Jakarta -
Studi Traveloka bersama YouGov untuk traveler Asia Pasifik menunjukkan perubahan tren liburan. Liburan di dalam negeri dan besaran bujet menjadi pertimbangan untuk liburan.
Studi itu berjudul "Travel Redefined: Understanding and Catering to the Diverse Needs of APAC traveler". Studi tersebut melibatkan hampir 12.000 responden di sembilan negara, termasuk lebih dari 2.000 responden yang berasal dari Indonesia.
Dari studi itu menunjukkan kawasan Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara, tidak lagi bisa dianggap sebagai pasar yang seragam, wisatawan memiliki preferensi perjalanan yang beragam, yang dibentuk oleh konteks budaya dan ekonomi yang berbeda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan itu dipengaruhi oleh motivasi perjalanan, adopsi teknologi, preferensi keberlanjutan, metode pembayaran, sensitivitas harga, dan preferensi untuk perjalanan domestik versus internasional di seluruh kawasan.
Sebagai gambaran, wisatawan Indonesia dan Jepang sering mencari eksplorasi budaya dan objek wisata, sedangkan wisatawan Singapura dan Australia menyukai liburan buat beristirahat.
Dari studi itu juga didapatkan objek wisata alam (61%) seperti taman nasional dan cagar alam berada di urutan teratas, kota-kota besar (53%) berada di urutan kedua, diikuti oleh situs bersejarah atau budaya (44%). Preferensi ini mencerminkan preferensi yang seimbang untuk relaksasi dan pengayaan.
"Asia Pasifik menawarkan banyak peluang, namun keragamannya menuntut kreativitas dan pemahaman yang mendalam. Para pelaku industri harus memahami kebutuhan unik dari market yang dinamis ini agar dapat terus berkembang dalam lanskap pariwisata yang terus berubah. Karenanya, kunci kesuksesan untuk memberikan pengalaman yang dicari para traveler adalah dengan menuangkan insights dari studi ini ke dalam strategi yang inovatif," ujar Caesar Indra, Presiden Traveloka, dalam rilis kepada detikTravel, Kamis (6/2/2025).
Di seluruh kawasan Asia Pasifik, perjalanan domestik menjadi faktor pendorong utama pemulihan industri pariwisata, termasuk di Indonesia. Sebanyak 70% traveler lebih memilih berlibur di dalam negeri karena faktor kenyamanan dan harga yang lebih terjangkau. Kecenderungan itu membuat destinasi-destinasi seperti Bali, Lombok, dan Yogyakarta semakin populer.
Di kawasan Asia Pasifik, termasuk wisatawan Indonesia, harga merupakan faktor penting dalam mengambil keputusan liburan. Sebanyak 46% responden menyebutkan bahwa harga yang terjangkau menjadi prioritas dalam memilih akomodasi.
Selain itu, 34% wisatawan Indonesia dipengaruhi oleh promosi dan diskon saat memilih destinasi. Hal ini menunjukkan bagaimana biaya, termasuk penawaran menarik, dapat mempengaruhi travellers untuk mempertimbangkan pergi ke destinasi yang biasanya tidak mereka pilih.
Studi itu juga mengungkapkan bahwa 39% traveler di Indonesia ingin berlibur untuk mengunjungi tempat-tempat atraksi wisata. Wisata alam menjadi daya tarik utama, dengan 75% traveler lebih memilih berlibur ke destinasi alam seperti pegunungan dan taman nasional, lalu pantai dan daerah pesisir (65%), disusul tempat bersejarah atau budaya seperti museum atau istana (37%).
Sebanyak 62% traveler memilih wisata sejarah dan budaya, preferensi masyarakat Indonesia menunjukkan rasa cinta yang besar terhadap aktivitas outdoor dan keindahan alam.
Jika dibandingkan dengan rata-rata hasil survei di kawasan Asia Pasifik yang menggunakan media sosial (42%) dan platform perjalanan (40%), data di Indonesia menunjukkan adanya engagement konsumen yang lebih tinggi dalam menggunakan alat digital, menandakan adopsi dan konektivitas digital yang kuat di Tanah Air.
Perjalanan berkelanjutan semakin banyak dipilih 86% traveler Indonesia mempertimbangkan nilai keberlanjutan dalam merencanakan liburan, lebih tinggi dari rata-rata regional (80%). Hal ini menjadi peluang besar bagi para penyedia layanan perjalanan berkelanjutan, seperti akomodasi ramah lingkungan dan inisiatif green tourism, untuk menarik minat traveler di Indonesia.
(fem/wsw)