Manchester -
Old Trafford yang kondang dengan julukan Theatre of Dreams itu kini bukan hanya jadi tempat mimpi indah para pendukungnya. Buat lawan-lawan Manchester United juga!
Old Trafford pernah menjadi tolok ukur stadion di Inggris sebagaimana pula tim pemiliknya, Manchester United. Di era 1990-2000an, stadion ini adalah yang terdepan, terbaik, dan terbesar di Inggris.
Renovasi terakhir pada 2006 membuat Old Trafford punya kapasitas hingga 75 ribu penonton. Kapasitas masif ini pula yang menjadi simbiosis dengan sukses tim di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
MU, yang kala itu amat disegani, membangun reputasi dan 'benteng' di Old Trafford, alias sulit sekali dikalahkan. 'Setan Merah' semacam sudah unggul lebih dulu dari lawan setiap kali masuk lapangannya sendiri.
Faktanya, MU yang kala itu dibawah polesan manajer legendaris Sir Alex Ferguson, memang amat jarang takluk di Old Trafford. Dalam 26 tahun era Ferguson sejak 1986-2013, dengan total 1035 pertandingan, MU cuma kalah 34 kali di kandangnya sendiri di ajang Liga Inggris.
Sebagai perbandingan, selepas kepergiannya, MU sudah menelan 41 kekalahan di Old Trafford termasuk saat dibantai Bournemouth, Minggu (22/12/2024) kemarin. Maka tak mengejutkan kalau MU selepas era Sir Alex kerap diolok-olok 'Hidup di masa lalu', sebab kejayaan mereka memang memudar.
Ironisnya itu sejalan dengan lapuknya Old Trafford, sang Theatre of Dreams. Ia yang tadinya menjadi tempat mimpi-mimpi dan harapan-harapan baik untuk mereka yang tumbuh terikat dengan MU, kini lebih banyak menghadirkan mimpi buruk.
Malah Old Trafford boleh jadi kini cenderung menjadi cita-cita para lawannya, karena ia bukan lagi benteng yang kokoh dan sulit ditaklukkan. Bournemouth membuktikan itu dua musim beruntun, membantai MU dengan skor telak 3-0.
Itu, kekalahan dari Bournemouth kemarin malam, adalah keempat kalinya musim ini MU takluk dengan kebobolan tiga gol atau lebih di kandang sendiri. Sampai-sampai, mantan bek MU Gary Neville tak tahan lagi menyebut tim saat ini amat medioker dan butuh dibongkar.
MU dan Old Trafford tak punya lagi keangkeran itu. Alih-alih, Setan Merah sekarang tampak rapuh dan papa. Gol-gol mengucur ke gawang mereka seperti air yang mengalir dari lubang-lubang di atap bocor mereka.
"Pada saat ini, semuanya serba sulit. Di klub seperti Manchester United, kalah 3-0 di kandang, sangat sulit buat semuanya," kata Manajer MU Ruben Amorim, dalam jumpa pers yang dihiasi kucuran air dari langit-langit.
Sulit, memang sulit, Amorim. Sebab masalahnya juga bukan cuma stadion lapuk dan performa tim yang bapuk. Diyakini ada 'musuh-musuh dalam selimut' yang selama ini menghambat MU, itu yang diyakini sebagian suporter MU.
Selama ini ada tudingan soal pemain-pemain benalu. Ada pula isu kebocoran informasi ruang ganti.
Ruben Amorim mengalaminya saat daftar susunan pemainnya bocor sebelum derby kontra Manchester City. Tapi ia bukan yang pertama. Para pendahulunya seperti Jose Mourinho, Ole Gunnar Solskjaer, dan Erik ten Hag juga pernah merasakannya.
Maka jadilah Ruben Amorim kini diusik yang bocor-bocor di MU. Mulai dari kebocoran pertahanan yang berimbas pada derasnya aliran gol tim lawan, juga informasi internal yang bisa-bisanya merembes ke ranah publik, bahkan sampai ke air tetesan dari atap stadion yang mengganggu wawancaranya.
— Samuel Luckhurst (@samuelluckhurst) December 22, 2024(raw/krs)