Fakta di Balik Video Viral Anak Diikat dan Diarak Warga Lombok

Liputan6.com, Jakarta - Anak berusia 14 tahun yang videonya viral karena diarak dan diikat warga di Lombok telah ditemukan. Ia diketahui berasal dari Desa Keru, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

Disebut peristiwa itu terjadi di sebuah kios buah di pinggir jalan wilayah Keru yang direkam oleh salah seorang penjual buah, kemudian diunggah ke media sosial. Aksi tersebut pun langsung menuai kecaman.

Atas kejadian itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) kota Mataram, Joko Jumadi mengatakan, pihaknya langsung melakukan penelusuran dan menemukan sejumlah fakta.

"Jadi si anak ternyata berkebutuhan khusus. Dan dari penjelasan pelaku, bahwa mereka para penjual buah di sana kesal lantaran dagangan mereka sering diganggu," kata dia saat dikonfirmasi, Sabtu (20/12/2025).

Joko menuturkan, para pedagang tersebut mengarak dan mengikat anak itu untuk memberi efek jera dan tidak mengulangi perbuatannya. 

Dari keterangan pelaku, kata dia, anak itu sering mengambil buah dan menaruh di tempat lain. Bahkan, disebutnya pernah mengambil sepeda milik pedagang, untuk dimainkan dan ditaruh di tempat yang jauh.

"Jadi karena itulah, pelaku yang merupakan pedagang melakukan pengarakan dan mengikat si anak. Ini semata mata untuk efek jera," kata Joko.

Joko menuturkan, video yang viral itu sudah dihapus, di mana pihaknya yang memintanya lantaran dipandang melanggar hak anak dan berpotensi menimbulkan dampak psikologis bagi korban.

Terkait motif perekaman, Joko menjelaskan bahwa pengunggah mengaku tidak memiliki niat lain selain untuk hiburan.

"Dari komunikasi kami, pengunggah mengaku merekam dan membagikan video tersebut semata-mata karena menganggap peristiwa itu lucu," kata Joko.

Joko mengingatkan masyarakat, khususnya pengguna dan pembuat konten media sosial, agar lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam menyebarkan konten, terutama yang melibatkan anak-anak.

Menurutnya, pencarian perhatian atau keuntungan di media sosial tidak boleh mengabaikan aspek perlindungan anak dan nilai kemanusiaan.

"Peristiwa ini menjadi pembelajaran agar tidak menghalalkan segala cara demi meraih popularitas," kata Joko Jumadi.

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram bersama UPTD PPA, Dinas Sosial, dan pihak Kepolisian akhirnya membawa anak tersebut ke Panti Asuhan Sentra Paramita Mataram untuk mendapatkan perlindungan dan pendampingan lebih lanjut.