Kota pertambangan Bolivia, Potosí, adalah satu-satunya tempat di dunia di mana masyarakat umum dapat membeli dinamit secara legal. Potosí segera berkembang menjadi kota terbesar keempat di dunia Kristen, dengan populasi lebih dari 200.000 jiwa pada akhir abad ke-16.
Potosí berada di ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut, menjadikannya salah satu kota tertinggi di dunia. Jalan-jalannya yang sempit dan atap genteng merah serta dinding plesteran pada bangunannya mengisyaratkan masa lalu kolonial Spanyol.
Legenda mengatakan bahwa deposit perak yang kaya di Cerro Rico pertama kali ditemukan oleh Diego Gualpa, seorang penambang asli Andes, yang menemukannya pada tahun 1545. Kota ini diperkirakan memasok 60% perak dunia pada saat itu, mendanai kekaisaran Spanyol dan dinasti-dinasti lain di seluruh dunia.
Tidak lama kemudian, penjajah Spanyol yang telah tiba di wilayah ini hanya beberapa tahun sebelumnya mengetahui penemuan ini dan mulai mengeksploitasi perak yang melimpah di gunung tersebut.
Seiring dengan peningkatan teknik, kondisinya semakin mengkhawatirkan. Sebagai contoh, merkuri beracun diperkenalkan pada proses pemurnian, yang kemudian terlepas ke lingkungan dan menyebabkan kematian banyak orang.
Cerro Rico kemudian dikenal sebagai "Gunung Pemangsa Manusia”, sebuah nama yang masih melekat di kalangan para penambang hingga hari ini.
Para penambang di Potosí masih berdoa kepada dewa-dewa yang sama, mengikuti ritual yang sama, dan meninggal karena penyakit pernapasan yang sama dengan nenek moyang mereka, berabad-abad sebelumnya. Setiap pintu masuk terowongan tambang di Potosí ditandai dengan patung bertanduk yang menyerupai iblis, yang dikenal secara lokal sebagai "El Tío" (paman).
Potosí menyelenggarakan karnaval pertambangan yang meriah antara bulan Februari dan Maret setiap tahun, yang menarik banyak wisatawan. Tradisi itu menentukan bahwa para penambang mengenakan pakaian kerja mereka dan menari di sekitar kota, sambil minum bir dan memegang boneka El Tío.
Harapan hidup para penambang Bolivia diperkirakan hanya mencapai 40 tahun. Kematian dini yang umum terjadi adalah akibat seringnya terjadi kecelakaan di tambang dan silikosis, penyakit paru-paru kronis yang disebabkan oleh menghirup silika. Pada dasarnya itu adalah kaca yang ditumbuk.
Pada saat Bolivia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1825, hampir semua perak telah ditambang dan Potosí menjadi cangkang seperti sedia kala.