Starbucks Batasi Pengguna Toilet, Terkuak Fakta Miris di AS

2 weeks ago 16

Jakarta -

Starbucks mengumumkan untuk membatasi penggunaan toilet menjadi hanya untuk pengunjung yang bertransaksi. Perubahan itu menguak fakta minimnya toilet umum di Amerika dan hilangnya tempat warga menjumpai keluarga.

Mengutip MSNBC, Selasa (21/1/2024), kebijakan itu diumumkan Starbucks awal pekan ini dengan alasan menjadikan kedai kopi yang berkantor pusat di Seattle, Washington itu eksklusif bagi pengunjung. Pimpinan Starbucks ingin pengunjung merasa lebih nyaman dan aman.

"Dengan menetapkan ekspektasi yang jelas untuk perilaku dan penggunaan tempat, kami dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk semua orang," kata juru bicara perusahaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keputusan itu menuai pro dan kontra. Editor media MSNBC menilai perubahan itu menguak sisi gelap Amerika soal ketersediaan toilet umum.

Warga yang sedang jalan-jalan atau pun traveler yang belum bisa check in hotel dinilai bakal kesulitan untuk menyelesaikan hajat dengan kebijakan itu. Sejak 2018, toilet Starbucks menjadi jujugan untuk menyelesaikan urusan ke belakang itu.

Ya, sejak 2018 secara de facto Starbucks telah menjadi fasilitas de facto untuk semua orang akibat dari kurangnya toilet umum di Amerika Serikat.

Kisah toilet menunjukkan bagaimana AS gagal berinvestasi pada infrastruktur sipil dan malah memprivatisasi apa yang menjadi masalah dan dilema sosial yang lebih besar.

AS kekurangan toilet umum

Starbucks memulai kebijakan membuka pintu bagi siapapun itu pada 2018. Momen itu dimulai setelah seorang pria kulit hitam yang sedang bertemu dengan rekan bisnisnya untuk minum kopi di Starbucks tidak diizinkan menggunakan kamar kecil di lokasi tersebut.

Pertengkaran antara staf dan pria tersebut terjadi, polisi dipanggil, dan peristiwa itu menjadi skandal nasional.

Dalam upaya untuk meredam kehebohan tersebut, Starbucks menyatakan bahwa semua orang akan diterima masuk kafe.

Menurut sebuah studi yang dirilis pada 2021, jumlah toilet umum di AS sangat minim. AS hanya memiliki delapan toilet umum per 100.000 orang. Sebagai perbandingan, Islandia memiliki 56 toilet dan Swiss 46 toilet.

New York City dan Los Angeles masing-masing memiliki empat dan lima toilet umum untuk setiap 100.000 penduduk. Philadelphia, tempat terjadinya insiden tahun 2018, juga memiliki empat toilet umum.

"Kita berharap pajak kita digunakan untuk membayar rambu jalan, lampu jalan, dan bangku," kata Lezlie Lowe, penulis No Place to Go: How Public Toilets Fail Our Private Needs.

"Namun, kita sudah terbiasa pergi ke kedai kopi dan membeli muffin yang tidak ingin kita beli demi bisa ke toilet," dia menambahkan.

Hingga 1970-an, toilet berbayar di tempat umum dan pribadi di Amerika Serikat lebih umum digunakan. Dapat dipahami bahwa biaya itu dapat menjaga fasilitas tetap higienis. Namun, para aktivis terkejut dengan ketidakadilan tersebut.

Ketidakadilan itu semakin nyata bagi perempuan. Wanita lebih sering dikenakan biaya untuk penggunaan toilet, sedangkan pria sering kali dapat menggunakan urinoir secara gratis. Kondisi itu juga membebani masyarakat miskin.

Akhirnya, California melarang penggunaan toilet berbayar dengan merujuk kepada Undang-Undang yang ditandatangani oleh Gubernur Ronald Reagan. Sejak saat itu toilet berbayar ditinggalkan.

Selain itu, pembatasan toilet Starbucks diprediksi akan membuat kedai-kedai sepi pengunjung. Selama ini, selain pengguna toilet, mereka yang datang ke Starbucks adalah orang-orang yang menjadikan sebagai 'ruang ketiga', sebagai meeting point.

Ya, warga Amerika, tua maupun muda, sangat membutuhkan tempat-tempat seperti Starbucks yang jauh dari rumah dan kantor (atau sekolah) untuk bersosialisasi dengan orang lain, baik secara langsung atau pun tidak langsung.

"Suasana di Starbucks dinilai lebih santai dan adem, dan memungkinkan untuk bercakap-cakap. Aktivitas itu tidak bisa dilakukan di perpustakaan, yang harus senyap, taman umum, yang ada potensi hujan atau panas, dan mal yang kini orang lebih banyak belanja online, apalagi di kantor," kata Jarvis DeBerry, editor lifestyle MSNBC.

Kepala ahli bedah umum, Dr. Vivek H. Murthy, mengatakan dalam sebuah laporan pada 2023 bahwa kesepian dan keterasingan merupakan ancaman besar bagi kesehatan dan kesejahteraan dan bahwa dampak kematian akibat terputusnya hubungan sosial serupa dengan yang disebabkan oleh merokok hingga 15 batang sehari.

Nah, Starbucks dianggap sebagai salah satu pilihan ruang ketiga termurah yang ada, dan, untuk sementara, Starbucks membuatnya gratis. Kebijakan baru tersebut memperlakukan orang sebagai pengembara yang menumpang hidup sampai mereka membuktikan sebaliknya dan mengatakan staf " dapat meminta bantuan dari penegak hukum " untuk menyingkirkan mereka.

CEO Starbucks Brian Niccol bersikukuh perubahan kebijakan itu bertujuan untuk menjadikan jaringan tersebut sebagai "ruang ketiga" yang lebih ramah bagi pengunjung.


(msl/fem)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner