Demam Lokasi Syuting Film Diklaim Jadi Solusi Spanyol Atasi Overtourism

8 hours ago 4

Jakarta -

Spanyol tak hanya indah, tapi juga penuh cerita di balik layar. Berkat popularitas serial seperti 'Elite' dan 'Black Mirror', wisatawan kini berbondong-bondong mengunjungi lokasi syuting, menjadikan pariwisata film sebagai tren baru yang menjanjikan.

Dalam beberapa tahun terakhir, produksi internasional seperti Game of Thrones, La Casa de Papel, Elite, hingga Black Mirror, semakin banyak yang syuting di Spanyol, baik sebagian maupun seluruhnya.

Film-film itu memicu banyak wisatawan yang datang untuk mengunjungi lokasi syuting dari film atau acara TV favorit mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir Euronews, Senin (7/4/2025) seorang profesor pariwisata di EAE Business School Madrid, Diego Santos, menjelaskan bahwa sebelumnya, para wisatawan yang datang untuk melihat lokasi syuting klasik biasanya hanya penggemar film tertentu. Sebagai contoh padang pasir di selatan Spanyol yang terkenal dalam film koboi atau Seville yang menjadi latar dalam Star Wars.

Namun kini, tren tersebut semakin berkembang dan lebih banyak orang yang tertarik.

"Ada peningkatan signifikan dalam pariwisata berbasis film dalam beberapa tahun terakhir. Sektor ini tumbuh sangat cepat," kata Santos.

Sebuah studi berjudul 'Spain of Film: Trends in Cinematographic Tourism' mengonfirmasi fenomena tersebut. Penelitian itu menunjukkan bahwa budaya menjadi alasan utama bagi hampir empat dari sepuluh orang untuk bepergian, dan satu dari sepuluh orang mengaku merencanakan liburan ke tempat yang pernah digunakan untuk syuting film atau acara TV.

Direktur dan pendiri The Travelling Set, sebuah firma konsultan pariwisata film di Spanyol, Ana Alonso, menyoroti bahwa potensi sektor ini sangat besar, terutama dengan adanya platform streaming seperti Netflix yang mampu menarik minat jutaan penonton terhadap berbagai tempat di dunia.

Dalam penelitian tersebut, Madrid tercatat sebagai kota yang paling sering disebutkan dalam kunjungan wisatawan untuk lokasi syuting film, serial, atau dokumenter (28,1%), diikuti oleh Almería (22,6%) dan Seville (15,3%).

Alonso juga menambahkan bahwa tantangan utama kini adalah mengembangkan dan mempromosikan penawaran wisata berbasis film agar permintaannya semakin meningkat.

Dibandingkan dengan Inggris yang sudah lebih maju di sektor ini, Spanyol masih dalam tahap awal untuk menawarkan produk pariwisata film.

Gurun Tabernas di Almeira, SpanyolGurun Tabernas di Almeira, Spanyol. (Getty Images/Rudolf Ernst)

Perkembangan tersebut telah menciptakan industri baru yang berfokus pada wisata film, di mana perusahaan bekerja sama dengan operator tur untuk menarik wisatawan yang tertarik pada pengalaman bertema film dan serial TV.

Alonso juga mengembangkan panduan untuk rute sinematografi yang mengajak wisatawan mengunjungi lokasi-lokasi syuting dari produksi besar.

"Potensi sektor ini sangat besar," kata Alonso.

Kemudian, pendiri sebuah firma konsultan tur bernama Lorens, Aubry Minotti, menjelaskan bahwa pariwisata film lebih dari sekedar mengunjungi lokasi syuting, tetapi juga menghubungkan film dengan sejarah kota tersebut. Minotti menambahkan,

"Ini adalah pengalaman wisata yang memperkaya dan melengkapi perjalanan dengan elemen-elemen sinematik," kata Aubry.

Pengalaman wisata film yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari pemutaran film di luar ruangan, makan malam bertema, lokakarya kostum, hingga pengalaman membangun tim dengan tema film.

Spanyol memang sudah lama dikenal sebagai lokasi syuting favorit berkat iklimnya yang menyenangkan, dengan musim dingin yang singkat dan curah hujan rendah, serta keragaman alam yang luar biasa, mulai dari gurun hingga hutan dan Laut Mediterania.

Pada 1960-an, Almería menjadi terkenal setelah sutradara Italia, Sergio Leone, memilih Gurun Tabernas sebagai lokasi syuting untuk film Spaghetti Westernnya yang legendaris, seperti The Good, the Bad, and the Ugly.

Sejak 2020, pemerintah Spanyol memberikan insentif pajak yang menarik bagi produksi film internasional, yakni potongan pajak 30% untuk satu juta euro pertama yang dibelanjakan, dan 25% untuk sisanya. Hal itu ditujukan untuk menarik lebih banyak produksi film internasional. Proses pengajuan izin pembuatan film dan visa bagi kru internasional juga telah dipermudah.

Produksi film ini kini memberikan dampak ekonomi yang besar, mencapai 1,32 miliar euro (Rp 22,44 triliun). Sebagai bukti bahwa pariwisata berbasis film semakin berkembang, Spanyol akan menjadi tuan rumah kongres Eropa pertama mengenai pariwisata film bulan depan.

Namun, di sisi lain, protes terhadap pariwisata massal juga semakin sering terjadi di Spanyol, dengan penduduk lokal mengeluhkan dampak negatif pariwisata, terutama pada krisis perumahan yang diperburuk oleh sewa jangka pendek.

Pariwisata Berbasis Film Jadi Jalan Keluar

Disebutkan pariwisata film bisa menjadi solusi yang lebih berkelanjutan. Karena pariwisata berbasis film ini tidak terikat pada musim tertentu dan mampu membantu mengalihkan wisatawan ke destinasi-destinasi lain di negara tersebut.

"Wisatawan mungkin ingin melihat monumen-monumen terkenal, tetapi mereka juga akan terkejut ketika dibawa ke lokasi-lokasi yang menjadi latar film yang lebih sedikit dikenal," kata Minotti.

Dengan demikian, pariwisata film di Spanyol tidak hanya menawarkan pengalaman baru bagi wisatawan, tetapi juga dapat membantu mengurangi dampak negatif dari pariwisata massal, memberikan alternatif yang lebih berkelanjutan dan mendistribusikan lalu lintas wisatawan ke tempat-tempat yang belum banyak dikunjungi.


(upd/fem)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner