berkah Ramadan tak hanya dirasakan oleh umat Islam, tapi juga umat Hindu. Salah satunya Ayu Raka Parwati yang ikut berjualan takjil di sebelah Pasar Semat Sari, Tibubeneng, Badung.
Pada hari biasa keluarga Parwati hanya berjualan donat dan es buah. Namun saat Ramadan tiba, mereka menambah menu, yakni es melon, es alpukat, es kacang ijo, kolak, hingga nasi bungkus.
Parwati berjualan dibantu oleh adiknya, Gusti Parwata (47), serta anaknya, Nyoman Parta (20). "Kami mulai jualan jam 11 siang, tapi takjil baru datang jam 4 sore. Tutup jam 7 malam," ujar Parwata, Sabtu.
Parwata menjadikan Ramadan sebagai peluang menambah pemasukan. Ia menjual takjil dengan harga ramah di kantong, yakni Rp 3 ribu hingga Rp 6 ribu. Warung takjilnya pun ramai didatangi pembeli.
"Biasanya kami hanya buat satu atau dua jenis minuman, tapi Ramadan ini sampai empat macam karena pengunjung naik sampai 60 persen," kata Nyoman Parta, mahasiswa Universita Mahasaraswati itu.
Tak hanya umat muslim yang menunggu berbuka puasa, wisatawan yang berkunjung ke kawasan Canggu dan Pantai Berawa pun turut mampir. Ramadan tahun lalu, omzet dagangannya naik sekitar 50 persen dibanding hari biasa.
"Hari biasa omzetnya sekitar Rp 2 juta, kalau Ramadan biasanya lebih banyak. Astungkara, ini jadi rezeki buat keluarga," ujarnya.
--------
Artikel ini telah naik di detikBali.
(wsw/wsw)