Gunungkidul -
Pada 28 Januari, 13 siswa dari Mojokerto yang liburan di Perairan Pantai Drini Yogyakarta hanyut. Mereka terbawa rip current yang terkenal ganas.
Sebanyak 13 pelajar asal Mojokerto, Jawa Timur, terseret rip current atau arus air yang mengalir kuat ke arah laut saat bermain air di Pantai Drini, Gunungkidul, Selasa (28/1). Dari belasan pelajar, 9 orang berhasil diselamatkan, 3 meninggal dunia, dan satu masih dalam pencarian.
Widodo Setiyo Pranowo, Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN menjelaskan kepada detikTravel tentang rip current yang sudah terkenal sebagai 'silent killer' atau pembunuh diam-dia di area pantai selatan Jawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara teoritik, rip current adalah arus mematikan yang bergerak mengalir menjauhi pantai, yang alirannya menyusur kedalaman yang lebih dalam daripada kondisi batimetri di kanan kirinya.
Skematik pembangkitan rip current di Pantai Drini Yogyakarta (Widodo S. Pranowo/Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN)
"Rip Current tersebut merupakan sisa energi gelombang pecah di dangkalan yang mengapitnya," katanya.
Kecepatan rip current juga bervariasi, umumnya kecepatan maksimum yang terjadi di perairan sepanjang pesisir Selatan Jawa, termasuk di Pantai Drini, Yogyakarta sering terjadi pada periode angin monsun tenggara yakni antara Juni hingga Agustus, atau bisa saja berlangsung lebih lama hingga November.
Hanyutnya 13 orang siswa di Pantai Drini diduga terjadi pada periode angin monsun Barat-Laut. Hal ini kemudian menjadi suatu pertanyaan riset, apakah memang benar oleh Rip Current?
"Ketika meninjau ulang data distribusi angin, maka pada 28 Januari 2025, angin bergerak menuju ke arah Timur dan/atau Timur-Laut dengan kecepatan bervariasi. Hal ini tentunya bisa membangkitkan arus susur pantai selatan Jawa yang bergerak ke arah timur," jelasnya.
Gelombang swell dari Samudera Hindia bergerak tegak lurus dari arah selatan mendatangi Pantai Drini pada 28 Januari 2025 dengan ketinggian 1,3 - 1,4 meter. Foto: (Widodo S. Pranowo/Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN)
Angin barat-laut tersebut akan membangkitkan gelombang laut akibat angin (wind wave) yang bergerak ke Tenggara. Namun, sepertinya kekuatan energi Gelombang Alun (Swell Wave) lebih dominan daripada Gelombang Laut akibat Angin. Gelombang Alun (Swell) tersebut datang di Pantai Drini persis dari arah selatan.
Ketinggian gelombang Swell di Pantai Drini di hari kecelakaan berkisar antara 1,3 hingga 1,4 meter.
"Pada saat kejadian, dimana rip current terjadi, elevasi muka laut adalah dalam kondisi menuju surut. Pada saat menuju surut tersebut, maka arus akan dominan bergerak meninggalkan pantai menuju ke Samudera Hindia, sehingga arus yang dibangkitkan oleh muka laut yang surut tersebut dimungkinkan berkontribusi pada intensitas kecepatan Rip Current.
Rekomendasi Upaya Peningkatan Pencegahan Bencana Hanyutnya Wisatawan di Pantai
Pengajar pada Prodi S2 Oseanografi, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) itu berpendapat bahwa sebaiknya pengelola wisata pantai bekerja sama dengan Pemda setempat untuk memasang videotron yang menayangkan edukasi keselamatan wisatawan, sehingga wisatawan waspada terhadap kemungkinan adanya rip current di sekitar lokasi pembelian tiket hingga sebelum tiba di pantai wisata.
"Untuk melengkapi videotron edukasi, sebaiknya ada papan informasi peringatan dini kondisi cuaca dan gelombang ekstrem dari BMKG agar wisatawan memperhatikan," tambahnya.
Lebih lanjut, ia meminta agar di pantai yang memiliki potensi mengandung rip current sebaiknya dipasangi tiang dan bendera merah, yang artinya wisatawan dilarang masuk ke laut.
"Selain itu, diperlukan penambahan tenaga 'Life Guard' yang berpatroli di sepanjang pantai untuk memberi peringatan kepada wisatawan yang tidak hati hati, dan/atau ditingkatkan pengawasan dari menara pengawas," pungkas Anggota Dewan Penasehat Korea - Indonesia Marine Technology Cooperation & Research Center (MTCRC) tersebut.
(bnl/wsw)