Destinasi Liburan Awal Tahun 2025: Bali

1 month ago 29

Jakarta -

Bali tetap menjadi primadona, baik oleh turis lokal maupun mancanegara. Traveler bisa nih seru-seruan di awal tahun 2025 di Bali.

Dini hari, Jakarta masih terlelap. Namun, kami sudah siap dengan ransel dan koper, bergegas menuju Bandara Soekarno-Hatta. Perjalanan liburan yang telah lama kami rencanakan akhirnya tiba.

Pukul 6:20 WIB, kami lepas landas menuju Bali, destinasi yang selalu berhasil memadukan suasana santai dan eksotis. Sekitar pukul 9:05 WITA, pesawat mendarat mulus di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Udara Bali yang khas langsung menyapa, memulihkan energi setelah penerbangan singkat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan langkah antusias, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel di Legian, lokasi strategis yang terletak di antara Pantai Kuta dan Seminyak. Rencana kami cukup panjang, 6 hari dan 5 malam penuh eksplorasi.

Setelah menitipkan barang di resepsionis, kami menunggu motor sewaan yang akan menjadi teman perjalanan selama di Bali. Begitu motor tiba, kami tak sabar untuk memulai petualangan.

Menikmati Panasnya Pantai Seminyak dan Megahnya Bajra Sandhi

Destinasi pertama kami adalah Pantai Seminyak, salah satu pantai terkenal di Bali. Meski matahari bersinar terik, suasana pantai tetap memikat. Ombak yang tenang, turis yang sibuk berselancar, dan pasir putih yang membentang luas menjadi pemandangan yang menyejukkan mata.

Setelah berjalan-jalan dan menghirup udara pantai, kami memutuskan untuk berpindah ke tempat yang lebih teduh. Pilihan jatuh pada Monumen Bajra Sandhi di Denpasar, ikon perjuangan rakyat Bali.

Bangunan ini berbentuk seperti bajra (lonceng yang biasa digunakan oleh pendeta Hindu) dan berdiri megah di tengah lapangan hijau. Memasuki monumen, kami disuguhkan relief-relief yang menceritakan perjalanan sejarah Bali dari zaman prasejarah hingga kemerdekaan Indonesia. Pemandangan dari atas monumen pun menakjubkan.

Sore itu, kami mengabadikan momen dengan latar belakang monumen yang megah, sebuah kenang-kenangan berharga dari Bali. Menjelang malam, kami kembali ke hotel. Di perjalanan, kami mampir ke minimarket untuk membeli persediaan makanan dan minuman.

Setelah seharian penuh aktivitas, kami tidur lebih awal, bersiap untuk agenda besar keesokan harinya: Nusa Penida.

Nusa Penida

Pagi itu langit mendung, dan hujan mulai turun rintik-rintik. Namun, tak ada yang bisa menghentikan semangat kami. Tepat pukul 6:00 WITA, kami berangkat menuju Pelabuhan Sanur dengan motor. Sepanjang perjalanan, kami menerjang hujan sambil mengenakan jas hujan. Perjalanan yang basah tak menyurutkan semangat kami.

Sesampainya di pelabuhan pukul 7:00 WITA, kami bertemu tour guide yang sudah siap dengan tiket speedboat. Perjalanan menyeberang menuju Nusa Penida memakan waktu sekitar 40 menit. Ombak cukup besar, namun itu justru menambah sensasi petualangan.

Sesampainya di dermaga Nusa Penida, hujan masih mengguyur. Kami langsung diarahkan menuju mobil oleh tour guide yang ramah. Sepanjang perjalanan, ia berbagi cerita tentang Nusa Penida, sebuah pulau yang menjadi rumah bagi penduduk asli Bali, pendatang dari Kupang, dan NTB.

Destinasi Pertama: Broken Beach

Broken Beach, atau yang dikenal dengan nama Pasih Uug, adalah destinasi pertama kami. Lokasi ini menyajikan pemandangan tebing-tebing melingkar dengan lubang besar di tengahnya, membentuk sebuah "pantai" kecil yang unik.

Air laut biru jernih mengalir masuk melalui celah tebing, menciptakan pemandangan yang luar biasa. Meskipun hujan terus turun, kami tetap antusias berjalan mengelilingi area ini.

Foto-foto diambil dengan latar tebing yang ikonik, sebuah bukti kami telah menyaksikan salah satu keajaiban Nusa Penida

Angel's Billabong: Kolam Alami yang Memikat

Tak jauh dari Broken Beach, Angel's Billabong menjadi pemberhentian berikutnya. Kolam alami yang terbentuk di antara batu karang ini menawarkan air yang begitu jernih hingga dasar karang terlihat jelas. Namun, karena hujan dan arus yang deras, kami hanya bisa menikmati pemandangan dari tepi.

Di sela-sela hembusan angin kencang, kami tetap mengabadikan momen dengan kamera, menikmati harmoni alam yang begitu memukau. Crystal Bay: Kedamaian di Tengah Angin Kencang Crystal Bay, dengan pasir putih dan laut yang jernih, menjadi destinasi berikutnya. Suasananya terasa lebih tenang meski angin kencang terus berembus.

Kami berjalan-jalan di sepanjang pantai, menikmati pemandangan pulau kecil di tengah laut yang menjadi ciri khas tempat ini. Pohon kelapa yang berjajar di sekitar pantai menambah nuansa tropis yang membuat kami lupa akan dinginnya hujan.

Ikon Nusa Penida: Kelingking Beach

Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan ke Kelingking Beach, destinasi yang paling ikonik di Nusa Penida. Pemandangan dari atas tebing benar-benar memukau. Bentuk tebing yang menyerupai leher dinosaurus menjadi latar sempurna untuk foto.

Meski hujan terus mengguyur, kami tetap melangkah hati-hati menuruni beberapa anak tangga untuk mendapatkan sudut pandang terbaik. Angin yang berhembus kencang dan deburan ombak yang bergemuruh menambah dramatisasi pemandangan ini.
Pukul 13:00 WITA, kami meninggalkan Nusa Penida dan menaiki speedboat pertama menuju Pelabuhan Sanur. Perjalanan kembali ini terasa lebih tenang, meski lelah sudah mulai terasa. Sesampainya di Sanur, kami menyempatkan diri untuk berfoto di area pelabuhan.

Meski matahari terbit sudah lama berlalu, sinar lembut pagi menciptakan suasana yang damai, memberikan kesan manis untuk menutup hari itu. Akhir dari Petualangan Hari Kedua Hari itu penuh dengan pengalaman yang berkesan.

Meski cuaca tak selalu mendukung, petualangan di Nusa Penida meninggalkan kenangan yang sulit dilupakan. Kami kembali ke hotel di Legian, membawa pulang cerita yang akan selalu kami ingat.

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner