Rumah Sulah Nyanda terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam di sekitarnya. Fondasi bangunannya terbuat dari batu dan pada bagian lantai dibangun dari bambu yang dibelah.
Selain itu, di bagian dindingnya terbuat dari anyaman bambu dengan tiangnya yang terbuat dari balok kayu berukuran besar yang cantik. Atap rumahnya pun memakai bilah bambu dan ijuk yang dikeringkan.
Rumah ini sengaja dibangun mengikuti kontur lahan di sekitar rumah dan dibuat berbentuk panggung. Sehingga pada bagian penyangganya memiliki ketinggian yang berbeda-beda.
Pembangunan Rumah Sulah Nyanda merujuk pada peraturan leluhur supaya masyarakat yang membangun rumah ini tidak merusak alam sekitarnya. Hal ini pun bertujuan untuk menjaga kelestarian Kampung Baduy.
Selain itu, posisi Rumah Sulah Nyanda biasanya menghadap ke dua arah yaitu utara dan selatan. Dua dimensi arah tersebut menyiratkan prinsip kebaikan dan keburukan.
Mayoritas wisatawan yang berkunjung ke Baduy itu hanya satu hari alias tek-tok atau bolak-balik tanpa menginap, Nah ternyata wisatawan pun sebenarnya bisa saja jika ingin menghabiskan waktu lebih lama di Baduy. Menurut Kepala Desa Baduy atau disebut dengan jaro, rumah-rumah di Baduy Luar maupun Baduy Dalam bisa untuk diinapi oleh wisatawan. Mungkin masih banyak orang yang belum tahu mengenai hal itu.
detikTravel pun merasakan menginap di rumah adat Baduy. Meski di Baduy luar yang lebih moderat, tetap saja tidak ada aliran listrik. Jadi, travelers perlu membawa powerbank atau berjalan kaki ke Ciboleger jika ingin mengisi daya.
Beberapa rumah adat Baduy juga difungsikan untuk berdagang.