Jakarta -
Pulau Tidung di Kepulauan Seribu terkenal sebagai tempat wisata dengan pantai yang indah. Tak banyak yang tahu, ada suku Dayak di sana.
Ya, kamu tidak salah lihat, Tidung yang ada di Kepulauan Seribu memiliki kaitan erat dengan Kalimantan. Semua bermula dari Raja Tidung yang datang dari Kalimantan dan menetap di Pulau Tidung. Namanya kemudian diabadikan sebagai bentuk penghormatan karena ia dimakamkan di sana.
Tak banyak yang tahu di mana letak makam Raja Tidung. Biasanya turis hanya main ke Jembatan Cinta, snorkeling di pantai dan berkeliling dengan sepeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siapa sangka, makam itu berada di tengah pulau, tepat di sebelah Kantor Urusan Agama (KUA). Sisi makam di tembok rendah, pagar besi setinggi 2 meter dikunci dengan gembok di bagian depan. Hanya ada satu penerangan di bagian tembok utama yang menghadap ke jalan.
"Makam Raja Tidung X III" Sebuah tulisan jadi penanda besar di tembok. Di bagian tengah, terlihat sebuah tugu kecil dengan silsilah Raja Tidung dan asalnya.
Makam Raja Tidung XIII di Pulau Tidung Foto: (bonauli/detikcom)
Dijelaskan bahwa Raja Tidung XIII datang dari Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Nama kecilnya adalah Aji Muhammad Sapu Kaca dan mendapat gelas Raja Pandita. Ia lahir di Malinau tanggal 20 Juli 1817 dan wafat di Pulau Tidung pada 1898.
Ia berkuasa pada tahun 1853-1892 sebagai Raja Tidung XIII di Malinau. Namun menurut cerita penduduk, ia kalah perang dan tercatat diasingkan ke Batavia pada tahun 1892.
Makam Raja Tidung XIII di Pulau Tidung Foto: (bonauli/detikcom)
Saya ditemani oleh kru Teras BRI Kapal, Rifqi Zulhimi, Andri Nursha'ban, Ismoyo dan Hendra. Mereka kerap melakukan tur ke makam Raja Tidung saat melakukan pelayanan di sana. Sekedar berkunjung, kata mereka.
Pemimpin rombongan, Hendra, berada di depan seraya menunjukkan makam. Rifqi dan Andri berkata bahwa mereka tahu tentang makam ini dari Hendra, layaknya pemimpin komando ialah yang menggiring pasukan BRI untuk berkunjung ke sana.
"Pas jalan-jalan ketemu makam itu. Ternyata nama pulau Tidung itu dari raja Tidung," ucapnya sembari beranjak dari sana.
Kru Teras BRI Kapal (bonauli/detikcom)
Memang tak banyak yang dilihat dari sana. Padahal, ini adalah keunikan yang tidak ada di pulau lain di Kepulauan Seribu. Ada percampuran suku dayak di Jakarta.
Sayang Seribu sayang, semua jejak itu terhapus zaman. Tak ada sentuhan Dayak secuil pun yang bisa diintip di sana.
Andri dan Rifqi mengaku juga mengetahui makam ini dari Hendra. Kalau tidak bergabung dengan kapal terapung, mungkin mereka tak pernah tahu bahwa Pulau Tidung memiliki percampuran budaya yang sangat unik.
Ryan (35) mantri Teras BRI Terapung punya cerita tersendiri soal makam. Ia tak ingat dengan jelas nama nasabahnya, namun ia dibuat takjub olehnya.
"Pernah satu kali nasabah cerita kalau dia itu keturunan dari Raja Tidung," kenangnya.
Yang uniknya, nasabah tersebut tak tahu tentang hal itu. Status keluarganya sebagai keturunan Raja Tidung diketahui dari seseorang suku Dayak yang datang ke sana langsung.
"Si orang Kalimantan ini ngomong kalau silsilahnya ada di Kalimantan dan nasabah itu diajak pulang ke sana untuk melihat," ungkapnya.
Pulau Tidung Foto: (bonauli/detikcom)
Nasabah tersebut diberangkatkan bersama keluarga, sekitar 3-4 orang untuk melihat silsilah mereka. Barulah di situ mereka percaya bahwa darah Raja Tidung mengalir dalam tubuhnya.
Pengamat dan ahli pariwisata. Profesor Azril sungguh menyayangkan hal ini. Sebagai small Island tourism, Pulau Tidung harusnya mengangkat keunikan ini untuk meningkatkan pariwisatanya.
"Kenapa kita enggak angkat budaya Dayak seperti tato? Saya meneliti soal tato, dua suku yang paling tua dan bagus adalah Mentawai dan Dayak," katanya.
Pemerintah harusnya melihat kekerabatan Pulau Tidung dengan Dayak yang punya pamor di dunia tato.
"Kalau bisa kita bawa ahli tato dari Kalimantan dan dikembangkan di Tidung. Ini harusnya bisa kita kemas dengan storytelling," ungkapnya.
Lahir di Pontianak, Prof Azril menjelaskan bahwa suku Dayak memiliki penampilan khas karena adanya percampuran perkawinan dengan suku Tionghoa. Ciri khas ini sudah tidak nampak di Tidung.
Jika ingin mengangkat Pulau Tidung, dirinya berpendapat bahwa pemerintah DKI Jakarta harus menelusuri hal ini, kemudian menjadikan buku atau film dengan pasar internasional, sehingga pariwisata Tidung semakin berkembang. Apalagi DKI Jakarta memiliki Wakil Gubernur Rano Karno yang tenar sebagai pemain film kawakan.
"Kepada Bapak Gubernur Pramono Agung, saya siap untuk membantu small Island tourism, khususnya Pulau Tidung," pungkasnya.
(bnl/wsw)