Jakarta -
Mendaki gunung tidak lagi sama dulu dan kini. Salah satu pemandu gunung berbasis di Jawa Tengah, Lazuardi, mengungkapkan perbedaannya.
Bagi sebagian orang, mendaki gunung adalah perjalanan jiwa. Bagi yang lain, bisa jadi mendaki gunung sekadar pelarian dari bisingnya kota.
Tapi seiring berjalannya waktu, mendaki gunung tak lagi hanya soal sunyi, pencarian jati diri, atau napak tilas petualangan ala komunitas pecinta alam. Kini, gunung telah berubah menjadi destinasi wisata massal yang tak hanya mendatangkan pengalaman, tetapi juga mendatangkan pundi-pundi ekonomi bagi masyarakat sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di era 90-an, mendaki gunung adalah kemewahan," kata Lazuardi, yang sudah mendaki gunung sejak 1995, kemudian bergabung dengan UPL MPA Unsoed dan kini menjadi pemandu pendakian gunung, dalam perbincangan dengan detikTravel, Kamis (10/7/2025).
Dia bilang pada era 1990-an itu tak banyak orang yang berpikir untuk naik gunung. Mereka yang mendaki biasanya tergabung dalam komunitas seperti Pecinta Alam (PA) atau Mapala. Dalam komunitas itu, para pehobi mendaki gunung mengasah keterampilan, keberanian, dan kepecintaalaman.
Ade, sapaan karib Lazuardi, mengatakan kala itu mendaki gunung menjadi aktivitas untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kota. Foto masih mahal, media sosial juga belum ada.
"Dulu, tak terpikir membawa pulang oleh-oleh foto selfie dengan latar pemandangan. Cukup bisa menikmati sejuknya alam, itu sudah lebih dari cukup," kata Lazuardi.
Ade mengatakan zaman berubah. Saat ini, gunung bukan hanya tempat sunyi, tapi telah menjadi bagian dari industri wisata yang terus berkembang. Akses lebih mudah, fasilitas makin lengkap, dan pendakian kian terjangkau oleh berbagai kalangan.
Tak heran jika mendaki gunung kini bukan hanya diminati oleh komunitas terlatih, tapi juga masyarakat umum dari berbagai usia dan latar belakang sosial. Bahkan, banyak yang mendaki sekadar demi kebutuhan foto untuk media sosial, mencari validasi di tongkrongan, bukan untuk menemukan kedamaian atau menantang diri. Sayangnya tidak membekali diri dengan kemampuan fisik dan peralatan yang memadai.
"Motivasi sebagian pendaki sekarang berbeda. Banyak yang naik gunung hanya demi mendapatkan latar foto yang keren, bukan untuk menghargai alam atau menantang diri sendiri," ujar Lazuardi.
Risiko Tetap Sama, Bahaya Tak Kenal Zaman
Lazuardi mengatakan meskipun zaman berubah, medan gunung tetap sama. Risiko dan bahaya yang ada di alam bebas tidak pernah memilih siapa korbannya, baik pendaki lama maupun pendaki baru.
"Alam tidak menoleransi ketidaksiapan. Kalau tidak punya keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang benar, bahaya bisa datang kapan saja," kata Ade.
Dengan jumlah pendaki yang semakin banyak dan tidak sedikit di antaranya yang mendaki gunung karena FOMO dan tanpa bekal yang memadai, membuat angka kecelakaan di gunung semakin sering terdengar. Mulai dari hipotermia, jatuh, hingga tersesat menjadi potret nyata bahwa mendaki bukan semata-mata jalan-jalan.
Gunung Jadi Ladang Ekonomi dan Pentingnya Pemandu Profesional
Di saat bersamaan, meledaknya minat masyarakat pada aktivitas mendaki gunung juga membawa dampak positif, yakni tumbuhnya ekonomi lokal. Masyarakat di kaki gunung kini menikmati manfaat ekonomi dari jasa transportasi, penyewaan alat, porter, hingga jasa pemandu wisata.
Lazuardi menekankan pentingnya menggunakan jasa pemandu gunung profesional, terutama bagi pendaki pemula atau mereka yang minim keterampilan.
"Kalau memang tidak terlatih, sebaiknya gunakan jasa pemandu yang sudah tersertifikasi dan tergabung dalam APGI. Mereka memahami standar K3: Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan," dia menegaskan.
Ade bilang diakui atau tidak mendaki gunung hari ini memang telah bertransformasi menjadi tren dan industri. Tapi Lazuardi mengingatkan, esensi dari naik gunung tetaplah sama, yaitu menyatu dengan alam, menghargai keagungan alam, dan tetap menjunjung etika saat berkegiatan di alam bebas.
"Zaman boleh berubah, tapi medan gunung tetap sama. Alam tetap lebih kuat dari kita. Jangan pernah meremehkan," kata dia.
(fem/ddn)