Fakta-fakta Menarik Plengkung Gading yang Mau Ditutup Sultan Jogja

1 month ago 38

Yogyakarta -

Kawasan Plengkung Gading bakal ditutup oleh Sultan Jogja. Berikut fakta-fakta menarik tentang bangunan bersejarah tersebut.

Plengkung Gading adalah salah satu gerbang untuk memasuki wilayah Keraton Jogja. Lokasinya berada di sebelah selatan Alun-Alun Kidul Jogja.

Kabarnya, Plengkung Gading bakal ditutup oleh Sultan Jogja dengan alasan mau dilakukan penataan atas dasar rekomendasi dari UNESCO terkait Sumbu Filosofi Jogja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ternyata, bangunan bersejarah ini memiliki fakta-fakta menarik, termasuk soal mitos Sultan Jogja tidak boleh melintas di Plengkung Gading.

Berikut Fakta-fakta Plengkung Gading:

1. Lokasi Plengkung Gading

Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya berada di Jalan Gading Nomor 7, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Jogja. Bangunan berwarna putih ini memiliki kesan kuno sehingga sangat mudah untuk dikenali.

Bangunan ini termasuk salah satu gerbang atau pintu untuk masuk ke dalam wilayah Keraton Jogja. Banyak wisatawan ke sini untuk berfoto-foto atau sekadar berjalan-jalan.

2. Filosofi Plengkung Gading

Plengkung Gading yang memiliki nama asli Plengkung Nirbaya memiliki makna dari penamaannya. Nirbaya berasal dari dua kata, yaitu 'nir' yang artinya tidak ada, dan kata 'baya' yang artinya bahaya.

Jika digabungkan, maka maknanya tidak ada bahaya yang mengancam. Dinamakan Plengkung Gading karena plengkung atau gerbang ini berlokasi di Jalan Gading.

3. Dibangun Masa Sultan Hamengku Buwono I

Plengkung Gading dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792). terdapat tangga menuju bagian atas Plengkung Gading yang digunakan prajurit keraton sebagai pos penjagaan.

Dari atas bangunan plengkung ini, prajurit akan memantau keadaan atau situasi yang terjadi di luar keraton Jogja. Di plengkung ini terdapat parit yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap serangan musuh.

Ukuran parit tersebut memiliki lebar 10 meter dan kedalaman 3 meter. Namun pada tahun 1935 parit tersebut dihilangkan dan kini menjadi jalan.

4. Sempat Mau Dibongkar, tapi Tidak Jadi

Pada tahun 1935, seorang Oudheidkundige Dienst (OD) atau Dinas Purbakala bernama Dr. F.D.K. Bosch melakukan upaya rekonstruksi terhadap bangunan bersejarah di Jogja dan Jawa Tengah.

Ia kemudian berkomunikasi dengan Gubernur Jogja, Johannes Bijleveld dan Patih Danurejo untuk menyelamatkan plengkung yang ada di sekitar keraton.

Dalam surat tertanggal 2 Maret 1935, ia menyarankan agar Plengkung Nirbaya dan Tarunasura tidak dibongkar layaknya Plengkung Jagasura Ngasem dan Jagabaya sebelah barat Tamansari.

Kemudian, Bijlveld menanggapi dan diteruskan kepada Patih Danurejo VIII pada tanggal 13 Maret 1935. Akhirnya, gerbang itu pun tidak jadi dibongkar.

5. Sultan Jogja Tidak Boleh Melintasi Plengkung Gading

Plengkung Gading memiliki mitos yang masih dipercaya oleh banyak orang. Salah satunya, Sultan Jogja yang masih bertahta dalam keraton tidak diperbolehkan melewati Plengkung Gading.

Alasannya karena Plengkung Gading hanya digunakan sebagai tempat membawa jenazah Sultan ketika ingin disemayamkan di Makam Raja-Raja Imogiri. Dengan kata lain, Sultan yang bertahta hanya boleh melewati Plengkung Gading ketika sudah wafat.

Sementara untuk rakyat biasa tetap dibolehkan melalui Plengkung ini. Namun, ketika ada jenazah rakyat biasa yang dekat dengan plengkung ini, jenazah tersebut harus dibawa memutari plengkung agar tidak melewati lorong di dalamnya.

Mitos lainnya yang dipercaya dari Plengkung Gading adalah dapat menetralkan ilmu hitam. Ketika ada yang melewati Plengkung Gading, maka secara sengaja atau tidak sengaja, orang-orang yang mempunyai ilmu hitam akan kehilangan kesaktiannya.


(wsw/wsw)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner