Cerita Kepala Desa di Lampung, Berawal dari Hobi Kini Sukses Beternak Ayam Pakoy

21 hours ago 6

Liputan6.com, Lampung- Di balik hamparan kebun jagung dan deretan kandang ayam seluas 2.500 meter persegi di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran, tersimpan kisah tentang hobi yang menjelma menjadi ladang rezeki. Sosok itu adalah Sanjaya, Kepala Desa Tanjung Rejo, sekaligus peternak ayam Pakoy yang kini dikenal di kalangan pecinta ayam kontes.

Awalnya, ternak ayam ini tak lebih dari sekadar penyalur hobi. Namun sejak 2019, tepat saat pandemi Covid-19 membatasi ruang gerak banyak orang, Sanjaya justru menemukan momentum.

“Awalnya memang hobi ayam. Karena waktu itu Covid, nggak ke mana-mana, akhirnya fokus ngurus ayam dan mulai terpikir untuk mengembangbiakkan,” ujar Sanjaya kepada Liputan6.com, Sabtu (20/12/2025).

Dari kandang sederhana, kini Sanjaya mengelola sekitar 400 ekor ayam, mayoritas jenis Pakoy. Ayam-ayam tersebut tersebar di puluhan kandang, mulai dari kandang anakan hingga kandang pembesaran.

Beberapa di antaranya merupakan hasil breeding unggulan yang disiapkan khusus untuk kontes maupun kolektor.

Ayam Pakoy dikenal memiliki postur tinggi, badan besar, tulang kuat, serta ciri khas sisik kaki unik seperti sisik beling, salak, hingga naga. Karakter inilah yang membuat Pakoy menjadi primadona di dunia ayam kontes.

Tak hanya melayani pembeli lokal, ayam-ayam dari kandang Sanjaya juga telah menembus pasar luar daerah. Medan dan Surabaya menjadi tujuan pengiriman, selain wilayah Lampung seperti Way Kanan, Tulang Bawang, Mesuji, hingga Lampung Barat.

“Sebagian besar pembeli datang langsung ke kandang. Tapi ada juga yang pesan lewat WA, nanti kami kirim,” jelas dia.

Sebulan Bisa Terjual 50 Ekor

Dalam sebulan, penjualan ayam Pakoy dipeternakan bernama Farm Erdogan itu bisa mencapai hampir 50 ekor, dengan sekali kirim hingga 10 ekor ayam berusia 6-7 bulan. Harga pun bervariasi, tergantung usia dan kualitas.

“Yang umur dua bulan bisa mulai Rp 500 ribu. Kalau yang sudah jadi, rawatan bagus, bisa Rp 2 juta sampai Rp 5 juta per ekor,” jelasnya.

Dari usaha ini, Sanjaya mengaku mampu meraih omzet ratusan juta rupiah per bulan, dengan penghasilan bersih di kisaran puluhan juta rupiah, setelah dikurangi biaya pakan dan gaji karyawan yang mengurus ratusan ayam setiap hari.

Perawatan ayam Pakoy dilakukan secara khusus. Setiap pagi, ayam diberi puding racikan alami dari kurma, telur puyuh, pisang, hingga jangkrik. Sementara pakannya diracik sendiri dari jagung Madura, kacang hijau, beras merah, padi putih, hingga jagung hasil kebunnya sendiri.

“Tujuannya supaya stamina ayam tetap bagus, badannya stabil, nggak kegemukan. Jadi ayam benar-benar fit,” ungkap dia.

Meski disibukkan dengan ternak, Sanjaya tetap menjalankan tugasnya sebagai kepala desa. Baginya, usaha itu bukan sekadar bisnis, tapi juga bukti bahwa hobi, jika ditekuni dengan serius, bisa menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan.

“Yang penting konsisten dan sabar. Dari hobi, ternyata bisa bantu ekonomi keluarga dan buka lapangan kerja,” tutup dia.

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner