Air Terjun Indah di Polman Ini Dulunya Markas Pejuang Kemerdekaan

1 month ago 30

Jakarta -

Kawasan Air Terjun Parengnge tidak hanya tempat yang menakjubkan nan indah, namun juga menyimpan cerita sejarah. Area ini pernah jadi markas pejuang.

Kawasan Air Terjun Parengnge terletak di Kabupaten Polewali Mandar (Polman) tepatnya di Dusun Kelapa Dua, Desa Kelapa Dua, Kecamatan Anreapi, Sulawesi Barat. Dulu, kawasan itu merupakan markas para pejuang kemerdekaan melawan penjajah Belanda.

Jaraknya sejauh 2 kilometer dari pemukiman serta dapat dijangkau menggunakan kendaraan roda dua dilanjutkan berjalan kaki sekira 50 meter. Akses jalan ke tempat itu belum sepenuhnya bagus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Traveler yang berkendara harus berhati-hati karena jalan tanah yang dilalui masih sempit serta becek saat musim penghujan. Meski perjalanan untuk menjangkau tempat tersebut sedikit melelahkan, semuanya terbayar dengan keindahan panorama alam yang tersaji dan memanjakan mata.

Keberadaan pepohonan tinggi yang mengelilingi kawasan air terjun ini membuat udara terasa sejuk dan menyegarkan. Seolah mampu membuat para pengunjung untuk berlama-lama habiskan waktu di Air Terjun Parengnge.

"Air Terjun Parengnge. Markasnya pejuang melawan Belanda," kata Kepala Dusun Kelapa Dua, Hasanuddin, dikutip dari detikSulsel, Jumat (7/2/2025).

Air Terjun Parengnge memiliki ketinggian sekira 4 meter. Di depannya terdapat genangan air menyerupai kolam dengan kedalaman mencapai 2 meter. Pada waktu tertentu kawasan wisata alam ini mendapat kunjungan dari sejumlah pelajar, termasuk mahasiswa yang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa tersebut.

"Sering-sering ada anak sekolah dari Polewali berkunjung, anak KKN," kata Hasanuddin.

Hasanuddin turut mengantar untuk memperlihatkan tempat yang dimanfaatkan sebagai markas para pejuang kemerdekaan saat melawan penjajah Belanda. Tempat tersebut mirip gua, berjarak sekira 5 meter dari puncak air terjun Parengnge. Gua berukuran kecil itu berada di bawah tebing batu yang membelah aliran Sungai Salu Bayo.

"Di sini mi tempatnya para pejuang mengatur strategi saat melawan penjajah. Mereka (pejuang) kadang bermalam di sini," tuturnya meyakinkan.

Kawasan Air Terjun Parengnge di Polman yang dulunya markas para pejuang kemerdekaan melawan penjajah Belanda.Kawasan Air Terjun Parengnge di Polman yang dulunya markas para pejuang kemerdekaan melawan penjajah Belanda. (Abdy Febriady/detikcom)

Sementara Kepala Desa Kelapa Dua, Masdar, menyebut 3 nama warga setempat yang saat itu memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda. Ketiganya terdiri dari seorang ayah dan dua anak, masing-masing bernama Tarrua, Sampeani dan Lira.

"Mereka sebenarnya ini adalah salah satu tokoh. Tiga dalam rumah tangga ini atas nama Tarrua bapak, Sampeani dan juga Lira anak. Mereka inilah yang memimpin pergerakan melawan Belanda," ungkapnya.

Masdar menuturkan, ketiga pejuang tersebut gugur dalam pertempuran sengit melawan penjajah sekira bulan Oktober 1946. Markas yang menjadi tempat persembunyian mereka diserang setelah lokasinya dibocorkan seorang pengkhianat.

"Tidak bisa dipungkiri dalam satu wilayah pada masanya, selalu ada namanya musuh dalam selimut, selalu ada namanya orang yang membelot yang bersekutu dengan Belanda. Inilah yang membocorkan rahasia perlawanan mereka, bahwa ada markas yang perlu digempur di sana," terangnya.

Menurut Masdar, jenazah ketiga pejuang itu dimakamkan dalam satu liang lahad tidak jauh dari kawasan air terjun Parengnge. Barulah pada sekira tahun 1967, makam mereka dipindahkan dan dibuatkan monumen di dekat pemukiman warga.

"Katanya (makam) disatukan di situ (satu liang). Dipindahkan sekira tahun 1967, sekaligus dibuatkan monumen." ujar dia.

Untuk mengenang semangat perjuangan ketiga pahlawan tersebut, pemerintah lalu membangun 3 patung pejuang di tengah taman bambu runcing, Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Polewali, Kecamatan Polewali.

Ketiga patung tersebut dibangun di atas tugu setinggi lebih kurang dua meter dengan posisi berdempetan. Ketiga patung tampak memegang bambu runcing dengan gaya berbeda.

"Iya, tiga patung di taman itu adalah sosok tokoh pejuang ini (Tarrua, Sampeani dan Lira). Makanya jalan di sekitar tempat itu menggunakan nama mereka," kata Masdar.

-------

Artikel ini telah tayang di detikSulsel.


(upd/fem)

Read Entire Article
Global Sports | Otomotif Global | International | Global news | Kuliner