Singgah di Lumbini, Tempat Kelahiran Buddha

5 hours ago 4

Lumbini -

Lumbini di Nepal, tempat kelahiran Siddhartha Gautama, yang kemudian dikenal sebagai Buddha. Situs itu ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO sejak 1997 dan setiap tahunnya menarik sekitar satu juta pengunjung dari berbagai negara, termasuk peziarah dari Korea hingga Prancis.

Dikutip dari BBC, Senin (12/5/2025), Lumbini berada di Distrik Kapilavastu. Jarak Lumbini dari Kathmandu sekitar 330 kilometer. Perjalanan dengan mobil atau bus dari Kathmandu ke Lumbini biasanya memakan waktu sekitar 8-11 jam.

Pusat utama di Lumbini adalah Kuil Mayadevi yang diyakini sebagai lokasi kelahiran Buddha sekitar 2.600 tahun lalu. Di dalam kuil, terdapat batu penanda bersejarah yang menjadi tujuan utama para peziarah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kawasan itu juga dikelilingi oleh 14 biara yang dibangun oleh komunitas Buddha dari berbagai penjuru dunia.

"Orang-orang datang ke sini dari seluruh dunia untuk mencari kebahagiaan dan kedamaian," kata Khenpo Phurpa Sherpa, seorang biksu dari biara Singapura kepada BBC Nepali.

Meski memiliki nilai spiritual tinggi, pengalaman berkunjung ke Lumbini sering kali tidak nyaman. Pada musim panas, suhu yang sangat panas dan lembap membuat pengunjung hanya sanggup bertahan beberapa menit di dalam kuil. Selain itu, fasilitas umum seperti papan informasi dan penunjuk arah masih minim.

"Umat tidak dapat tinggal di dalam kuil lebih dari beberapa menit karena sangat panas, lembab, dan menyesakkan," kata Khenpo.

Tak hanya kondisi cuaca yang menyulitkan, pengunjung juga mengeluhkan polusi udara dari pabrik sekitar, tumpukan sampah, dan taman yang tergenang air. Bahkan, pohon yang ditanam Sekjen PBB Antonio Guterres pun kini layu karena perawatan yang buruk.

"Pihak berwenang harus menyediakan peta dan informasi kepada para pengunjung. Kami hanya berlari dari satu tempat ke tempat lain tanpa informasi," kata Prabhakar Rao, seorang pengunjung dari India kepada BBC.

Manoj Chaudhary, seorang pengemudi taksi setempat, juga kesal dengan kecerobohan pengelola kuil itu.

"Saya marah dengan kesalahan pengelolaan. Lihat saja sampah yang tidak diangkut di sekitar sini," katanya

UNESCO menyebut kerusakan fisik di situs ini-seperti atap bocor dan batu bata yang ditumbuhi jamur-sebagai kondisi konservasi yang mengkhawatirkan.

Pada 2022, proyek aula meditasi berkapasitas 5.000 orang dibangun hanya dua kilometer dari Kuil Mayadevi. UNESCO mengkhawatirkan proyek-proyek besar seperti itu mengganggu Nilai Universal Luar Biasa (OUV) yang menjadi dasar penetapan Lumbini sebagai situs warisan.

Lumbini pernah diusulkan menjadi "Kota Perdamaian Dunia" dengan dana investasi asing lebih dari USD 760 juta, namun rencana itu dibatalkan setelah mendapat penolakan. Para ahli menyebut ambisi pembangunan yang tak terkendali justru merusak esensi spiritual kawasan.

Saat ini pemerintah Lumbini bekerja sama dengan UNESCO untuk memperbaiki rembesan air dan melakukan perawatan kimia pada batu bata kuno. Namun pengamat menilai, akar masalah terletak pada pengelolaan yang dipenuhi kepentingan politik, bukan keahlian pelestarian.

"Alih-alih memilih para ahli dan orang-orang yang cakap untuk mengepalai Lumbini Development Trust (LDT) guna mengelola Lumbini, pemerintah tampaknya bertekad untuk memilih orang-orang yang mungkin tidak cukup kompeten dalam pelestarian warisan," kata Deep Kumar Upadhyaya, mantan menteri kebudayaan dan anggota parlemen.

Menteri Kebudayaan Nepal, Badri Prasad Pandey, mengatakan bahwa ia memahami kritik tersebut.

"Itu adalah tempat suci. Kita perlu memastikan bahwa kesuciannya dilestarikan dengan segala cara. Kita harus ekstra hati-hati dalam mencegah korupsi di tempat-tempat suci seperti itu," kata dia.

"Kami berkomitmen untuk mengatasi semua masalah karena itu terkait dengan kebanggaan bangsa," dia menambahkan.


(fem/fem)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner