Ada Jakarta, Ini 8 Wilayah di Pantura Jawa dalam Ancaman Penurunan Tanah Serius

16 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 8 wilayah di Pantai Utara Pulau Jawa mengalami penurunan tanah paling serius dicatat oleh Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Menurut Plt. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Lana Saria, beberapa wilayah yang mengalami penurunan tanah cukup serius di antaranya Jakarta Utara, Bandung, Semarang Utara (Genuk, Tanjung Mas, Kaligawe), Demak – Sayung, Pekalongan (pesisir), serta Surabaya Timur dan Utara (lokal).

"Karakteristik utama (wilayah penurunan tanah) endapan aluvial sangat lunak (lempung–lanau muda, Holosen). Eksploitasi air tanah berlebih. Beban bangunan berat dan urbanisasi yang masif," terang Lana dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Rabu (17/12/2025).

Lana menjelaskan faktor penyebab lain penurunan tanah itu antara lain kondisi geologi adanya sedimen muda dan tanah lunak dan kombinasi dengan kenaikan muka laut.

Lana menambahkan penurunan tanah di 8 wilayah Pantura ini berisiko dilanda banjir dan rob permanen. Belum lagi kerusakan infrastruktur dan bangunan.

"Menurunnya kualitas hidup dan lingkungan (kesehatan dan sanitasi). Kerugian ekonomi akibat meningkatnya biaya perbaikan bangunan dan infrastruktur pada daerah terdampak. Hilangnya wilayah daratan" kata Lana.

Tanah Lebih Rendah dari Permukaan Laut

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan Badan Geologi Kementerian ESDM di beberapa wilayah pesisir Indonesia, khususnya pantai utara Pulau Jawa seperti Jakarta, Semarang, beberapa bagian di Jawa Tengah serta Timur dan area pesisir lain, telah tercatat penurunan muka tanah sampai posisi yang sama dengan atau lebih rendah dari muka laut.

Sejumlah wilayah kini posisinya lebih rendah daripada laut seperti perubahan garis pantai dan meluasnya daerah yang terdampak banjir rob. Lana menyebut banjir terjadi akibat air laut masuk ke daratan (Rob) meskipun tidak terjadi hujan.

"Sejumlah wilayah di Pantura Jawa saat ini telah menggunakan tanggul pantai dan pemompaan sehingga bergantung sepenuhnya pada sistem rekayasa (polder) untuk menahan air laut dan meluasnya banjir rob seperti di Jakarta Utara, Kabupaten dan Kota Pekalongan, Kota Semarang dan Kabupaten Demak," ungkap Lana.

Bukti lainnya terjadi penurunan tanah adalah daratan berubah menjadi perairan permanen yang mengakibatkan hilangnya permukiman dan tambak dari peta daratan.

Lana membeberkan penurunan muka tanah di Pulau Jawa umumnya terjadi di wilayah Endapan Kuarter (aluvium, endapan danau, dan juga endapan gambut), yang secara alami secara geologi karena proses konsolidasi alami.

"Selain itu muka tanah dapat dipicu juga oleh pengaruh aktivitas manusia atau antropogenik contohnya karena pengambilan atau penarikan fluida dari bawah permukaan serta karena pembebanan bangunan," ungkap Lana.

Penurunan Tanah sampai 5 Cm

Pihaknya telah melakukan penyelidikan, pemetaan dan pemantauan amblesan (land subsidence) sejak awal tahun 90-an di DKI Jakarta dengan bekerja sama dengan kelompok ahli amblesan tanah Republik China. Hasil pemantauan menemukan indikasi tanah ambles di sekitar DKI Jakarta.

Kegiatan pemetaan, penyelidikan dan pemantauan terus berlanjut melalui kerja sama yang melibatkan pemerintah daerah, akademisi maupun tim ahli dari luar negeri.

"Pada awal Tahun 2000 kegiatan penyelidikan, pemetaan dan pemantauan amblesan dilakukan di kota-kota besar lainnya seperti Kota Semarang dan Kota Surabaya," sebut Lana.

Tren penurunan muka tanah yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia pada beberapa daerah seperti Pekalongan, Semarang dan Demak masih menunjukkan tren penurunan yang cukup tinggi dengan nilai penurunan lebih dari 5 cm/tahun.

Namun, untuk wilayah DKI saat ini pada beberapa daerah telah menunjukkan tren penurunan yang mulai melandai.

"Berdasarkan pemantauan yang dilakukan Badan Geologi Kementerian ESDM dampak penurunan muka tanah yang signifikan terjadi pada daerah yang umumnya mengalami penurunan lebih besar dari 5 cm/tahun dan bahkan lebih," tukas Lana.

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner